"JACQUELYN IMOGEN BANGUN!"
Sebuah teriakan membuaku mau tidak mau harus membuka mataku dan menjambak rambut orang yang sudah meneriaki namaku tepat di hadapan wajahku ketika aku sedang tertidur. Ketika aku membuka mataku mendapati Zeea sedang menatapku dengan mata membulat dan alis berkerut.
Setengah dari diriku ingin sekali menjambak rambutnya, tapi setengahnya lagi ingin kembali memejamkan mata lalu tertidur. Otot-otot tubuhku tidak memberi dukungan karena tubuhku terasa begitu pegal dan cenderung sulit untuk di gerakan.
"Berisik!" Itulah satu-satunya kata yang keluar dari mulutku saat ini.
"BANGUN!" teriak Zeea lalu menarik kedua tanganku dan memaksanya untuk bangun. Tubuhku tertarik dan berhasil duduk lalu menguap selebar mungkin dan kembali memejamkan mataku.
"JACY BANGUN!" teriak Zeea lalu menampar pelan pipiku satu kali dan itu langsung membuat aku tersadar sepenuhnya lalu menjambak rambut Zeea.
"AW SAKIT!" teriak Zeea seraya memukuli tanganku.
"JACY LEPAS!" teriak seseorang di samping Zeea yang tak lain adalan Ruby yang langsung membantu Zeea dengan cara memukuli tanganku agar aku melepaskan jambakan rambutku.
Aku menyerah, tanganku terasa begitu sakit terutama pada bagian telunjukku. Aku melepaskan jambakanku lalu menjatuhkan diriku kembali berbaring di atas kasur, menarik selimut dan menyembunyikan wajahku dari mereka semua.
"JACY, ZEEO NGAMUK DI KAMARNYA DAN SEKARANG GUE NGGAK TAU DIA ADA DIMANA!" teriak Zeea.
Mataku yang terpejam seketika terbuka, otot tubuhku yang lemah seketika menguat dan membuatku langsung menyingkapkan selimut yang kupakai dan terduduk kembali. "Ngamuk?"
Zeea memutar kedua bola matanya lalu menoleh ke belakang. "Sini lo!" perintahnya.
Aku melihat ke arah belakang Zeea dan menemukan Ken sedang duduk pada sofa sambil memainkan ponselnya tanpa menggubris panggilan Zeea sama sekali.
"KENNARD SINI!" teriak Zeea geram.
Ken mendongak. "Apa sih?" sahutnya malas.
"SINI!" perintahnya.
"Nggak usah teriak-teriak, ini bukan di hutan." Dengusnya sebal, tapi menurut juga dengan perintah Zeea.
Ken bangkit lalu berdiri di samping Ruby, dia menatapku sesaat lalu aku mengalihkan pandanganku pada Zeea. Tapi Zeea malah sibuk meraba-raba saku celananya. Aku memandang ke sekeliling, duh ini kan kamar Oscar? Kenapa aku ada di sini? Bukankah tadi aku sedang tertidur di pelukan Ken? Eh?
"Liat ini!" aku kembali menatap pada Zeea yang menyodorkan ponselnya padaku.
Aku meraihnya lalu melihat apa yang ingin Zeea tunjukkan padaku, dan oh sial. Mataku membelak lebar ketika melihat gambar yang Zeea perlihatkan. Ini bukan gambar kejadian perang dunia ke tiga kan? Sialan ini lebih parah dari keadaan kamarku yang baru saja aku porakporandakan.
"Gue tadi pulang dulu sebelum ke sini, dan gue buka kamar Zeeo dan bum jantung gue loncat keluar. Zeeo nggak pernah kayak gini sebelumnya," jelas Zeea.
Hatiku mencelos ketika mendengar penuturan Zara sambil menggeser-geserkan gambar pada layar ponselnya. Di situ terlihat jelas kamar Zeeo yang benar-benar hancur, televisi di kamarnya pecah, lampu tidur pecah, kursi patah, komputer terjungkal, sofa terguling, bahkan playstation kesayangan milik Zeeo pun ikut hancur, rak buku berantakan, kasur acak-acakan, belum lagi gorden kamar Zeeo lepas dan kacanya pecah seperti telah di terjang sesuatu. Aku menutup mulutku tidak percaya. Menggesernya lagi dan aku menemukan Zeea memotret sebungkus rokok beserta pemantiknya di atas semua keacauan itu, di tambah dengan beberapa kaleng bir.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNCHANGED
Ficção Adolescente❝Maybe it's not about the happy ending, maybe it's about the story.❞ WARNING: This story is contain harsh words and another bad content, for story needed. So, please be wise. Do NOT steal any contents and scenes on this story because everything is b...