Bab 19

7.9K 482 167
                                    

Aku berlari kecil ke lantai atas dan ternyata masih ada Zeeo disana, dia baru saja menyampirkan ransel di pundaknya. Aku tahu sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk berbicara, jadi aku melihatnya sekilas lalu berlari kecil menuju kamar.

Setelah semua sudah siap aku berjalan keluar kamar lalu menuruni anak tangga, ternyata di ruang tengah sudah kosong, berarti mereka semua sudah berada di teras depan, bersemangat sekali mereka ini huh.

Aku berjalan santai, sampai di teras aku menemukan mereka semua sedang berpamitan dengan mom dan dad. Hey mengapa dad ada di rumah? Bukankah seharusnya dia masih berada di tempat kerjanya?

"Hey little bunny," sapa Dad ketika melihatku keluar dari rumah.

Hehe, jangan mengejek karena itu panggilan sayang dari Dad untukku.

"Jaga diri, hati-hati kalau ada apa-apa kamu telepon Dad," ucapnya.

"Tapi kan ponsel aku—"

"Nih," aku menoleh ke samping dan menemukan mom menyodorkan sebuah ponsel baru padaku.

"HP baru? Yes!" seruku senang.

"Mom liat ponsel kamu hancur, Mom bersyukur karena ponselnya nggak sisa separo. Kalau ponselnya sisa separo Mom harus curiga kalau kamu gerogotin tuh ponsel," cerocos mom.

"Mom!" pekikku lalu mom tertawa. Aku melepaskan pelukanku pada dad lalu memeluk mom dan mencium pipinya, "Terima kasih Mom."

"Hey, dad yang beliin kamu HPnya bukan mom," seru dad tidak terima.

Aku melepas pelukanku dari mom lalu menarik dad dan memeluk mereka berdua secara bersamaan. "Okay thank you."

"Harusnya kalian bertiga masih dalam masa hukuman," bisik dad

"Tapi Om Nino membantu aku supaya keluar dari masa hukuman yang dad buat," jawabku merasa menang.

"Nino nggak pernah membiarkan anak siapapun menderita, typical," tambah dad.

"Om Nino memang terbaik!"

"Jadi dad nggak baik buat kamu?" tanya dad seraya melepas pelukannya lalu menatapku

"Dad sangat baik, sampai menghukum anaknya mencuci mobil dan menguras kolam renang," ujarku lalu tertawa.

"Kamu mau dad tarik izin kamu supaya nggak bisa ikut liburan?" ancamnya.

"Oh tidak perlu terima kasih," aku terkekeh lalu cium tangan mereka, pamit.

"Jaga diri, hati-hati," ucap mom.

"Semua orang bilang gitu, jaga diri dan hati-hati," balasku seperti meledek mom.

"Jezz!" seru mom dengan mata membulat.

"Oke oke mom, aku bisa jaga diri. Lagi pula aku punya banyak bodyguard di dalam sana, dan mereka pasti akan melakukan apapun yang aku mau."

"Oke terserah kamu, mom titip Oscar. Seharusnya dia nggak boleh pergi karena dia belum sembuh total," ucapnya.

"Ada Zeea, Oscar pasti tiba-tiba sembuh kalau udah sama Zeea," kataku.

Mom tersenyum lalu mengacak rambutku. "Cepetan pergi, mom pusing liat kamu."

"Mom jahat banget astaga!" ujarku histeris.

"Sejak kapan kamu jadi drama queen gini?" tanya mom sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Pasti gara-gara Zeeo," tebak dad lalu menjawil hidungku.

Aku memutar bola mataku. "Nggak dad. Udah ya aku pergi." pamitku untuk menghindari percakapan bodoh yang akan terus memanjang.

UNCHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang