Bab 18

9K 554 95
                                    

"Ken panik banget pas nolongin lo."

"Dia gendong lo ke UKS, parah seumur hidup gue nggak pernah liat muka dia sepanik itu. Demi apapun ini pertama kalinya."


Perkataan Zeea dan Ruby berjam-jam lalu terus bergema di kepalaku, Ken? Dia yang menolongku? Aku kira Zeeo lah orangnya, tapi ternyata aku salah. Ken? Aku masih tidak percaya.

"Jezz," panggil Zeeo.

Aku mendongak dan menemukan wajah Zeeo berada tepat di hadapanku. Kami sedang berada di kelasku, aku sudah sekolah? Tentu saja, berkelahi tidak membuatku lemah meskipun sudah masuk ke rumah sakit. Dan lagi masa skorsku sudah berakhir, jadi aku harus masuk sekolah.

"Apa Zeeo? Lo udah manggil nama gue tiga kali, lo anggap gue mahkluk halus apa?" tanyaku sebal.

Iya aku sudah mendengarnya memanggil namaku berulang kali, namun tidak kunjung aku sahuti karena aku masih sibuk berpikir. Ken? Astaga.

"Kemarin malam lo kemana?"

Ngapain dia tanya?

"Nggak kemana-mana."

"Bener?"

Bohong. Gue ke rumah Ken, ya kali gue bilang sama lo.

"Iya bener."

"Gue kira lo bakalan jujur."

"Maksud lo?"

"Lo nginep di rumah Ken."

Aku menggigit bibir bagian bawahku, gugup. Sialan kenapa Zeeo bisa membuatku mati gugup seperti ini? Ya Tuhan aku merasa bersalah lagi padanya.

"Gue bisa jelasin, gue punya alasan."

Zeeo menghembuskan nafasnya. "Kayaknya gue harus ngasih bonus tonjokan ke mukanya," ucap Zeeo, lalu ia balik badan dan melangkah keluar kelas.

Buru-buru aku berdiri dan mengejarnya, menarik tangannya dan membuatnya terhenti tepat di depan pintu kelas.

"Bonus tonjokan?"

"Kemarin gue tonjok dia, satu kali di rumah sakit."

"Lo tonjok dia? Kenapa?"

"Gue punya alasan sendiri kenapa gue ngelakuin hal itu."

Aku mendorong kedua bahu Zeeo kesal, berani-beraninya dia memukul Ken. "Lo nggak seharusnya lakuin itu, Zeeo."

Tidak boleh ada orang lain yang memukul Ken selain aku! Lagipula wajah bonyok Ken belum sembuh kemarin, tapi kenapa Zeeo malah memukulnya? Aish sial, kenapa aku jadi emosi seperti ini?

"Kenapa?" tanyanya bingung.

"Ck, jangan pernah pukul dia lagi, ngerti?"

Zeeo sedikit terkejut dengan ucapanku. "Kenapa?"

Ketika Zeeo bertanya 'kenapa' disaat itu juga aku terdiam, sialan karena aku tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Kenapa Zeeo tidak boleh memukul Ken? Mungkin satu-satunya alasan adalah karena hanya aku yang boleh memukul Ken.

"Dia yang nolongin gue kemarin, dan lo malah pukul dia?" aku menggeleng pelan lalu melangkah meninggalkannya.

"Jezz!" panggil Zeeo, namun aku tidak mau berbalik.

Sialan karena aku merasa semakin hari tingkat keanehan dalam diriku semakin bertambah. Aku tidak tahu apa yang ada dipikiranku, dan yang aku pikirkan hanyalah tidak boleh ada orang lain yang menghajar bocah manja bernama Ken itu, termasuk Zeeo.

UNCHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang