Bab 63 END

7.5K 489 427
                                    

Satu persatu acara selesai, dan sekarang Crystal juga Zac sudah resmi menjadi pasangan suami istri ketika mereka sudah mengucapkan janji suci. Hell, mereka menikah di umur yang sangat muda. 18 tahun sudah menikah, astaga mereka tidak memiliki otak. Bagaimana nanti jika anaknya lahir dan protes pada mereka berdua? Astaga Mom dan Dad masih terlalu muda, aku takut aku jatuh cinta pada Dad. Oke abaikan, aku tahu itu tidak akan terjadi. Oh ya satu lagi, Crystal terlihat sangat cantik dan Zac terlihat lumayan tampan.

Setelah acara penting selesai kini kami memasuki acara pesta pernikahannya, dimana musik keras dan semua orang berdansa menikmati kebahagiaan. Tidak sepertiku, Zeeo pergi menghampiri Veme dan itu membuatku bingung harus apa dan bagaimana untuk saat ini.

Meraih sebuah minuman dalam gelas lalu meneguknya, membalas sapaan setiap orang yang menyapaku dan kembali terdiam. Sebenarnya di sini banyak sanak saudaraku, tapi aku sedang tidak bersemangat untuk mengobrol panjang lebar dengan mereka. Kedua grandma dan grandpaku tidak datang karena mereka sakit katanya, jadi benar-benar tidak ada yang menemaniku untuk saat ini. Ini tidak asik, benar-benar tidak asik. Oscar entah pergi kemana bersama Zeea, Zac dan Crystal sedang berkumpul dengan kedua orangtuaku dan orang tua Crystal, Ruby dan Nathan entah kemana juga dan Zeeo pun ikut menghilang bersama Veme. Bagus, mereka semua meninggalkanku sendirian. Belum lagi aku tidak melihat batang hidung Kevin dan Davin sedari tadi, hanya saja selewat aku melihat Belva bersama Om Leo dan Tante Sophia.

Suara Zac dari pengeras suara terdengar di telingaku, menoleh ke arah panggung pendek dan menemukannya sedang berdiri di depan mic dan berbicara. Menurunkan pandanganku dan kini aku menemukan dimana semua orang yang aku cari berada. Ternyata mereka sedang duduk di depan panggung dan menyaksikan Zac yang sedang berbicara di atas panggung pendek. Bagus, aku merasa jadi orang terbodoh untuk saat ini. Di saat mereka semua berkumpul, aku mengira mereka semua pergi. Sudahlah aku sudah tidak mood di acara ini, lebih baik aku pulang dan tidur saja.

Aku berjalan berlainan arah dengan orang-orang, yang lain berjalan menuju panggung pendek dan aku malah berjalan menuju ke arah pintu belakang rumah. Namun tiba-tiba sebuah tangan menutup mataku dan ini malah membuatku kesal.

"Siapa pun lo, jangan ganggu gue karena gue lagi nggak mood buat digangguin!" Kataku tegas.

"Oh mood-nya lagi jelek? Sama dong."

Menurunkan telapak tangan yang menutupi kedua mataku lalu memutar tubuh, menelan ludah dan berusaha untuk percaya jika sosok manusia di hadapanku ini adalah nyata.

"Mood gue lagi jelek karena tadi pagi seseorang baru aja bikin hati gue hancur, gimana sama lo? Kenapa mood lo jelek?" tanyanya.

Aku tersenyum sambil menatapnya lalu tertawa pelan. "Seseorang yang gue sayang, salah paham sama kejadian tadi pagi dan dia merasa hatinya sangat hancur."

"Oh bagus, gue memang masih marah sama lo."

Tersenyum senang dan aku langsung memeluknya erat. "Gue kangen sama lo."

"Gue tau gue ngangenin."

"Setan."

"Apa monyet?"

"Tai."

"Ikut gue, udah lama nggak nyiksa lo."

Ken membawaku ke lantai atas dari rumah Om Nino ini, lalu menarikku dan membawaku masuk ke kamar Ruby. Menutup pintu kamarnya lalu memutar kunci yang menggantung di lubang pintu tersebut.

"Duduk!" Perintah Ken seraya mendorong tubuhku pelan agar duduk di atas kasur Ruby.

"Lo masih marah sama gue?" tanyaku ragu.

UNCHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang