Mata tajam nan menggoda milik Kieran terus mengawasi kelas Cassie dari kejauhan. Sesekali laki-laki itu tersenyum melihat Cassie yang diam-diam memasukkan marshmallow ke dalam mulutnya, ditutupi buku paket Matematika yang ia tegakkan.
Sejak pertemuan mereka tadi pagi, Kieran langsung mencari informasi tentang Cassie dari Aldo. Sahabatnya yang satu itu selalu tahu informasi terbaru di sekolah.
"Namanya Cassandra Atzi, murid pindahan. Nggak tau dari mana, yang jelas SMP-nya bukan di Skylar. Gue nggak punya banyak info kalo dia, Bu Ivana nggak mau ngasih. Padahal udah gue janjiin jalan ntar Sabtu. Yang jelas, sejak jadi anak Skylar, dia jadi primadona."
Gadis polos yang misterius. Hal itulah yang membuat Kieran semakin tertarik. Sejak melihat Cassie tadi pagi, Kieran langsung tertarik pada gadis polos itu. Andai saja Kieran tahu ada murid baru secantik Cassie, ia akan langsung memesan tiket pulang dari Bora-Bora sejak minggu lalu.
"KIERAN! NGAPAIN KAMU DI SITU?!"
Suara Pak Gendut— nama aslinya Pak Imam, namun karena tubuhnya yang gemuk, banyak murid-murid memanggilnya Pak Gendut— membuat Kieran berdecak. Ia paling malas kalau sudah berurusan dengan guru satu ini. Entah mengapa, Pak Gendut selalu hadir saat Kieran kabur dari kelas.
"Bapak nggak ada kerjaan lain apa selain gangguin saya?"
"Sembarangan! Kamu yang salah! Ini jam pelajaran, ngapain kamu di sini?!" Pak Gendut sudah berdiri di sebelah Kieran. Sayangnya, omelan Pak Gendut tak digubris sama sekali. Kieran masih fokus mengamati Cassie sembari senyum-senyum sendiri.
"Heh! Saya lagi ngomong sama kamu! Benar-benar nggak ada sopan santunnya kamu sama guru! Kamu pikir saya pajangan di sini?!" Pak Gendut menjewer telinga Kieran, membuat laki-laki itu kesakitan.
"Aduh, aduh, Pak! Apaan, sih?! Gangguin saya aja! Saya lagi ngeliatin calon pacar saya, harus konsentrasi!" Kieran berusaha melepas jeweran Pak Gendut, namun nihil.
"IKUT SAYA!" Pak Gendut menarik Kieran menjauh dari lapangan menuju ruang konseling untuk diserahkan pada guru BK.
***
Jam istirahat tiba. Cassie, Thea, dan Anggun berjalan menuju kantin. Baru dua menit bel berbunyi, tapi kantin sudah mulai ramai. Ketiga gadis itu mengedarkan pandangan, mencari tempat kosong.
"Itu kosong!" Cassie menunjuk satu meja di pojok. Gadis itu segera berjalan ke sana, di susul kedua temannya.
"Kalian mau apa?" tanya Anggun.
"Sop iga, wortelnya yang banyak. Nggak mau ijo-ijo ya. Minumnya es milo." Anggun mengangguki ucapan Thea.
"Lo, Cas?" Kini Anggun beralih ke Cassie.
Cassie mengedarkan pandangan, memperhatikan satu per satu stan makanan di sana. "Aku ikut boleh? Masih bingung. Thea berani ditinggal sendirian?"
"Nggak papa lah! Lo pikir gue balita nggak bisa ditinggal sendiri!" balas Thea. Cassie mengangguk, lalu bangkit mengikuti langkah Anggun.
"Bu, nasi sop iga dua. Satu banyakin wortel tanpa ijo-ijo, satu normal aja," kata Anggun pada penjaga stan. Cassie yang berdiri di sebelah Anggun, sibuk mengedarkan pandangan, mencari makanan apa yang menarik.
"Anggun, aku mau beli bakso yah," ucap Cassie pada akhirnya.
"Iya. Ntar perlu gue susulin, atau balik sendiri?"
"Balik sendiri aja. Aku kan udah gede," jawab Cassie. "Dah, Anggun."
Usai berpamitan pada Anggun, Cassie melangkah menuju stan penjual bakso. Badan Cassie yang kecil, ditambah stan bakso yang cukup ramai, membuat tubuh Cassie terhuyung kesana kemari.
Cassie meringis saat kakinya tak sengaja terinjak. Entah bagaimana caranya hingga gadis itu kembali keluar dari kerumunan. Tubuhnya yang kecil membuat Cassie hanya bisa pasrah, sampai akhirnya gadis itu terdepak.
Cassie tersentak saat sebuah lengan kekar melingkar di bahunya. Ia cukup terkejut saat tahu, Kieran-lah pelakunya.
"Mau bakso?" tanya Kieran. Cassie mengangguk, berusaha melepaskan rangkulan Kieran. Sayangnya, laki-laki itu lebih kuat.
"Sini, gue bantu." Kieran membelah kerumunan dengan mudah, hingga mereka berdua tiba tepat di depan penjaga stan bakso.
"Pak, campurnya dua porsi jadi satu. Tambah nasi putih juga." Lalu, Kieran menunduk, menatap Cassie. "Lo mau apa?"
"Ehm... keju sama puyuh aja, Pak. Satu porsi." Cassie bergerak tak nyaman dalam rangkulan Kieran. Pasalnya, kata-kata Thea tadi pagi terus terngiang di otaknya. Kieran adalah orang jahat, dan Cassie harus menjaga jarak dengan orang jahat.
Tak butuh waktu lama, hingga pesanan mereka jadi. Kieran sengaja meminta satu nampan saja, agar ia bisa modus mengantarkan Cassie sampai ke tempatnya.
"Ini uangnya, Kieran," Cassie mengeluarkan selembar uang dua puluh ribu dari dompet merah mudanya.
"Nggak usah. Gue traktir."
"Emang kamu ulang taun?" Dahi Cassie berkerut, bingung.
Kieran terkekeh gemas. "Nggak, Sayang. Duh, gemes amat sih calon pacar gue."
"Calon pacar?" Cassie masih mencerna ucapan Kieran. "Siapa?"
"Lo, lah. Siapa lagi," balas Kieran enteng. "Lo duduk di mana? Gue anterin."
"Nggak usah!" balas Cassie cepat. "Aku bawa sendiri aja. Kan aku udah gede."
"Panas, Cantik."
"Apanya yang panas?"
"Mangkuknya lah! Lama-lama gue cium lo di sini ampe pingsan." Kieran tak bisa menahan diri lagi. Kepolosan Cassie semakin membuatnya ingin menjadikan gadis itu pacarnya.
"Nggak mau!" Cassie buru-buru menutup mulutnya dengan kedua tangan sembari menggeleng kuat.
"Iya, nggak. Tempat duduk lo di mana? Tangan gue mulai pegel nih." Kieran mengangkat nampan yang dibawanya.
"Itu, di sana," ucap Cassie, menunjuk tempat di mana Thea dan Anggun berada. Kieran mengangguk, lalu melangkah, diikuti Cassie.
Sejak tadi, Thea dan Anggun mengamati pergerakkan Cassie. Tak hanya mereka, namun juga seisi kantin. Kieran bahkan bisa mendengar bisikkan-bisikkan, namun ia tak peduli. Berbeda dengan Cassie yang memang tidak sadar.
"Dihabisin, ya. Lo mau minum apa? Mau gue beliin juga?" tanya Kieran, sambil menepuk-nepuk puncak kepala Cassie.
"Nggak usah, udah dibeliin es milo." Thea menatap Kieran tak suka.
Menyadari temannya tak suka dengan kehadiran Kieran, Cassie ikut menyahut. "Iya, nggak usah. Makasih ya, Kieran."
Kieran mengangguk, lalu meninggalkan Cassie bersama teman-temannya. Sepeninggal Kieran, Thea dan Anggun langsung memelototi Cassie.
"Ayo jelasin!"
***
"Cassie jadi target baru lo sekarang?" tanya Aldo. Kieran langsung mengangguk.
"Dia punya gue, jangan diembat!"
Aldo terbahak. "Ya elah, Bro. Selera gue mah bukan yang innocent begitu. Nggak puas! Gue lebih suka yang berpengalaman. Kayak bu Ivana, atau si Anetta."
"Sinting lo. Guru pun lo embat!" sahut Rimba.
"Biarin. Dianya mau," balas Aldo. "Gue jadi penasaran. Informasi tentang tuh cewek kenapa dijaga banget, ya? Bahkan Bu Ivana nggak mau ngasih. Padahal biasanya gampang banget gue ngorek-ngorek informasi dari dia."
Kieran mengedikkan bahunya sembari tersenyum. "Polos tapi misterius. Bikin gue makin suka aja."
"Yeee, dasar buaya!" cibir Rimba.
Incognito - Cassandra.
8-3-21.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO ✓
Teen Fiction[SEQUEL BETWEEN LOVE AND LIES] Kesal karena dianggap hanya bisa bersembunyi di bawah ketiak sang ayah, Cellus mengajak kedua saudara kembarnya untuk masuk ke sekolah yang berbeda-beda, tanpa menggunakan embel-embel nama Williams. Tiga remaja di tig...