Bab 23

8.1K 509 91
                                    

"Jezz!"

Sebuah suara tertangkap dengan jelas di telingaku bersamaan dengan sinar ultraviolet berwarna merah yang menusuk mataku.

"Jezz! Ken! Bangun!"

Ah suara itu lagi, perlahan aku membuka mataku dan menemukan cahaya merah menusuk iris mataku.

"Demi Tuhan Jacy bangun! Lo pengen gue tendang bokong lo atau Ken di bunuh sama Zeeo?" sebuah pukulan keras mendarat di betisku dan mau tidak mau itu membuatku membuka mataku lebih lebar.

Badanku terasa begitu pegal dan bagian tanganku kesemutan.

"Astaga Jezz, lo mau Zeeo ngamuk hah? Itu lagi celana si Ken kebuka! ANJIR KALIAN HABIS NGAPAIN?"

Mataku langsung menjereng ketika mendengar nama Zeeo di sebut, belum lagi teriakan Nathan tentang celana Ken. Dan tentang celana Ken, dia kekenyangan semalam jadi membuka kancing celananya.

"Berisik, bego!" geramku kesal sambil melemparkan flannel milik Ken dan mendarat di wajah Ken.

Aku langsung bangkit duduk dan menatap Nathan. Oh ternyata sinar ultraviolet yang aku kira itu adalah pantulan cahaya matahari yang mengenai rambut merah Nathan.

Aku mengacak rambutku dan teringat dengan kejadian tadi malam. Setelah Ken mencium keningku dia tidak berkata apa-apa lagi, dia hanya terdiam dengan bibir yang masih menempel pada keningku. Tak lama setelah itu aku mulai mengantuk dan Ken menuntun kepalaku agar kembali tiduran di atas dadanya, dengan posisi miring dan tanganku yang melingkar memeluk tubuhnya. Sebelumnya aku melepas flannel milik Ken dan menggunakannya sebagai selimut untuk kami berdua. Ya walaupun tidak cukup membantu tapi aku tidak merasa kedinginan berada di pelukannya.

"Zeeo udah bangun dan lo harus cepet turun dari atas sini Jacy bego!" seru Nathan panik ketika tenda mulai bergoyang dari dalam dan terlihat siluet orang yang baru saja berdiri.

"Sial!"

Kepalaku masih berat karena aku masih mengantuk, tapi mau tidak mau aku harus menuruti apa kata Nathan jika aku ingin selamat.

"Masuk lewat pintu darurat! Buruan bego!" ucap Nathan semakin panik.

Aku dan Nathan sama-sama panik, tapi tidak dengan Ken yang masih pulas tertidur. Aku merangkak menghampiri pintu darurat lalu membuka pintunya perlahan dan mencondongkan sedikit tubuhku ke bawah. Sialan ini tinggi sekali.

"Nathan ini tinggi banget! Kalau kaki gue patah gimana?" rengekku pada Nathan.

"Salah so sendiri selingkuh kok di belakang, diem-diem lagi, repot kan jadinya? Kalau mau selingkuh itu di depan, terang-terangan—"

"Berisik, Nathan! Lo nggak berguna tau nggak? Bukannya bantuin malah bacot nggak jelas!" omelku sebal.

"Loncat buruan bego! Lo yang banyak bacot! Lo yang selingkuh gue yang repot!" seru Nathan sambil menoleh ke arah tenda.

"BERISIK NATHAN!" geramku kesal.

Aku menggeram kesal lalu memejamkan mataku, aku mulai memasukkan kakiku melalui pintu darurat tersebut, perlahan aku mulai turun dan memasukkan badanku. Sial karena badanku sedikit gemetar, tanganku masih berpegangan pada ujung bagian atas. Okay Jacy ini tidak terlalu tinggi, memejamkan mataku lalu melepaskan peganganku dan HAP aku terjatuh ke dalam RV dengan posisi kaki menyentuh daratan duluan, dan itu sangat menyakitkan.

"Mommy daddy ... sakit ..." rengekku berusaha menahan rasa sakit di sekitaran pergelangan kakiku.

Aku hanya merengek tapi tidak mengeluarkan satu bulirpun air mata, ini kebiasaanku merengek tanpa menangis. Aneh? Tidak. Aku lebih senang merengek daripada menangis.

UNCHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang