Bab 14

8.4K 520 95
                                    

"Jezz."

Aku sudah mendengar seseorang memanggil namaku lebih dari tiga kali, dia juga terus mengguncang tubuhku. Hah siapa sih? Mengganggu tidur indahku saja. Aku berusaha untuk kembali terlelap, namun guncangan itu kini berubah menjadi usapan di keningku dan pipiku, uh orang ini baru saja menyingkirkan rambut dari wajahku, setelah itu aku merasakan cubitan di pipiku.

"Udah siang Jezz bangun," bisiknya.

Tunggu dulu, ini bukan suara Oscar. Perlahan aku membuka mataku dan menemukan wajah Zeeo yang tersenyum tipis dengan tangan masih mencubiti pipiku.

"Selamat pagi, pacar," sapa Zeeo.

Aku mendesah malas, meringkuk ke arah lain dan mengabaikan Zeeo. "Ngapain disini? Masih pagi, ganggu aja," gerutuku lalu memejamkan mata.

"Ini udah jam sembilan Jezz, cepet bangun ah," Zeeo mengguncang bahuku, bahkan ia menariknya agar bangun.

"Zeeo diem, gue masih ngantuk," rengekku.

"Bangun Jezz!" paksa Zeeo.

"Gue kan lagi libur sekolah, jadi ngapain harus bangun pagi-pagi?" tanyaku dengan mata terpejam.

"Gue mau ajak lo jalan-jalan," jawab Zeeo.

"Jalan-jalan? Uang aja nggak punya," ledekku, mengingat Zeeo juga sedang di hukum oleh kedua orang tuanya.

Terdengar Zeeo berdecak sebal. "Bangun, atau gue perkosa?" ancamnya.

Sontak mataku terbuka lebar, menepuk pipinya refleks dan itu membuatnya terkekeh.

"Mulutmu, manis bener."

"Ya bercanda, makanya bangun."

Bergerak kesal, duduk dan bersandar di kepala kasur. "Kenapa lo bisa masuk kamar gue? emangnya Mommy izinin apa? Atau jangan-jangan lo menyusup lagi?"

"Gue datang, Mommy lo mau pergi sama Daddy lo dan dia nyuruh gue buat bangunin lo."

Menguap, mengucek mata. Berniat untuk kembali berbaring, tapi ditahan cepat oleh Zeeo. "Mandi dan siap-siap, gue tunggu tiga puluh menit."

"Males, mau tidur lagi mumpung libur."

"Jezz, mandi. Ayo jalan-jalan."

"Males, Zeeo. Denger?"

Zeeo menggeleng, ia malah menarik tanganku dan memaksaku agar berjalan. Ditambah dengan sedikit dorongan keras agar aku mau masuk ke dalam kamar mandi. "Jangan lama." Ujarnya setelah berhasil mendorongku masuk ke dalam kamar mandi.

Nyebelin!

Tidak mau lama-lama di kamar mandi, aku melakukan semuanya dengan cepat. Berpakaian santai lalu sarapan, setelah selesai Zeeo langsung menarikku keluar dari rumah dan menyuruhku naik ke atas sepedahnya. Ya ini lah nasib anak nakal, mendapat hukuman kejam dari orang tuanya. Tidak ada uang, tidak ada kendaraan. Nyaris jadi gembel.

Sepanjang perjalanan Zeeo terus mengoceh, menceritakan banyak hal yang belum aku ketahui tentangnya. Seperti cerita Zeeo dengan mantan-mantan pacarnya atau cerita bodoh lainnya tentang dirinya dan Oscar.

Tiba-tiba Zeeo menurunkan kakinya dan menghentikan sepeda. Turun dari sepeda dan sukses melongo.

"Ngapain ke sekolah?"

Hah, untuk apa coba? Sudah bagus di kasih libur berlebih agar bisa jauh-jauh dari tempat bernama nerakanya dunia ini.

"Lo masih mau nyari siapa yang udah nempelin foto-foto di mading itu kan?"

Ah ya kejadian itu, sebenarnya aku tidak terlalu peduli hanya saja penasaran pada orang yang terlihat sangat ketara iri dengan reputasiku di sekolah.

UNCHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang