Sejak pukul enam pagi, motor Kieran sudah terparkir manis di parkiran motor Skylar. Pemandangan yang sangat langka, mengingat laki-laki itu sudah langganan terlambat.
Kieran terus mengarahkan pandangannya ke pintu gerbang, menunggu mobil putih milik Cassie tiba. Saking seringnya memperhatikan gadis itu, Kieran sampai hafal tipe, warna, dan plat nomor mobil Cassie. Bahkan, ia sering mengajak supir pribadi Cassie mengobrol.
Pendekatan, ceritanya.
Empat puluh lima menit kemudian, mobil yang Kieran tunggu-tunggu akhirnya tiba. Laki-laki itu langsung berdiri tegak, membenahi rambut dan jaket kulitnya, lalu berjalan menuju gerbang, menyambut sang pujaan hati.
"Cantik!"
Cassie langsung tersentak kaget mendengar suara Kieran. Jantungnya langsung berdegup kencang. Kali ini, Cassie sudah tidak khawatir lagi. Kata Cellus, itu hal yang normal kalau sedang jatuh cinta.
Intinya, lo kalo dideketin dia, jangan mau. Langsung pergi aja. Mlengos ngono lho, Dek.
Kata-kata Cellus kembali terngiang di benak Cassie. Tanpa membalas sapaan Kieran, Cassie langsung berjalan menjauh, masuk ke dalam sekolah.
Kieran mengerutkan keningnya, bingung dengan sikap aneh Cassie. Laki-laki itu berlari kecil mengejar, lalu mencekal lengan Cassie.
"Kenapa? Gue ada salah ya, sama lo?"
"Nggak," jawab Cassie cepat. Wajahnya dibuat seangkuh mungkin, hasil latihan selamaman bersama Cellus.
Kerutan di dahi Kieran semakin ketara. "Lo kenapa? Marah sama gue?"
"Nggak."
"Kok jadi jutek? Kasih tau gue dong, gue salah apa. Gue minta maaf deh, kalo salah," ucap Kieran memelas.
Cassie menggeleng. "Nggak ada, Kieran. Oh iya, soal yang kamu bilang kemarin..." Cassie menjeda.
Mata Kieran langsung berbinar penuh harap. Padahal dia belum menagih, Cassie sudah membahasnya duluan. "Mau, ya? Mau, kan kan kan?"
"Maaf, aku nggak bisa," balas Cassie. Membuat menara harapan Kieran langsung runtuh sekali tendangan.
"Kok gitu?!" tanya Kieran kecewa.
"Maaf, Kieran..." kata Cassie lagi. Cekalan Kieran mengendur seketika, seiring dengan ekspresi mukanya yang semakin muram.
Tak ingin berlama-lama bersama Kieran, Cassie langsung pergi.
***
Kieran baru masuk muncul saat istirahat. Setelah ditolak Cassie tadi pagi, Kieran batal masuk. Ia memilih pergi ke warung depan sekolah untuk merokok. Kalau saja hari ini tidak ada ulangan Bu Rini nanti siang, ia pasti sudah bolos.
"BHWKAKAKAKA! BOS, KENAPE TUH MUKA?! AMPE TURUN BEGITU KEK ANJING BULLDOG!"
Suara lantang Aldo membuat Rimba ikut menoleh. Lalu, ia ikut tertawa. "Kenape lu? Abis ditolak Cassie?"
"Hm."
"HAHAHAHAHAHA!!!" Tawa Aldo dan Rimba semakin keras. "Do, Do! Liat Do! Si buaya akhirnya ditolak cewek!"
"Iya, anying! Langka, neehh! Pertama kalinya dalam sejarah, Kieran Aldebara ditolak cewek!" balas Aldo sembari tertawa keras.
Kieran tak membalas. Yang dikatakan Aldo dan Rimba memang benar.
Seumur hidupnya, baru kali ini Kieran ditolak perempuan. Biasanya, semua gadis yang ia tembak, pasti langsung menerima tanpa berpikir. Bahkan tak sedikit yang menembak Kieran duluan.
'Gue tuh kodratnya menolak, bukan ditolak!' begitu kata Kieran dulu. Tapi sekarang, sudah tidak lagi.
"Sakit hatiku, remuk jantungku..." Aldo mulai bernyanyi sumbang.
"Lembek lo, Ran. Baru ditolak sekali aja, langsung kek nggak ada harapan hidup!" celetuk Rimba. "Lo cowok apa bukan?"
"Maksud lo apa?!" tanya Kieran tak suka. Baru pertama kalo ngerasain ditolak, jadi sensitif.
"Lo paham lah maksud gue, yakali lo sebego itu," ucap Rimba. Sengaja memasang wajah menyebalkannya untuk menyulut Kieran. "Btw, si Cassie kan udah nolak lo. Gimana kalo gue deketin?"
"Jaga mulut lo, ya!" emosi Kieran mulai tersulut. "Dia punya gue, lo jangan gitu dong sama temen!"
Rimba hanya mengedikkan bahu, mengabaikan Kieran yang menatapnya tajam. "Jangan macem-macem lo ya, Nying! Tuh cewek punya gue. Punya G-U-E!"
"Idih idih, pocecip," celetuk Aldo. Ia tahu betul, Rimba hanya berusaha menyulut emosi Kieran.
Tak ingin berlama-lama bersama kedua teman brengseknya, Kieran memilih pergi.
***
Dua minggu berlalu, Cassie terus menghindari Kieran. Benar-benar menghindari. Setiap melihat Kieran, Cassie langsung pergi ke arah lain.
Hal itu mampu membuat Kieran terus uring-uringan. Hampir setiap hari ia membuat masalah. Hampir semua guru dibuatnya marah, sampai urat-urat mereka mencuat saking kesalnya.
Persetan. Suka-suka Kieran.
Seperti saat ini. Pak Gendut sedang mengajar di depan kelas, Kieran malah asyik tidur. Bukan hanya tidur biasa. Kedua kakinya ia naikkan ke atas meja. Kepalanya ia sandarkan ke tembok belakang kelas.
"KIERAN ALDEBARA!"
Suara Pak Gendut begitu menggelegar, membuat beberapa teman sekelas Kieran terlonjak kaget. Namun ajaibnya, Kieran tidak terganggu sama sekali. Bergerak pun tidak.
"Woy, psst! Pak Gendut, tuh!" Aldo menyenggol-nyenggol lengan Kieran, namun laki-laki itu tetap tidak bangun. Pak Gendut semakin mendekat, membuat Aldo gugup sendiri. Yang dimarahi Kieran, yang takut Aldo.
"Ran! Goblok!" Aldo jadi jengkel sendiri. "Auk, ah!"
PLAK!
Pak Gendut memukul kepala Kieran dengan penggaris besinya. Kali ini, berhasil membangunkan Kieran.
"Eh, Bapak." Kieran menyengir. "Balik ngajar, gih. Jangan gangguin saya bobok."
"KURANG AJAR! SANA KALO MAU TIDUR, KELUAR!"
"Oke!" Tanpa disuruh dua kali, Kieran langsung bangkit, dan berjalan keluar. Sebelumnya, ia melambaikan tangannya, yang dibalas oleh Aldo dan Rimba.
***
Rahang Kieran mengeras melihat pemandangan di depannya. Jadi ini alasan Cassie menolaknya?!
Sudah lebih dari dua minggu Cassie mengacuhkannya. Bukan sekali dua kali Kieran datang ke apartemen Cassie dan mengajaknya pergi, namun Cassie selalu menolak.
Dan sekarang, ia melihat Cassie berjalan di koridor bersama laki-laki lain. Bahkan, gadis itu tertawa!
"Anying!" umpat Kieran kesal. Bisa-bisanya?!
Sejujurnya bingung nih cerita alurnya gimana, wkwk. Kalian masih ada yang mau baca nggak, sih?
Tapi aku nggak berniat un-pub, sih. Emang ni cerita bawaanya ringan aja, nggak berat kayak yang lainnya.
Kalo mau tegang-tegang, baca Oliver aja. Kalo mau sedih-sedih, Amoira bisa tuh. *promosi*
Ketemu di chapter selanjutnya, ya!
Incognito - Cassandra.
11-4-2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO ✓
Teen Fiction[SEQUEL BETWEEN LOVE AND LIES] Kesal karena dianggap hanya bisa bersembunyi di bawah ketiak sang ayah, Cellus mengajak kedua saudara kembarnya untuk masuk ke sekolah yang berbeda-beda, tanpa menggunakan embel-embel nama Williams. Tiga remaja di tig...