Bab 40

7.1K 485 400
                                    

"Jacy bangun!"

Aku memutar tubuh dan memunggungi asal suara yang menggangguku itu.

"Jacquelyn bangun!" ucapnya lebih tegas.

Perlahan aku membuka mataku yang terasa begitu berat, lalu kembali memutar tubuhku dan menemukan Mom berdiri di sisi kasur dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

"Bangun dan bereskan kamar kamu sekarang!"

"Aku ngantuk," ucapku tidak peduli dengan perkataannya.

Di saat aku akan kembali memejamkan mataku, tiba-tiba Mom menarik telingaku. "Bangun atau telinga kamu putus?"

"MOM SAKIT! LEPAS!" pintaku seraya memukuli tangan Mom.

"Nggak akan Mom lepas sampai kamu benar-benar bangun," ancamnya.

"Fine Mom aku bangun! Aku beresin kamar aku!" erangku dan akhirnya Mom melepaskan jewerannya di telingaku. aku mengusap-ngusap telinga kesayanganku yang hanya aku miliki sepasang ini. Sedari kecil aku sering kali di jewer, tapi beruntung karena telingaku masih setiap menemani hari-hariku sampai saat ini. Umm apa yang baru saja aku katakan? Sepertinya aku mengalami sedikit pergeseran pada tata letak otak di dalam tempurung lutut—maksudku kepalaku.

Mom melemparkan sebuah benda yang baru saja di pungutnya dari lantai dan mendarat tepat di pangkuanku. "Tiga puluh menit dari sekarang, dan kamar kamu harus sudah selesai."

Aku mengerutkan keningku, memandang jam digital yang menunjukkan pukul 06:00. Astaga pagi sekali Mom membangunkanku.

"Jika dalam waktu tiga puluh menit barang-barang kamu nggak rapih pada tempatnya semula, hukuman kamu akan bertambah Jacquelyn. Kali ini Mom sama Dad serius dengan hukumannya," kata Mom memperingatiku.

"Tapi Mom—"

"That's your problem lil bunny." Ucap Mom lalu memutar tubuhnya dan berjalan keluar dari kamar.

"MOMMY, I HATE YOU!" teriakku kesal.

"I hate you more, baby." Balas Mom tanpa menoleh kebelakang lagi.

Ugh! Aku mendengus kesal lalu melempar jam digital sialan yang masih sanggup menyala itu, aku mengerjap beberapa kali dan mengamati keadaan sekeliling. Gosh, tempat ini benar-benar berantakan, bagaimana caranya aku merapikan semua kekacauan ini dalam waktu 30 menit? Jangankan kamar, hatiku yang sedang kacau juga belum aku tata kembali.

Aku mengepalkan kedua tanganku kuat-kuat lalu meletakkannya di kedua pelipisku dan menggosok-gosokkannya, sialan karena pagi-pagi begini aku sudah mendapatkan sebuah musibah. Menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan, memejamkan mata dan merasakan semua udara masuk melalui saluran yang semestinya.

"Ugh, I hate this life," Gerutuku lalu melompat dari atas kasur dan mulai memungut bantal.

Aku tidak tahu apa yang salah dengan otakku atau hatiku, karena hari ini aku merasa tidak lebih baik dari hari sebelumnya. Semuanya sama saja seperti kemarin, tidak ada satu orang pun yang berusaha untuk menghiburku. Ada juga Oscar yang malah berusaha untuk membuat darahku kembali naik ke ubun-ubun.

Memungut guling beserta sprei dan bedcover— oh sial! Aku lupa jika sprei dan kasurku sudah terkena najis, damn it! Aku menarik sprei dan bedcover lalu menaruhnya di pinggir pintu agar aku tidak lupa untuk membakarnya. Setelah itu aku merapikan guling beserta bantal di atas kasurku. Tapi jika di pikir-pikir, guling dan bantalku pun tersentuh oleh mereka jadi sebaiknya aku bakar juga benda-benda tersebut. Akhirnya aku lempar bantal dan guling ke sudut kamar samping sprei dan bedcover.

UNCHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang