Ternyata, kemampuan Nora untuk bersembunyi dari Citra dan teman-temannya hanya bertahan selama tiga hari. Buktinya, sekarang keempat orang yang paling dihindarinya itu sudah berada di hadapannya sambil bersedekap dan menatap Nora remeh.
"Jadi ini, yang katanya pacaran sama ketua OSIS?" sindir Citra. Nora berusaha untuk tetap siaga, kedua tangannya memeluk tas ranselnya erat. Kejadian Citra menyiram tasnya dengan air bekas pel masih melekat kuat di kepalanya.
"Ngasih apa lo sampe dia mau? Keperawanan?" tanya Citra terang-terangan.
"Aku nggak semurahan itu!" Nora berusaha membela diri. Namun tetap saja gadis itu tak bisa menghilangkan rasa takut setiap berhadapan dengan Citra dan antek-anteknya. Bisa dibilang, Nora cukup trauma karena selalu dirundung sejak SMP.
Citra berdecih. "Kok lo nggak terima? Yang gue omongin bener, kan? Sehebat apa lo di ranjang sampe kak Cliff mau sama cewek udik kayak lo?"
PLAK!
Tak hanya Citra dan teman-temannya yang terkejut, Nora pun sama. Seumur hidupnya, ia tak pernah menampar orang lain. Memukul saja tidak, apalagi menampar. Nora selalu diajarkan sopan santun dan kelembutan oleh Laila sejak kecil.
Tapi kali ini, Nora tak bisa menahan diri lagi. Ucapan Citra benar-benar menurunkan harga dirinya, dan Nora tidak terima. Tapi menampar Citra juga bukan hal yang benar, karena Nora sadar dirinya hanya seorang diri. Sedangkan Citra, berempat.
"Berani ya lo sama gue!" Citra menjambak rambut Nora penuh amarah, membuat Nora memekik kesakitan. Tas dalam pelukannya ia lepas begitu saja agar ia bisa menahan tangan Citra yang semakin kuat menarik rambutnya.
Nora berusaha untuk tidak berteriak atau meringis. Ia tidak ingin terlihat lemah. Tapi semakin lama, jambakan Citra semakin keras— hingga Nora seperti merasa akan dibotaki saat itu juga. Gadis itu menggigit bibirnya kuat dan matanya mulai memanas.
Tak hanya sampai disitu saja, tiba-tiba seseorang yang entah siapa— yang jelas salah satu antek-antek Citra, mencekoki mulutnya dengan air yang sangat pahit dan berbau busuk.
"Telen!" pinta Citra. Ia menutup mulut Nora secara paksa saat gadis itu hendak memuntahkan semua cairannya. Nora berusaha untuk tak menelan air got di dalam mulutnya, meski ada sebagian yang tertelan.
"Gimana rasanya?" tanya Citra setelah melepas jambakannya. "Enak, kan?"
Nora tak menjawab. Gadis itu langsung memuntahkan semua cairan dalam mulutnya setelah Citra melepaskan dagunya. Mata gadis itu sudah mulai mengeluarkan air mata karena perbuatan Citra dan teman-temannya yang semakin hari semakin keterlaluan.
"Aku ada masalah apa sih sama kamu? Aku salah apa?!" tanya Nora sambil berteriak. Sayangnya, hal itu sama sekali tak mempengaruhi Citra.
"Mau gue? Lo keluar dari sekolah ini!"
"Ini bukan sekolah kamu! Kamu nggak ada hak buat nyuruh aku keluar!
Citra terkekeh. "Ya... terserah. Kalo lo mau di-bully selamanya sama kita sih nggak papa," ucapnya pongah. "Udah guys, cabut."
"Sampai ketemu besok, Nora." Citra menepuk-nepuk pipi Nora agak keras, lalu pergi meninggalkan taman belakang bersama teman-temannya.
Sepeninggal Citra, Nora langsung mengambil botol minumnya, dan berkumur. Air mata gadis itu sudah mengalir deras. Bully-an Citra selalu menyakitinya, meski Nora sudah berusaha sebaik mungkin untuk tidak terlihat lemah.
Nora terduduk di atas rerumputan, menekuk kedua kakinya dan menenggelamkan wajahnya di sana. Ia lelah, tapi ia harus tetap kuat. Hanya sekolah ini yang terdekat dengan rumahnya, dan Nora sudah cukup nyaman di sini meski harus berurusan dengan Citra. Selain itu, Nora juga mendapat beasiswa tujuh puluh lima persen, lebih dari cukup untuk meringankan beban Laila.
Bayang-bayang wajah ayah Nora kembali terngiang di otaknya. Gadis itu mendongakkan kepala, menatap langit-langit tempat ayahnya berada sekarang.
"Ayah, coba Ayah ada di sini..."
***
Nora berjalan ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya yang lengket dan bau karena tumpahan jus mangga di seragam dan lengannya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Citra.
Sudah lima belas menit Nora berusaha menghilangkan noda menguning di seragam putihnya, namun masih juga tak bisa menghilang sempurna. Nora takut Laila akan tahu dan malah menanyainya macam-macam nanti. Gadis itu tak ingin menambah beban pikiran bundanya.
"Lo kenapa?" tanya seorang gadis yang baru saja masuk ke dalam toilet. Nora menoleh sekilas, matanya sudah memerah menahan tangis.
"Ketumpahan jus, Kak," jawab Nora. Dilihat dari badge nama yang berwarna merah, Nora berasumsi gadis di hadapannya ini sudah kelas dua belas.
"Nggak bakal bisa ilang itu mau lo gosok sampe besok juga. Yang ada baju lo bolong," ucap gadis itu. "Beli seragam baru aja. Gue beliin di koperasi."
"Eh, nggak usah, Kak," tolak Nora halus. "Makasih bantuannya. Nanti aku beli sendiri aja."
"Beneran nggak papa?" tanya gadis itu. Nora mengangguk.
"Ya udah, lain kali ati-ati," ucapnya, lalu masuk ke dalam salah satu bilik toilet.
Nora pun akhirnya menyerah. Benar kata kakak kelasnya tadi. Sekeras apapun Nora berusaha menggosoknya, pasti tidak akan hilang.
Bel tanda istirahat usai berbunyi, membuat Nora keluar dari toilet dan kembali ke kelas.
***
Cliff baru saja keluar dari ruang OSIS. Saat ia hendak melangkah menuju parkiran, sayup-sayup ia mendengar suara teriakan dari taman belakang. Ia pun mengurungkan niatnya untuk langsung pulang, dan memilih mengayunkan langkahnya menuju taman belakang sekolah yang jarang dikunjungi orang.
Begitu sampai, Cliff langsung mendapati empat orang gadis sedang mengerumuni seorang gadis lain yang sudah terduduk di bawah. Keempat gadis itu tertawa keras sambil melontarkan kata-kata kasar, dan menyiram gadis di bawahnya dengan air, tepung, dan telur.
"Hei!" teriak Cliff, membuat keempat gadis itu terkejut. Mereka semua melotot kaget, dan langsung pergi saat melihat Cliff.
Sepeninggal keempat gadis itu, Cliff berjalan mendekati gadis yang dirundung tadi. Gadis itu masih terduduk di bawah dengan kepala tertunduk. Bahunya bergetar karena menangis.
Cliff berjongkok di sebelah gadis itu. "Lo nggak papa?" tanyanya. Gadis itu pun mendongak, membuat Cliff cukup terkejut melihat siapa yang jadi korban perundungan empat gadis tadi.
Nora.
Cantik banget ga seeh si Nora 😭❤️
Incognito - Clifford.
31-7-2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO ✓
Teen Fiction[SEQUEL BETWEEN LOVE AND LIES] Kesal karena dianggap hanya bisa bersembunyi di bawah ketiak sang ayah, Cellus mengajak kedua saudara kembarnya untuk masuk ke sekolah yang berbeda-beda, tanpa menggunakan embel-embel nama Williams. Tiga remaja di tig...