CLF | 14

3.8K 485 46
                                    

"Anjing!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anjing!"

Cellus mengumpat saat baru saja masuk ke dalam unit apartemennya. Bagaimana tidak, ia seperti melihat dirinya sendiri sedang duduk di sofa, menatapnya dingin.

"Lo ngapain?!" tanya Cellus pada Cliff. Ia mengelus dada saking kagetnya.

"Duduk."

"Grrr." Cellus memutar matanya. Ia melempar sepatu dan tasnya begitu saja, lalu tidur di lantai dekat Cliff.

"Mandi dulu, sana! Bau lo," titah Cliff. Ia tidak berbohong, Cellus benar-benar bau. Jersey basket yang dikenakannya basah kuyup karena keringat.

"Bentar." Cellus memejamkan matanya. "Gue capek beud."

"Mandi, Lus." Cliff mulai memainkan perannya sebagai si anak paling tua. "Gue udah bawain makan malem. Mandi dulu, baru makan."

"Oke!" Cellus langsung melompat bangkit, lalu berlari ke kamar mandi. Tak lama kemudian, ia keluar dengan handuk yang melilit di pinggang dan rambut basah.

"Balik badan, jangan ngintip! Ntar lo iri lagi sama punya gue." Cliff mendengus. Lalu, gunanya pintu kamar itu apa? Kan, bisa ditutup. Tapi tak apalah, Cliff tetap mengalihkan pandangannya.

"Makan, makan!" Cellus bersorak girang. Ia sudah memakai kaus dalam hitam dan celana boxer bergambar iron man, berjalan dengan langkah besar menuju meja makan.

"Widih, dari resto ya lo?" tanya Cellus. Cliff mengangguk, membantu Cellus membuka plastik khas restoran seafood milik keluarga mereka, lalu menghangatkannya satu per satu. Cellus tampak begitu antusias, apalagi melihat kepiting saus padang kesukaannya.

"Makan ini, minumnya es teh manis. Beuh! Mamamia lezatos."

Cliff mendengus. Ia tahu maksud Cellus. Laki-laki itu berjalan ke rak, mengambil dua gelas besar, lalu membuat es teh manis untuk mereka berdua. Tak lama, keduanya sudah duduk berhadapan di meja makan, mulai menyantap makan malam.

"Cassie nggak kesini juga?" tanya Cellus.

"Lagi dating."

"Anjir, tuh anak. Gue nggak nyangka, dia yang bakal dapet cowok duluan," keluh Cellus. "Padahal, gue udah siap mau main peran jadi kakak protektif. Eh, yang dilawan lebih sangar."

Cliff tersenyum tipis. Ia masih sibuk mengupas udang saus tiramnya. "Lus."

"Hm?"

"Gue mau nanya, dong."

Cellus berdecak. "Nanya ya nanya aja, kali. Apaan?"

"Cara deketin cewek... gimana, sih?"

"UHUK UHUK!"

Tidak, kali ini batuk Cellus tidak dibuat-buat. Terbukti dari wajahnya yang merah padam, dan gerakan paniknya meraih minuman untuk diteguknya.

Cliff hanya mengamati Cellus sambil melanjutkan makannya. Kalau Cassie yang tersedak, sih, beda cerita. Ini Cellus, jadi Cliff tidak khawatir.

Setelah merasa lebih baik, barulah Cellus kembali bersuara. "Lo mau deketin Rona, ya?"

"Hm. Nora." Cliff meralat.

"Kalo cara gue sih." Cellus menelan lebih dulu makanan dalam mulutnya. "Cari tau apa yang dia suka. Kasih perhatian, terus sering kasih barang. Nah, yang terakhir ini, nggak semua cewek suka. Jadi, jangan terlalu berlebihan."

"Sebenarnya, lo bisa pake cara apa aja, sih. Ada kok, cewek yang suka digombalin. Ada juga, cewek yang suka dikasih bunga, dikasih makanan. Love language orang beda-beda. Yang penting, lo jadi diri lo sendiri aja. Kan jayus, kalo lo tiba-tiba jadi banyak tingkah kayak gue. Atau ngasih jokes bapak-bapak yang sama sekali nggak lucu."

Cliff diam, menengarkan. Jadi dirinya sendiri?

Setelah lama terdiam, akhirnya laki-laki itu mengangguk paham. Sepertinya ia tahu apa yang harus dilakukan.

***

Hari terus berganti. Tak terasa, awal semester dua sudah dimulai.

Nora baru selesai membantu Laila membersihkan rumah dan memasukkan jajanan ke dalam plastik lalu menyusunnya di kotak. "Bun, Kakak berangkat dulu, ya!"

"Iya, hati-hati, Kak!" balas Laila dari dalam. Ia masih sibuk memandikan Sasa.

Baru saja Nora membuka pagar, gadis itu dikejutkan oleh motor sport yang tiba-tiba berhenti di depan rumahnya.

"Kak Cliff?" Nora tampak kebingungan saat melihat, ternyata pemilik motor itu adalah Cliff.

Setelah melepas helmnya, Cliff turun, lalu berjalan mendekati Nora. "Bunda lo ada?"

"Ada, lagi mandiin Sasa. Kenapa, ya, Kak? Hari ini nggak ngambil kue, kan?"

Cliff tersenyum tipis. Ia mengacak rambut Nora pelan, lalu mengambil alih keempat kotak yang sejak tadi dipegang oleh Nora, meletakkannya di atas jok motor.

"Gue mau pamit dan minta izin sama Bunda lo."

"Hah?" Nora semakin bingung. "Untuk apa?"

"Untuk bawa anaknya ke sekolah."

Detik itu juga, Nora langsung mengalihkan pandangannya, malu. Ia tidak ingin kegeeran, tapi Cliff tidak mungkin menjemput Sasa, kan?

"Eh, Cliff. Ngambil kue? Bukannya kemarin bilangnya untuk Sabtu Minggu lagi kayak dulu?" Sama seperti Nora, Laila yang baru saja muncul ikut bingung.

"Iya, Tante," balas Cliff. "Cliff mau minta izin jemput anak Tante ke sekolah."

Mulut Laila membulat, lalu ia mengembangkan senyumnya. Laila menatap Nora jahil, membuat gadis itu langsung mengalihkan pandangannya.

"Ya udah, titip anak Tante, ya, Cliff." Sudah, hanya begitu respon Laila. Ia mengabaikan tatapan terkejut dan tak terima yang dilayangkan putri sulungnya.

Astaga, Bunda. Sampe sekolah yang ada jantung Kakak nggak berfungsi lagi!

Kontras dengan Nora diam dan panik, Cliff malah mengulum senyum, puas karena jalannya mendekati Nora semulus jalan tol.

Restu orang tua kayaknya udah dapet, nih, Bos.

"Iya, Tante. Kalo gitu, Cliff pamit dulu."

Laila mengangguk. Ia melirik Nora sekilas, lalu kembali melayangkan senyum jahil.

Bun? Bunda!

"Ayo." Nora langsung tersentak saat Cliff menarik tangannya lembut, memberikan helm cadangan yang sudah dipinjamnya dari Cellus semalam. Gadis itu dengan sigap memakainya, meski sebenarnya ia juga masih bingung dengan kedatangan Cliff yang tiba-tiba ini.

"Naik."

Nah, kali ini, Nora tidak tahu harus bagaimana. Bukan apa-apa, motor Cliff cukup tinggi, dan tubuhnya sangat pendek. Susah.

"Kenapa?" tanya Cliff.

"Ini, tinggi banget." Nora menunjuk motor Cliff. Laki-laki itu terkekeh pelan.

"Permisi, ya." Dengan gerakan cepat, Cliff menyelipkan tangannya di ketiak Nora, lalu mengangkat tubuh gadis itu ke atas motornya, membuat Nora memekik kaget.

Setelah memastikan Nora aman, Cliff ikut naik, lalu menyalakan mesin.

"Pegangan," pinta Cliff. Nora— yang terhalang oleh jajanannya, hanya bisa meraih ujung jaket Cliff.

Lalu, Cliff langsung melajukan motornya.




Kayaknya cerita Cliff part-nya nggak sebanyak Cellus & Cassie, deh. Tapi nggak tau lagi hoho

Paporit aku si Cliff 😩✋🏻 Kalo kalian?




Incognito - Clifford.
18-8-2021.

INCOGNITO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang