"Entah gue harus menganggap ini sebuah kesialan atau keberuntungan." Gumam Ken lalu mendorong service trolley tersebut dan meninggalkanku.
Jika aku balas mengomelinya itu hanya akan buang-buang energi, lagipula aku merasa aku sedang benar-benar random dan sedang tidak mood untuk bertengkar. Jadilah aku berjalan keluar dari dalam ruang kebersihan dan mengikutinya masuk ke dalam lift.
Setelah sampai di lantai paling atas aku dan Ken keluar dari dalam lift lalu berjalan menuju sebuah kamar besar paling ujung. Membuka pintunya dan aku sedikit terkejut ketika melihat keadaan di dalam kamarnya. Astaga kamar ini benar-benar seperti kapal pecah dan sangat berantakan seperti habis di pakai untuk berpesta. Tidakkah mereka memiliki tempat lain untuk berpesta selain di kamar hotel mewah ini? Tidakkah mereka bisa membantu meringkankan pekerjaanku? Sial!
"Merapikan kamar sendiri aja gue nggak pernah." Gumamnya lalu mendorong service trolley masuk ke dalam kamar, aku mengikutinya masuk lalu menutup pintunya. Setelah itu aku terus berjalan dan mencari sebuah kasur, di saat aku sudah menemukan kasur aku menjatuhkan tubuhku dan memejamkan mataku di atas kasur dan merasakan kenyamanan luar biasa. Okay aku tahu ini berlebihan, tapi memang benar jika tidak ada tempat yang paling nyaman selain kasur ketika sedang berada di dalam zona kemalasan. Aku benar-benar malas melakukan apapun, bahkan membalas ejekan Ken tadi saja aku malas.
"Kerja, bukannya tidur." Ucap Ken yang membuatku terkejut dengan kedatangannya yang secara tiba-tiba.
"Jangan ngomong sama gue."
"Gue terpaksa aja ngomong sama lo, daripada gue ngomong sama penyedot debu gendut ini." Balasnya lalu meletakkan penyedot debu di atas lantai dan mengotak-atik barang tersebut agar dapat menyala dan bekerja.
Aku memutar tubuhku jadi telungkup, meraih sebuah bantal lalu mengistirahatkan kepalaku pada bantal tersebut dan menyelipkan tanganku di bawahnya. Namun di saat aku menyelipkan tanganku ke bawah bantal, aku merasakan sesuatu yang kenyal dan sedikit lengket. Aku berteriak lalu bangun terduduk dan sedikit shock dengan apa yang baru saja aku sentuh. Sialan! Apa itu? Apakah sebuah lintah penyedot darah? Oh sial maksudku seekor, bukan sebuah.
"Apaan sih teriak-teriak?" tanya Ken dengan raut wajah heran.
"Itu di bawah bantal ada yang lengket dan kenyal. Aneh!"
"Palingan juga sisa permen karet."
Aku mendengus kesal lalu menarik bantal tersebut dan menemukan sesuatu, sialan ini menjijikkan! Selembar sapu tangan yang dipenuhi dengan ingus. Aish, aku ingin muntah.
"AHH! KEN! TANGAN GUE KENA INGUS! JIJIK!" tanyaku sambil menyerngit jijik melihat benda menjijikkan tersebut.
Ken memutar tubuhnya dan terkekeh. "Ya ngapain masih dipegang itu sapu tangannya? Buanglah, bego!"
Ken benar, harusnya dibuang.
Reflek aku melemparkan benda tersebut ke sembarang arah lalu menggosok-gosokkan tanganku ada bedcover dan berharap aku melupakan bentuk rasanya. Tapi sialnya benda tersebut mendarat di baju Ken, dan sapu-tangan-sialan itu nyangkut di baju seragam Ken. Oh sial itu menjijikkan. Aku akan membakar baju tersebut jika aku jadi Ken.
"JACY BEGO NGAPAIN DI LEMPAR KE GUE?!" tanyanya marah.
Aku tertawa begitu saja saat melihat ekspresi Ken, belum lagi dia langsung membuka seragam pinjamannya itu dan membuangnya ke lantai sambil mengumpat perbuatan hina yang sudah aku lakukan. Jadilah sekarang Ken shirtless di hadapanku. Astaga aku tidak sengaja melempar benda tersebut.
"Gue suruh lo buang! Bukan suruh lo lempar benda menjijikkan itu ke gue!" omel Ken kesal.
"Gue nggak sengaja Ken, astaga gue minta maaf." Kataku lalu beringsut turun dari atas kasur dan menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCHANGED
Teen Fiction❝Maybe it's not about the happy ending, maybe it's about the story.❞ WARNING: This story is contain harsh words and another bad content, for story needed. So, please be wise. Do NOT steal any contents and scenes on this story because everything is b...