"Minta uang mau ke kantin, mau makan," pintaku seraya mengulurkan tangan pada Zac.
"Habis dari kantin lo pulang sama Nathan, janji sama gue."
"Gue mau pulang sendiri."
"Nggak Jezz! Mom nyuruh gue antar lo ke rumah setelah pulang sekolah, dan lo nggak boleh kemana-mana dulu. Jadi lo pulang sama Nathan karena gue nggak bisa anterin lo, Crystal sakit dan dia harus di bawa ke dokter," jelasnya.
"Ya udah mana uangnya dulu! Gue mau beli camilan di kantin!"
Zac meraih dompet di saku belakangnya lalu memberikan beberapa lembar uang padaku, aku menghitungnya dan menurutku uang ini kurang. "Kurang."
"Lo mau beli makan apaan sih? Uang yang gue kasih juga udah lebih dari cukup, bahkan cukup buat traktir 5 orang."
"Gue mau beli persediaan coklat di kamar gue!"
Zac menggeram kesal lalu kembali membuka dompetnya dan menambahkan beberapa lembar uang padaku. "Ini, udah segini aja."
"Lo kecil-kecil mata duitan ya," komentar Nathan yang sedaritadi menyaksikan adik kakak sedang berbagi uang.
"Nath anterin Jacy ke kantin terus udah gitu lo antar dia pulang, dan lo harus pastiin kalau Jacy benar-benar pulang," perintah Zac lalu dia memutar tubuh dan berjalan menuju ruang kesehatan.
Nathan lalu berdiri dan menarik tanganku, tapi dengan kesal aku memukuli tangannya. "Ih jangan tarik-tarik!" Omelku.
"Jacy sayang, ayo pulang," ucap Nathan dibuat dengan nada yang menggelikan.
Sebenarnya aku sedikit bersyukur ketika mendengar bahwa Crystal sakit dan Zac harus mengantarnya ke rumah sakit, karena sebelumnya aku sudah memiliki rencana untuk mencari Zeeo. Tapi dengan di kawalnya aku oleh Nathan aku tidak bisa apa-apa, bagaimana caranya aku membodohi orang bodoh seperti Nathan?
"Ruby mana?" tanyaku teringat Ruby yang tiba-tiba menghilang bersamaan dengan Zeea yang buru-buru pamitan untuk pulang.
Ugh aku melupakan sesuatu, aku lupa memberi tahu Zeea agar dia segera memutuskan hubungannya dengan bajingan Oscar itu. Baiklah, sepertinya aku harus fokus untuk menyelesaikan masalahku sendiri. Aku berharap jika nanti Zeea tidak akan memberitahukan masalahnya pada Zeeo, karena jika hal tersebut terjadi aku tidak dapat membayangkan bagaimana nanti akhirnya.
"Dia ekskul paduan suara. Tuh liat Ruby aja punya ekskul, jadi punya kegiatan bermanfaat. Lah lo? Kerjaan lo cuman makan tidur dan guling-guling nggak jelas."
"Berisik lo!"
"Dan lo cewe yang bermulut liar."
"Nathan gue lagi nggak pengen ribut sama lo!"
"Beruntung karena masih ada orang yang otaknya nggak waras dan suka sama cewek buas kayak lo."
"Fuck you!" bentakku keras lalu berlari meninggalkan Nathan.
"JACY!" teriak Nathan yang sepertinya ikut berlari untuk mengejarku, lalu dalam sekejap aku berhenti berlari dan berbelok ke ruang paduan suara.
Entah karena otakku tertinggal di rumah atau urat rasa maluku yang sudah putus, aku membuka ruang paduan suara lalu masuk ke dalamnya. Mencari-cari Ruby dan berharap mendapatkan sebuah pertolongan. Tapi sial karena ketika aku tidak menemukan Ruby dimanapun aku terdiam mematung, bola mataku bergerak-gerak memperhatikan sekeliling yang sedang menatap buas ke arahku. Damn, gue benci jadi pusat perhatian.
"Lain kali kalau mau masuk, ketuk pintu dulu," ucap salah seorang perempuan yang sepertinya adalah ketua dari perkumpulan paduan suara ini.
"JACY GUE CAPE LARI ASTAGA!"

KAMU SEDANG MEMBACA
UNCHANGED
Novela Juvenil❝Maybe it's not about the happy ending, maybe it's about the story.❞ WARNING: This story is contain harsh words and another bad content, for story needed. So, please be wise. Do NOT steal any contents and scenes on this story because everything is b...