Aku menarik Zeeo dan membawanya keluar dari kelas Zac, aku tidak mau Zac ataupun Ken membocorkan masalah tadi malam. Bukannya aku ingin membohongi Zeeo, tapi aku hanya tidak mau membuatnya terus-terusan merasa tidak di hargai olehku. Aku sangat menghargai posisinya sebagai pacarku, sangat. Tapi entahlah iblis selalu bersamaku jika aku sedang bersama Ken, iblis tersebut membisikkan seuatu di telingaku untuk tidak menolak semua perlakuan yang Ken berikan padaku. Karena iblis tersebut tahu jika aku dan Ken memang sudah sering melakukan hal seperti itu.
Ya aku sedang berada di kelas Zac dan menceritakan soal sebagian kesengsaraanku padanya, juga si bodoh itu baru saja membenarkan kesalahpahaman yang terjadi semalam. Tapi aku tidak peduli.
"Tadi malem lo ke rumah sakit?" tanyaku membuka pembicaraan.
Zeeo menarik tanganku dan membawaku berjalan melewati lapangan olahraga lalu berbelok ke kanan dan ternyata dia membawaku ke kolam renang sekolah. Setelah Zeeo menutup pintu akses masuk ke kolam renang dia kembali menarik tanganku dan membawaku untuk duduk di salah satu bangku panjang.
"Sebentar lagi bel bunyi," kataku mengingatkan.
"Makanya gue ajak lo ke sini, bolos satu pelajaran nggak masalah kan?" tanyanya.
Aku mengangguk lalu tersenyum. "Jadi?"
"Gue marah sama lo."
Aku menoleh padanya yang duduk di sampingku, dia baru saja mengatakan bahwa dia marah padaku, tapi ekspresi wajahnya sama sekali tidak serasi dengan kata yang baru saja di ucapkannya.
"Marah kenapa?" tanyaku takut-takut.
"Tadi malem kenapa lo nggak bilang sama gue kalau lo pergi ke rumah sakit? Gue pulang jemput Veme ke rumah lo, tapi lo nggak ada di rumah," jawabnya seraya menoleh padaku.
Deg! Aku menarik nafasku pelan. Tadi malam aku sudah mendiskusikan masalah ini dengan Ken, dan aku sudah belajar tentang berbohong yang baik agar tidak mudah di ketahui. Semoga kali ini aku dapat melakukannya dengan baik.
"Tadi malem gue ikut Dad sama Mom pergi ke rumah sakit buat liat Papanya Mona, dan gue lupa kalau lo lagi jemput Veme," jawabku berhati-hati.
"Sama Ken?" tanyanya lagi.
"Kok tau?"
Aduh sial, keceplosan!
"Belle yang ngasih tau. Iya kan?"
Aku mengangguk ragu. "Iya, terus Dad pinjem mobil Ken soalnya nggak ada mobil yang muat buat lebih dari dua orang. Gue kan lupa kalau lo lagi jemput Veme jadi gue nggak mau sendirian di rumah jadi gue ikut dan Dad nyuruh Ken ikut."
"Oh terus?"
"Terus apaan? Kata Belle lo mau nyusul gue ke rumah sakit? Kok lo nggak ada?"
"Ah itu .. gue nggak kesana. Gue ngirimin lo banyak pesan dan gue telepon lo tapi nggak lo angkat, kenapa?"
Aku tersenyum lebar di hadapannya. "HP gue ketinggalan di sofa, tadi juga baru di bawain sama Zac."
"Terus?"
"Terus apaan lagi?" tanyaku gemas.
"Lo bilang HP lo ketinggalan dan baru di bawa sama Zac? Terus tadi malem lo tidur dimana?"
Oh sial. Bodoh! Seharusnya aku tidak perlu mengatakan hal tersebut, jadi masalah itu tidak perlu di perpanjang seperti ini. Sial. Kenapa aku selalu keceplosan dalam mengucapkan kata-kata yang seharusnya tidak untuk di ucapkan?
"Pergi sama Ken?" tebak Zeeo.
Aku langsung menggeleng cepat. "Nggak kok. Gue ... gue tidur di rumah sakit."

KAMU SEDANG MEMBACA
UNCHANGED
Roman pour Adolescents❝Maybe it's not about the happy ending, maybe it's about the story.❞ WARNING: This story is contain harsh words and another bad content, for story needed. So, please be wise. Do NOT steal any contents and scenes on this story because everything is b...