Tidak ada satu kisah pun di dunia ini yang sempurna, karena yang sempurna hanyalah kisah klasik yang berasal dari buku dongeng anak-anak.
○●○●○
Aku menghela nafas, menompang dagu dengan tangan kanan dan tangan kiri memainkan botol air minum yang berisi hanya sisa setengahnya saja. Aku tidak berniat untuk ganti baju setelah olahraga karena malas, moodku sedang jelek dan itu berarti tidak boleh ada satu orang pun yang menggangguku. Jika ada yang berani menggangguku, tamatlah riwayatnya.Namaku Jacquelyn Imogen, nama yang cukup aneh untuk lidah orang Indonesia. Kebetulan Mommy dan Daddy keturunan barat, entah barat daya atau barat laut. Ya, aku terbiasa memanggil orangtuaku seperti itu karena mereka melatihku untuk memanggilnya begitu. Mommy dan Daddy.
Sewaktu kecil aku merasa jika panggilan Mom dan Dad kepada orangtua itu adalah suatu hal yang mewah dan waw, tapi ternyata ketika sudah besar hal tersebut malah menjadi bahan olok-olok temanku. Mom? Dad? Anak mami lo ya? Kira-kira seperti itu mereka mengejekku.
Tapi bukan Jacquelyn namanya jika memperdulikan hal kecil seperti itu, karena aku termasuk orang yang cuek dan bodo amat pada hal sepele dan terkesan tidak penting. Keras kepala dan egois sudah melekat dalam diriku sejak lahir, manja dan pembangkang mungkin itu bonus tambahan sifat buruk dalam diriku.
Namun tidak semua yang ada di dalam diriku itu jelek, aku masih memiliki sisi baik dan manis jika kalian mengenalku atau kalian menggali lebih dalam mengenai diriku. Tidak percaya? Sama aku sendiri pun tidak percaya jika ada hal baik dan manis yang tertanam dalam diriku.
Hidup seorang Jacquelyn tidak lengkap jika tidak memiliki rival, manusia berwatak keras dan ingin menang sendiri tidak akan seru jika hanya berdiri sendiri. Maka dari itu Tuhan memberikan aku sesosok manusia cerminan diriku dan berada di dekatku, bahkan sangat dekat denganku semenjak aku terlahir di dunia ini.
Pletak.
Sesuatu menghantam kepalaku dan membuat kepalaku berdenyut setelahnya, aku menengokkan kepala ke kanan dan ke kiri untuk mencari sumber masalah dan ternyata untuk menemukannya sangatlah mudah.
Seorang lelaki dengan perawakan tinggi, kurus juga berkulit putih menatapku datar. Tanpa aku perlu tahu kejelasannya kulemparkan botol minuman yang sedari tadi aku mainkan mengarah padanya, namun dengan gesit kedua tangannya menangkap botol minuman tersebut.
"Payah," ejeknya sambil mengangkat ibu jari tangannya dan diputar balik ke bawah.
Aku memutar bola mata malas, berdiri lalu berjalan menghampirinya yang sedang berdiri di koridor jalan menuju kantin.
Kennard Robert atau sering aku panggil Ken, lahir satu tahun lebih dulu dariku dan telah dicap sebagai rivalku sejak lahir. Aku dengan dirinya tidak pernah bisa disandingkan dengan kata akur dan damai, karena setiap kali kami bertemu hanya masalah dan keributan yang terjadi.
Bug.
Kepalan tanganku berhasil memukul perutnya, membuatnya melenguh kesakitan. Aku pun menarik telinganya sehingga sejajar dengan mulutku. "Jangan ganggu, gue lagi nggak mood."
Ken menepis tanganku lalu beralih mencapit bibirku dengan ibu jari dan telunjuknya. "Yang mulai duluan kan lo."
Kini giliranku yang menepis tangannya. "Mulai apaan sih?"
"Lo coret-coret mobil gue pake pilok, nyet."
"Ah itu," sudut bibirku terangkat sedikit, membayangkan betapa bahagianya diriku ketika melakukan hal tersebut. "Nggak sengaja, cuman nyobain piloknya masih ada apa nggak."

KAMU SEDANG MEMBACA
UNCHANGED
Novela Juvenil❝Maybe it's not about the happy ending, maybe it's about the story.❞ WARNING: This story is contain harsh words and another bad content, for story needed. So, please be wise. Do NOT steal any contents and scenes on this story because everything is b...