Songs for this chapter :
5 Seconds of Summer - Amnesia
5 Seconds of Summer - Invisible
5 Seconds of Summer - Jet Black Heart
One Direction - If I Could Fly
notes: jadi ini tadinya mau dihapus, tapi sayang. part ini memakai sudut pandang Zeeo, waktunya setelah putus dengan Jacquelyn secara resmi di rumah sakit.
○●○●○
Deringan telepon tersebut memaksa kedua bola mataku untuk terbuka dan mengecek siapa yang sudah mengganggu tidurku. Awalnya aku kira deringan tersebut akan terhenti begitu saja, tapi nyatanya tidak karena dering tersebut terus menerus berdering sehingga memekakan telingaku. Sial. Kepalaku terasa begitu berat dan pusing, mencoba membuka kedua mataku dan menormalkan cahaya yang masuk ke dalamnya. Mengusap wajahku lalu meraba-raba sekitar kasur dan berharap segera menemukan benda sialan yang berisik itu, lalu melemparkannya ke tembok.
"Fuck!" umpatku ketika aku tidak kunjung menemukan ponselku.
Tiba-tiba saja benda sialan itu berhenti berdering, aku bersyukur karena aku tidak perlu repot-repot mencarinya lagi. Memejamkan kedua mataku yang setengah terbuka dan berharap dapat kembali masuk ke dalam alam mimpi. Ya aku tahu walaupun tadi malam aku mengalami mimpi buruk, tapi setidaknya mimpi buruk itu masih lebih baik daripada kenyataan yang sedang kuhadapi.
Membalikkan tubuhku ke arah lainnya agar tidak terpapar sinar matahari, namun tanganku malah menemukan sebuah botol di dalam selimutku. Meraihnya lalu melihat botol apakah ini, membuka kembali mataku dan tampak sedikit buram— ugh ini hanya botol yang menemaniku tadi malam. Sudut bibirku tertarik sedikit ke samping lalu aku melemparkan botol tersebut entah kemana dan terdengar suara botol kaca tersebut menghantam dinding kamar— atau entah menghantam pintu kamar. Aku tidak peduli.
Astaga kepalaku semakin berat dan pusing di tambah dengan perutku yang mual. Belum lagi terasa kaku dan perih pada beberapa bagian di wajah. Baik; aku menyerah, sesuatu dalam perutku terus menjalar naik dan memaksaku untuk berlari ke kamar mandi. Melompat turun dari atas kasur dan berlari menuju kamar mandi, membuka closet dan keluar begitu saja dari dalam mulutku. Perutku kembali terasa mual dan aku kembali memuntahkannya.
Meremas rambutku lalu menyiram bekas muntahanku tadi, mencari sesuatu di kotak obat dan menemukan aspirin. Mengeluarkannya dua buah lalu menelannya dan di lanjutkan dengan meneguk air putih. Rasa pusing itu masih ada, memijiti pelipisku sambil menatap diriku di depan cermin dan membasuh wajahku asal.
Aku kacau sekali.
Sangat.
Menurunkan tanganku dari wajah dan kembali menatap cermin, bodoh. Tanpa kusadari tangan kananku terkepal begitu saja dan dengan cepat aku melayangkannya pada cermin di hadapanku. Aku melakukan hal tersebut karena aku benci pada pantulan bayangan di cermin tersebut.
Suara kaca pecah di temani dengan serpihan kaca yang meluncur begitu saja ke lantai kamar mandi menghiasi pagiku— pagi? Kupikir sepertinya sudah siang atau ku pikir sore karena tadi aku sempat melihat jam digital di samping tempat tidurku menunjukkan pukul 03:00 pm. Menarik kepalan tanganku dan menatapnya, kini ada beberapa pecahan kaca yang menancap pada salah satu jariku dan terasa begitu perih. Menghembuskan nafasku lalu mencabut pecahan kaca tersebut dan membuangnya ke lantai sambil meringis pelan. Dan kini yang tersisa hanyalah luka sobek dan darah yang mengalir, namun tidak begitu deras.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNCHANGED
Teen Fiction❝Maybe it's not about the happy ending, maybe it's about the story.❞ WARNING: This story is contain harsh words and another bad content, for story needed. So, please be wise. Do NOT steal any contents and scenes on this story because everything is b...