Aku menempelkan ponsel pada telingaku dan mendengar sapaan dari ujung sana saat melihat nama Veme terpampang di layar.
"Jezz." Panggilnya.
"Apa?" sahutku.
"Ada yang lagi nganggur nggak?"
"Nganggur apaan?"
"Dompet gue ketinggalan di kamar. Gue telepon Zac buat jemput gue tadi tapi teleponnya mati, gue telepon Oscar nggak di angkat-angkat. Gue nggak tau harus minta tolong sama siapa lagi karena gue bener-bener sendirian, tadi gue habis dari perpustakaan buat ngerjain tugas dan—"
"Vem ceritanya nanti aja, lo lagi dimana emang?"
"Kampus."
"Ya udah tunggu disitu, ntar Zeeo jemput lo."
"Zeeo?"
"Iya dia lagi sama gue dan dia lagi nggak ada kerjaan. Lo tunggu di situ jangan kemana-mana."
"Okay."
Klik.
Aku menarik tangan Zeeo yang kebetulan sedang berjalan di depanku. "Apa?" tanyanya.
"Jemput Veme ya," pintaku.
"Jemput Veme? Dimana?"
"Di kampusnya, sekarang. Please. Kasihan dia sepupu gue, dia cewek, dia nggak bawa dompet karena ketinggalan. Terus Zac sama Oscar nggak bisa di hubungin. Mau ya?"
Zeeo menghembuskan nafasnya lalu mengangguk. "Ya udah iya."
"Yes!" Seruku girang lalu menjawil pipinya. "Hati-hati. Bye."
Zeeo berjalan menghampiri kedua orang tuaku lalu pamit, setelah itu aku ikut duduk di ruang keluarga yang hanya ada aku, Oliver, Mona, Mom dan Dad. Zac belum pulang dan Oscar pergi sedari tadi jam makan malam, entah mau kemana mungkin dia pergi dengan Zeea.
"Jadi udah berapa lama Papa kamu di rumah sakit?" tanya Mom pada Mona.
Ah ya tadi Mom dan Dad mengundang Mona untuk makan malam bersama dan meminta gadis itu agar menceritakan soal Papanya yang katanya teman lama kedua orangtuaku.
"Udah hampir tiga tahun." Jawabnya dengan nada suara yang terdengar rapuh menurutku.
"Terus sekarang Papa kamu di rumah sakit sendiri? Mama kamu kemana?" tanya Mom lagi.
"Gini deh, ceritain aja semuanya deh. Kebetulan aku sama Cheno emang temennya yang lumayan deket, apalagi aku itu temen SMPnya." Pinta Dad.
Mona menarik nafasnya lalu mulai bercerita. "Jadi Papa itu mulai masuk rumah sakit sejak dua tahun lalu, entah kenapa kakinya sering kerasa ngilu, nggak lama dari itu kakinya mulai bengkak dan satu tahun berikutnya tiba-tiba kaki Papa lumpuh sampai sekarang, padahal sebelumnya nggak kenapa-napa, kecelakaan atau jatuh juga nggak. Sekarang Papa udah lemah banget, walaupun masih bisa berkomunikasi cuman udah mulai nggak jelas. Dokter bilang Papa terkena kanker tulang sekunder beberapa bulan lalu. Awalnya yang akan terkena dampak cuman tulang kaki, tapi lama kelamaan kankernya merambat bahkan sampai ke tulang lengan, jadi sekarang Papa udah nggak bisa ngapai-ngapain lagi. gerakin tangan sama kaki aja udah nggak bisa. Dan aku bersyukur karena Papa masih bisa mengobrol walaupun kurang jelas." Mona mengusap sudut matanya yang menitikkan air mata. Oliver yang duduk di sampingnya merangkul lembut pundaknya dan menghapus air mata yang mengalir di pipi pacarnya itu.
Sialan karena pandanganku berubah menjadi buram dan tiba-tiba sebulir air mata turun membasahi pipiku. Kasihan sekali Papa nya Mona, aku tidak dapat membayangkan jika itu terjadi pada Dad. Hell no Jezz itu tidak boleh sampai terjadi!

KAMU SEDANG MEMBACA
UNCHANGED
Novela Juvenil❝Maybe it's not about the happy ending, maybe it's about the story.❞ WARNING: This story is contain harsh words and another bad content, for story needed. So, please be wise. Do NOT steal any contents and scenes on this story because everything is b...