Tidak terdengar lagi suara ribut, dan masih terasa tangan Zeeo yang mengelus-ngelus rambutku. Jika kalian menganggapku benar-benar pingsan, berarti kalian salah besar. Aku tidak pingsan. Aku hanya tidak tahu harus menjawab apa dan aku tidak tahu harus bersikap seperti apa, jadi jalan satu-satunya agar aku bisa lari dari Ken yaitu dengan pura-pura pingsan. Astaga tapi aku serius mengenai kepalaku yang pusing seperti berputar-putar.
Sialan karena Ken baru saja mengatakan bahwa dia menyukaiku, astaga di taruh dimana otak dangkalnya itu? Untuk apa dia menyukaiku? Mencintaiku? Menyayangiku? Astaga aku tidak memungkiri apa yang Ken katakan tadi memang lah benar, aku merasa begitu peduli dengannya. Belum lagi aku merasa nyaman dan senang jika sudah berdebat dengannya. Tapi apakah aku juga mencintai Ken? Astaga kepalaku pusing. Jika aku mencintai Ken, bagaiamana bisa aku juga mencintai Zeeo? Apakah aku bisa mencintai dua orang di saat yang bersamaan? Lalu apakah rasa nyaman dengan seseorang bisa di katakana sebagai cinta? Sialan karena cinta membuatku pusing.
"Gue tau kalau lo belum siap Jezz, gue tau lo belum bisa balas perasaan gue sepenuhnya," suara Zeeo membuyarkan semua perkiraan-perkiraan yang sedang menghampiri pikiranku.
Kenapa Zeeo berbicara seperti itu? Aku cinta dengannya kok, aku sudah mengatakannya dari kemarin kan? Tapi aku merasa sedikit geli jika berkata 'cinta'.
"Sakit tau Jezz liat lo tadi malem tidur sama Ken di atas sana."
"HAH?!" tiba-tiba aku terperanjat membuka mata lalu bangun terduduk.
Zeeo menataku heran dengan alis yang terangkat sebelah, dan di saat itulah aku baru menyadari tentang kebodohanku. Sialan aku kan sedang pingsan.
"Lo nggak pingsan?" tanyanya dengan tatapan mengintimidasi.
Oh sial! Lo bego Jacy! Tolol! Bodoh berpangkat! Idiot!
Aku gelagapan, bibirku terasa kelu tidak dapat berbicara sepatah katapun.
"Setan yang lo pikir jam 5 pagi itu gue. Ken nggak ada di tenda dan lo juga nggak ada, gue takut lo hilang, gue cari lo di dalam RV tapi nggak ada dan nggak tau kenapa gue pengen cek ke atas RV, nggak taunya gue liat lo tiduran sama Ken, dengan posisi yang bikin gue pengen tendang Ken dari atas sana saat itu juga. Tapi gue masih punya otak, gue—"
"Zeeo gue minta maaf," potongku lalu menunduk dan tidak berani mentap Zeeo.
"Gue udah bilang kalau lo belum siap, gue bisa tunggu sampai kapanpun Jezz. Jangan pernah lo maksain diri lo bilang cinta sama gue tapi kenyataannya nggak."
"Gue minta maaf. Gue cuman nggak bisa nahan apapun yang di lakuin Ken buat gue, mungkin—"
"Udah Jezz, gue nggak mau denger. Ini yang terakhir, gue nggak mau liat atau denger lo gitu lagi. Gue pacar lo dan lo milik gue. Oke gue emang nggak bisa jauhin lo dari Ken, tapi seenggaknya gue minta tolong sama lo buat hargain kehadiran gue di sisi lo saat ini. Tolong hargain gue sebagai pacar lo. Jujur gue nggak mau putus dari lo cuman karena masalah ini, gue masih pengen berusaha buat merjuangin hubungan ini, tapi gue harap lo bantu gue supaya hubungan ini berhasil. Karena kalau gue terus yang berjuang sendirian buat hubungan ini, suatu saat gue bisa lelah dan pergi walaupun gue nggak pernah mau itu terjadi."
Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku, entah mengapa tiba-tiba mataku memanas. Sialan karena kata-kata Zeeo begitu mengena ke dalam perasaanku. Zeeo kecewa padaku, dia marah. Jujur aku pun ingin hubungan ini berhasil, Zeeo nya saja tidak mengerti posisiku di sini sedang berusaha untuk bisa membalas seluruh perasaan Zeeo. Tapi tetap saja, ku akui kali ini aku yang salah. Aku tidak mau membuat Zeeo sakit hati, tapi pada kenyataannya aku selalu membuatnya seperti ini.
"Maaf Zeeo," ucapku pelan.
"Gue minta ini yang terakhir Jezz, gue nggak mau hal kayak gini terulang lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
UNCHANGED
Genç Kurgu❝Maybe it's not about the happy ending, maybe it's about the story.❞ WARNING: This story is contain harsh words and another bad content, for story needed. So, please be wise. Do NOT steal any contents and scenes on this story because everything is b...