"WOY GUYS!"
Cellus mengangkat kresek yang dibawanya dan menggoyangnya, hingga menarik atensi beberapa anak kecil yang sedang sibuk bermain petak umpet. Bahkan, mereka lupa dengan permainan mereka karena melihat Cellus.
"Kakak!!!"
Dalam sekejap, Cellus langsung dikerubungi para anak kecil itu. Mereka semua saling mendorong, berebut agar bisa berdiri paling depan, supaya dapat duluan.
"Eits, eits! Nggak rebutan." Cellus memperingati. "Kalian nyanyi dulu, nanti Kakak bagi."
"Yaaahhh..." Anak-anak itu berseru lesu.
"Dih? Nggak mau, nih? Ya udah, Kakak bagiin ke anak kompleks lain aja," ucap Cellus, membuat anak-anak itu panik. Mereka langsung bernyanyi asal, hingga bukannya terdengar bagus, malah berantakan.
"Potong bebek angsa, masak di kuali."
"Topiii saya bundar, bundar topi saya."
"Burunggg kakak tua, hinggap di jendela."
"Abang tukang bakso, mari-mari sini."
"Pacalku memang dekat, lima langkah dari lumah."
"Smooth like butter, like a criminal undercover."
"Udah, udah! Makin lama makin ngawur," ucap Cellus. Ia pusing sendiri mendengarkan anak-anak itu bernyanyi.
"Sekarang baris yang rapi. Biar nggak kalah sama semut," titah Cellus. Setelah anak-anak itu berbaris rapi, barulah Cellus membagikan es krim yang dibawanya.
Setelah semua anak mendapat es krim, mereka duduk melingkar. Cellus sendiri juga membeli es krim lebih untuk anak-anak baru— yang biasanya datang tiba-tiba saat mendengar pembagian es krim gratis.
Hampir setiap sore, setelah pulang dari sekolah, Cellus selalu membeli makanan di minimarket, lalu membagikannya ke anak-anak yang bermain di taman dekat apartemennya. Mereka semua rata-rata tinggal di kompleks sebelah apartemen Cellus.
Cellus suka sekali anak kecil. Sejak pindah ke apartemen, Cellus selalu melakukan itu. Duduk bersama anak-anak, mendengarkan keluh kesah dan curhatan mereka, lalu memberikan nasihat sesat. Rasanya senang sekali melihat wajah antusias mereka, padahal sedang dibohongi.
"Jadi, gimana sekolahnya?" tanya Cellus.
"Tadi di sekolah aku ada yang pacaran, Kak!" Anak laki-laki yang biasa dipanggil Diego menyahut duluan.
"Pacaran gimana? Masih SD udah pacaran?" Cellus pura-pura bingung. Padahal, dulu waktu dia SD juga sudah selingkuh.
Tapi sekarang sudah tobat, kok.
"Tadi temen aku yang cowok nembak temen aku yang cewek, pake bunga mawar, nyolong di depan sekolah," lanjut Diego.
Cellus terkekeh. "Bilangin sama temenmu, Go. Masak pake mawar? Udah nggak jaman, kali. Sekarang jamannya pake bunga bangkai."
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO ✓
Teen Fiction[SEQUEL BETWEEN LOVE AND LIES] Kesal karena dianggap hanya bisa bersembunyi di bawah ketiak sang ayah, Cellus mengajak kedua saudara kembarnya untuk masuk ke sekolah yang berbeda-beda, tanpa menggunakan embel-embel nama Williams. Tiga remaja di tig...