Sudah 6 hari aku menghabiskan setiap detiknya bersama Ken dan itu berarti besok Ken berangkat ke Amerika. Eh tapi tidak benar-benar setiap detik, karena Mom tidak memperbolehkan aku untuk menginap di rumah Ken dan Ken tidak boleh menginap di rumahku. Menyebalkan memang, padahal dulu aku boleh-boleh saja menginap di rumah Ken.
Dua hari yang lalu Tante Kate dan Veme sudah pulang dan kondisi mereka terlihat sangat baik juga sangat sehat. Hanya saja ada sesuatu yang agak ganjil, sepulang Veme dari rumah sakit Zeeo selalu ada bersama Veme. Tidak— aku tidak cemburu, hanya saja aneh tidak biasanya. Katanya Veme bukan hamil anak Zeeo, tapi mereka malah berduaan terus. Cih.
"Temenin gue," ujar Ken mengagetkanku.
Menoleh ke samping lalu menatapnya malas. "Lo bisa pergi sendiri."
"Gue nggak minta lo buat temenin gue, tapi gue perintah lo buat temenin gue dan itu berarti lo harus mau karena itu adalah sebuah perintah," katanya berbisik agar orang lain tidak dapat mendengarnya.
"Males ah, udah malem. Lo pergi sendiri aja," tolakku.
"Perlu gue panggil lo sayang di depan banyak orang biar lo mau nemenin gue beli perlengkapan?" ancamnya.
"Don't you dare, Ken!" desisku kesal.
"Apaan sih? Berisik aja," omel Oscar yang duduk di sebrangku.
Kami semua sedang makan malam bersama di rumah Om Alvin, ya kami semua termasuk keluarga Om Zhafran dan Om Nino. Sialan benar-benar sialan, entah mengapa bisa aku duduk di apit oleh Zeeo juga Ken. Tadinya aku akan pindah, tapi Ken melarangku untuk pindah tempat duduk. Karena kata Ken jika aku pindah itu berarti aku belum bisa melepas Zeeo sepenuhnya. Jadilah aku tidak pindah karena aku yakin jika aku sudah bisa melepas Zeeo, ya sepertinya.
Selesai makan, Dad mengumumkan tentang pernikahan Zac dan Crystal yang akan di gelar sekitar dua minggu lagi. Dan setelah itu mereka semua berencana untuk pulang ke rumah agar Tante Kate bisa beristirahat. Namun ketika aku akan mencoba untuk kabur dan pulang, Ken menahanku dan dia malah minta izin pada kedua orangtuaku agar aku boleh ikut bersamanya. Sialnya Mom dan Dad mengizinkan, hanya saja Mom mengatakan jika Ken harus mengantarkanku pulang di bawah jam 11 malam, dan Ken mengiyakannya.
Kini aku sudah berada di dalam mobil bersama Ken dan baru saja meninggalkan pelataran rumahnya, sebenarnya aku sudah mengantuk tapi Ken tetap memaksa— bahkan dia menyuruhku untuk tidur di mobil saja.
"Lo mau beli perlengkapan apaan sih?" tanyaku.
"Bukan barang penting sih," jawabnya yang terus terfokus pada jalanan di hadapannya.
"Ya udah kalau nggak penting nggak usah di beli, anterin gue pulang!"
"Lo pikir gue bakalan nurutin kemauan lo? Jangan harap."
"Nyebelin banget sih."
"Lo kan udah tau kalau gue memang nyebelin dari lahir."
Aku tidak mau membalasnya, jadi aku lebih memiilh untuk diam saja dan menikmati pemandangan dari sampingku. Jalanan masih cukup ramai, dan itu membuatku memiliki banyak objek yang bisa aku perhatikan daripada berdiam diri dan terus merutuk tentang seseorang di sampingku.
Sampai di sebuah supermarket, Ken memarkirkan mobilnya lalu dia turun dan menutup pintunya. Berjalan ke arah supermarket tanpa menungguku terlebih dahulu, menyebalkan sekali dia yang mengajakku dan sekarang dia meninggalkanku begitu saja. Benar-benar menyebalkan, bahkan dia turun dari mobil tidak mengucapkan sepatah kata pun. Membuka sabuk pengaman lalu bergegas turun dari mobil dan berlari kecil menuju supermarket tersebut. Membuka pintu supermarket dan menemukan Ken sedang berdiri mematung di samping sebuah rak berisi banyak coklat, buru-buru aku menghampirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNCHANGED
Fiksi Remaja❝Maybe it's not about the happy ending, maybe it's about the story.❞ WARNING: This story is contain harsh words and another bad content, for story needed. So, please be wise. Do NOT steal any contents and scenes on this story because everything is b...