Bab 49

6.9K 470 496
                                    

Tanganku bergetar hebat saat melihat isi pesan tersebut, tunggu dulu— apa maksud dari pesan ini? Apakah ini Veme mengadu pada Zeeo bahwa dia hamil— pastinya dengan orang lain, atau— the fuck aku tidak mau kemungkinan kedua ini adalah jawabannya.

Fine.

Calm.

Down.

Jezz.

Aku berusaha untuk tenang, menarik nafasku panjang lalu menghembuskannya perlahan.

"Jezz?"

Suara berat dan serak milik Zeeo saat bangun tidur mengejutkanku, hampir saja ponsel Zeeo di tanganku ini terlempar jatuh. Namun tiba-tiba entah mengapa sesuatu mengalir di pipiku begitu saja. Dadaku terasa begitu sesak, dan telapak tanganku masih belum berhenti gemetar. Firasatku mengatakan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.

"Jezz? Lo ngapain disini?"

Aku mendongak dan menatap Zeeo, hal tersebut membuat Zeeo terkejut dengan ekspresiku ditambah dengan bulir air mata yang membasahi pipiku.

"Jezz, lo kenapa?" tanya Zeeo khawatir.

Aku menghapus air mataku, mundur satu langkah. Hal tersebut membuat Zeeo kebingungan, ia pun merangkak turun dari kasur lalu menghampiriku.

"Lo kenapa?"

Sorot matanya terlihat begitu khawatir, aku kembali mundur satu langkah untuk menjaga jarakku dengannya.

"Lo pernah tidur sama cewek lain?" pertanyaan tersebut lolos begitu saja, bibirku bergetar dan lagi air mataku kembali membasahi pipi.

"Lo kenapa sih? Kenapa nangis?" tanya Zeeo malah mengabaikan pertanyaanku.

"JAWAB GUE, ZEEO!" bentakku sambil berusaha menahan air mataku, namun gagal.

Zeeo tertegun, menatap kedua mataku lalu dia mengangkat tangan kanannya dan menempelkan ibu jarinya di pipiku guna untuk menghapus air mataku. Namun dengan segera aku menepis tangan Zeeo. "Jawab gue!"

Zeeo memejamkan matanya sesaat lalu dia mengusap wajahnya. "Ini yang gue pengen bilang sama lo dari kemarin."

Seperti sebuah busur yang menancap tepat di tengah ulu hatiku, jadi benar? Tuhan, ini sulit untuk di percaya. Aku tidak mau mempercayai semua ini, demi Tuhan aku berharap ini hanya mimpi burukku dari yang terburuk.

"Maaf," lirih Zeeo.

Tungkaiku melemah, membuatku jatuh terduduk di lantai. Tangisanku pecah, dadaku bergemuruh, nafasku sesak dan hatiku sakit. Kenapa ini semua harus terjadi?

"Jacy gue minta maaf." Lirihnya lagi seraya memegang kedua bahuku dan mengelusnya.

Lagi, aku menepisnya. "Kenapa? Gue kira lo cinta sama gue, sayang sama gue. Gue nggak pernah kepikiran sedikitpun kalau lo bakalan lakuin ini sama gue." Aku sudah tidak dapat menahan tangisanku lagi, pecah begitu saja dan bahuku berguncang kuat.

"Dari awal gue mau ngomong gini sama lo Jezz, tapi ada aja halangannya. Belum lagi lo yang nggak pernah ngerti di saat gue mau ngomongin semuanya."

Aku menghapus air mata yang begitu deras mengalir di pipiku. Berdiri lalu berjalan cepat keluar, aku tidak mau Oscar maupun Nathan terbangun oleh suara ribut. Zeeo mengejar, menarik tanganku tepat di lorong depan kamar.

"Jezz kita bisa omongin ini baik-baik."

"Siapa?" tanyaku menahan sesak yang sudah bersarang di dadaku.

"Gue kacau waktu itu, dan gue nggak sepenuhnya sadar."

"SIAPA CEWEK YANG UDAH LO TIDURIN, Zeeo?" tanyaku dengan berteriak di hadapan wajahnya.

UNCHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang