Aku masuk ke dalam rumah dengan keadaan sepi seperti biasa, aku pulang bersama Zeeo dan dia akan sekalian mengerjakan tugas dengan meminta bantuan guru homeschoolingnya Oscar. Aku tidak tahu dia benar-benar ada tugas atau itu hanya alasannya saja agar bisa menghabiskan waktu seharian bersamaku.
Tadi pagi di sekolah Zeeo langsung menyerbuku dengan banyak pertanyaan, kemana aku pergi semalam dan kenapa aku pulang bersama kedua orang tuaku. Aku hanya menjawabnya dengan jawaban aku sakit perut dan dia percaya begitu saja.
"Mana Oscar?" tanya Zeeo padaku.
"Gue kan daritadi juga sama lo, jadi ya mana gue tau." Jawabku lalu berjalan menaiki anak tangga.
Zeeo tidak menjawab, dia hanya menggerutu kesal tidak jelas di belakangku. Saat sampai di lantai atas aku melihat Oscar sedang duduk di lantai dan menulis sesuatu di bukunya, serta di temani seorang perempuan cantik yang duduk pada sofa di dekatnya. Perempuan itu kah gurunya? Terlihat lebih cocok menjadi seorang model daripada menjadi guru.
"Tiga kali tiga, enam—"
"Oscar!" Panggil Zeeo yang langsung mendekatinya dan melihat apa yang sedang Oscar kerjakan.
"Sialan bikin konsentrasi gue buyar aja lo!" Omel Oscar.
"Dasar bego, tiga kali tiga sembilan!"
"Itu typo, maksud gue sembilan. Gara-gara ada lo jadi gue salah sebut."
"Bego mah bego aja." Ledek Zeeo yang langsung duduk di sampingn Oscar.
Daripada aku tidur di dalam kamar, lebih baik aku ikut melihat bagaimana bodohnya kakakku menghitung.
"Zeeo ini guru gue namanya Zara, dan Zara ini temen bego gue namanya Zeeo. Gue juga nggak ngerti kenapa gue harus kenalin lo berdua," ujar Oscar seperti orang bego.
Perempuan bernama Zara itu mengulurkan tangannya pada Zeeo dan tersenyum, Zeeo membalas uluran tangan Zara dan membalas senyumannya. Uh ngapain Zeeo pake senyum-senyum segala coba? Aku mengambil posisi duduk di sebrang Zeeo dan menatap mereka berdua dalam diam.
"Oh ya Zara itu ade gue namanya Jacy, dan Jacy ini guru gue dan lo pasti udah tau namanya karena barusan udah gue sebutin," ucap Oscar.
Aku tersenyum sedikit terpaksa pada perempuan tersebut dan dia membalas senyumanku. Jadi namanya Zara dan dia benar guru Oscar. Kenapa Oscar tidak menghormati gurunya? Setidaknya dia harus memanggil gurunya dengan panggilan Ibu atau Kakak, tapi kenapa dia memanggil gurunya dengan nama? Tapi jika di lihat-lihat Zara ini memang masih muda sepertinya.
"Lo ngapain ke sini sih?" tanya Oscar pada Zeeo.
Zeeo berdiri lalu berpindah duduk menjadi di hadapanku namun tetap di lantai, dia membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah buku dari sana.
"Gue mau minta bantuan tugas ya, kebetulan materi yang guru matematika kasih itu pas gue nggak masuk," jelas Zeeo.
"Bukan nggak masuk, tapi kena skors," ledek Oscar.
"Ya sama aja kan judulnya nggak masuk!" balas Zeeo.
"Iya tapi alasan lo nggak masuk itu karena kena skors."
"Terserah anak yang udah drop out deh."
"Brengsek!" umpat Oscar kesal lalu kembali menulis.
"Kak Zara, boleh kan?" tanya Zeeo berhati-hati pada Zara.
Aku mencondongkan tubuhku dan menatap wajah Zeeo dari samping, merasa di tatap olehku Zeeo malah menoleh padaku dengan kening berkerut. "Kenapa?"
Aku memasang tampang datar lalu kembali ke posisi semula, sialan aku tidak suka cara Zeeo menatap Zara.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCHANGED
Novela Juvenil❝Maybe it's not about the happy ending, maybe it's about the story.❞ WARNING: This story is contain harsh words and another bad content, for story needed. So, please be wise. Do NOT steal any contents and scenes on this story because everything is b...