Bab 57

6.6K 483 474
                                    

"Papa."

Terdengar seruan dari sampingku, kemudian dilanjutkan dengan sebuah pergerakan tiba-tiba namun perlahan. Aku membuka mataku ketika terdengar seruan lagi dari suara Ken yang memanggil Papanya. Menetralkan pandangan ketika banyak cahaya yang berusaha masuk menerobos iris mataku.

"Pa aku mau ngomong."

Kaget, aku benar-benar kaget lalu menegapkan tubuh menoleh ke arah pintu dan menemukan Ken sedang menahan Papanya agar tidak keluar ruangan.

"Lepas, Ken!" Suara tegas Om Alvin terdengar sangat jelas di telingaku. Astaga aku takut sekarang.

"Aku mau ngomong sama Papa."

"Papa sibuk."

Menggigit bibir bawahku takut, astaga dimana Dad? Aku tidak bisa melerai mereka berdua, aduh bagaimana ini?

"Pa aku tau aku salah, aku tau kalau aku penyebab semuanya ini terjadi, tapi Papa nggak usah terus-terusan nganggep aku nggak ada. Pa, aku nggak punya siapa-siapa lagi di sini selain Papa sama Mama. Dan sekarang Mama lagi sakit bahkan belum sadar, terus Papa malah mengabaikan ak—"

"Cukup Ken! Papa nggak mau bahas!" bentak Om Alvin memotong perkataan Ken.

"Masalah ini harus dibahas Pa!" balas Ken malah membentak balik Papanya.

Astaga ini tidak baik, ini tidak bagus, ini berbahaya.

"Nggak ada yang harus di bahas!" lagi, Om Alvin kembali membentak Ken.

"Pa, bisa nggak sih Papa berhenti mengabaikan aku?"

Om Alvin menghentakkan tangan Ken yang masih memeganginya lalu buru-buru berjalan keluar. Aku kira Ken akan menyerah, tapi tidak tahunya si kepala batu itu malah ikut keluar menyusul Om Alvin. Bahaya!

Aku bangkit lalu berlari ke arah pintu, namun di saat aku melongokkan kepalaku ke arah luar aku menemukan Ken sedang ditampar oleh Papanya. Sial. Astaga bagaimana ini? Aku panik, aku benar-benar panik. Apa aku harus keluar dan melerai pertengkaran mereka berdua? Astaga aku tidak bisa. Jika aku keluar dan melerai mereka, itu akan terlihat seperti drama di televisi. Ah sial! Baiklah aku tidak peduli, aku harus keluar dan melerai pertengkaran antara anak dan orangtua itu.

Di saat aku akan keluar, tiba-tiba sosok tinggi Dad muncul menengahi mereka berdua. Mendorong Om Alvin agar menjauh dari Ken dan menatapnya tajam. "Alvin lo apa-apaan sih? Dia anak lo! Ken anak lo! Astaga!"

Ada sedikit rasa lega di dalam dadaku ketika melihat Dad yang tiba-tiba muncul dan menengahi mereka berdua. Om Alvin maupun Ken sama-sama diam dan menunduk, Dad menoleh pada Om Alvin dan Ken secara bergantian. Lalu pandangannya jatuh pada Om Alvin yang masih memperlihatkan urat tegang pada bagian pelipisnya.

"Lo kenapa tampar anak lo lagi?" tanya Dad.

Om Alvin diam tidak menjawab, dia bergerak gelisah dan memberanikan diri untuk membalas tatapan Dad.

"Alvin, Ken ini anak lo. Bisa nggak sih lo berhenti nyalahin anak lo atas kecelakaan yang terjadi pada Kate? Itu sebuah kecelakaan, dan bukan kejadian yang di rencanakan! Walaupun kecelakaan itu terjadi karena Kate lagi cari Ken, bukan berarti lo harus terus-terusan salahin Ken. Kecelakaan itu udah takdir, itu semua rencana Tuhan," ucap Dad begitu tegas di hadapan Om Alvin.

Dad menghembuskan nafasnya lalu mengangkat tangannya dan mengusap pundak Om Alvin. "Ken lagi butuh lo. Seharusnya lo sama dia bisa menenangkan satu sama lain, seharusnya lo bantu Ken supaya dia nggak terus-terusan nyalahin dirinya sendiri. Lo pikir Ken biasa aja? Lo nggak tau kan kalau dari kemarin itu anak lo terus-terusan nyalahin dirinya sendiri, di tambah dengan sikap lo yang kayak gini malah nambah beban pikirannya aja," kini nada suara Dad berubah menjadi rendah.

UNCHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang