Bab 8

8.4K 541 76
                                    

Inilah kegiatan kami yang paling sering di lakukan setiap sabtu malam, berkumpul di rumah salah satu dari kami dan membuat pesta. Kali ini tema pesta garden party, tapi di set seperti acara piknik keluarga. Dengan dua buah karpet piknik lebar di gelar di halaman belakang rumah yang cukup luas dan bagian tengahnya atas meja pendek dipenuhi dengan puluhan makanan lezat, dari makanan pembuka sampai makanan penutup ala piknik ada semua.

Semuanya sedang memiliki kegiatan masing-masing, kami memiliki posisi duduk yang melingkar, aku duduk berada di samping Zeeo, lalu Oscar, Nathan, setelah itu ada Ruby, Zeea, Crystal, dan Ken, jadi letak duduk Ken adalah di sampingku.

Lalu di karpet satunya yang memiliki jarak agak jauh terlihat para orangtua sedang asik berbincang, sepertinya mereka sedang bernostalgia. Terlihat dari mereka yang tertawa bersama dan sering kali mengucapkan kata 'inget nggak waktu itu...' asik sekali sepertinya bisa bersahabat sampai sudah memiliki anak.

"Lo di hukum?" tanya Oscar setelah meneguk minumannya dan menatap ke arah Zeeo.

"Iya anjir gara-gara si tuyul Zeea tuh," Zeeo melemparkan potongan roti pada Zeea dan langsung mendapatkan pelototan darinya.

"Apasih lo bangke!" omel Zeea kesal.

"Gara-gara lo doain yang nggak bener juga buat gue," kini Zeeo menuduhku.

Aku menoleh padanya dan mengangkat sebelah alisku. "Kok gue sih?" tanyaku bingung.

"Iya jadi hukuman gue ditambah dengan disita semua uang jajan," jawab Zeeo dengan nada kesal.

Kami semua tertawa puas mendengar penuturan Zeeo barusan. Menderita sekali pacarku ini. Aku saja yang habis berkelahi tidak diberikan hukuman yang cukup serius oleh kedua orang tuaku.

"Sial amat hidup lo," ejek Oscar.

"Gara-gara mading sialan yang segede gaban itu, lo jadi di ajarin untuk hidup susah sama bokap lo?" ejek Nathan.

"Diem lo," gerutu Zeeo.

"Nanti kalo udah sekolah, bekal makanan dari rumah biar nggak kelaparan," ledek Oscar.

"Nggak bisa jalan-jalan sama pacar dong? Hahaha," sambung Nathan ikut tertawa.

"Diem lu semua, rese!" dengus Zeeo kesal.

"Jahat amet bokap lo," timpal Crystal.

"Iya emang bokap gue jahat banget," ulang Zeeo, sambil mengelus-ngelus kepalaku yang berada di pundaknya.

"Papa arab jahat ya?" ejek Zeea.

"Lu diem curut!" omel Zeeo lagi pada Zeea.

"Papa arab? HAHAHA," Nathan tertawa semakin keras karena ucapan Zeea barusan.

"Bulepotan dasar," timpal Nathan.

Aku menarik kepalaku dan berusaha duduk tegap, karena aku tidak nyaman bersandar padanya jika dia terus-terusan bergerak dan menarik uratnya. "Bacot lo semua!"

"Bokap lo turunan Arab, nyokap lo—" kalimat Oscar di potong dengan cepat oleh Zeeo.

"Pakistan! Bukan Arab!" ralat Zeeo.

"Ya sama aja timur tengah, bego!" balas Oscar.

"Beda woy!" bantahnya.

"Oke oke bokap turunan Pakistan, nyokap asli Indonesia dan lo malah mirip orang China hahaha, mau lo apa? HAHAHA," dan perkataan Oscar barusan mampu membuat yang lainnya ikut tergelak puas.

"Eh sialan lo!" Zeeo meraih telinga Oscar lalu ditariknya ke atas, akan tetapi Oscar tidak tinggal diam. Dia memukul lengan Zeeo dan kembali tertawa.

UNCHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang