"Pagi, Cantik."
Cassie terlonjak kaget saat tiba-tiba Kieran melompat dari tangga atas ke hadapannya. Gadis itu refleks mundur dua langkah, memberi jarak antara dirinya dan Kieran. Cassie menoleh ke kanan, kiri, dan belakang tubuhnya, lalu kembali menatap Kieran.
"Kieran ngomong sama siapa?" tanya Cassie.
"Lo, Sayang," balas Kieran. Ia menatap netra abu Cassie lekat, membuat gadis itu salah tingkah.
"Nama aku, Cassie, bukan Cantik," jawabnya malu-malu. Kieran terkekeh, mencubit pipi Cassie gemas.
"Mulai sekarang, gue bakal panggil lo Cantik." Kieran merangkul Cassie, hendak mengantarkannya ke kelas. Namun sayangnya, Cassie langsung menunduk, melepaskan diri dari rangkulan Kieran.
"Jangan," ucap Cassie.
"Kenapa?"
"Nanti Thea marah."
Kieran berdecak pelan. "Temen lo itu, biar gue yang hadapin. Pokoknya, gue mau nganterin lo ke kelas. Sekalian ngelindungin lo. Kali aja ntar di tengah jalan, lo ketemu Vanilla? Mau?"
Cassie menggeleng cepat. Bayang-bayang keganasan Vanilla kembali terngiang di otaknya. Gadis itu kembali takut, matanya sudah berkaca-kaca. Saat itu juga, Kieran tahu dirinya salah bicara.
"Sssh, jangan nangis," ucap Kieran. Ia menangkup kedua pipi Cassie, menekannya hingga bibir gadis itu mengerucut lucu. "Nanti cantiknya hilang. Eh, nggak mungkin hilang, sih. Udah permanen," gombalnya.
"Ayo ke kelas," ajak Kieran. Kali ini, ia menggandeng tangan Cassie, tak lagi merangkulnya. Sepertinya gadis itu juga lebih nyaman digandeng daripada dirangkul.
Begitu sampai di kelas, Cassie dan Kieran langsung mendapat pelototan tajam dari Thea, dan tatapan bingung dari Anggun. Kieran tampak santai, berbeda dengan Cassie yang mulai tak enak. Gadis itu tanpa sadar semakin mengeratkan genggaman tangan mereka.
"Jangan dipelototin gitu, takut nih temen lo." Kieran memperingati. Saat itu juga, tatapan Thea melunak, meskipun masih tersirat rasa tak suka yang kental di sana.
"Ngapain lo di sini? Lupa sama apa yang gue bilang kemarin?" tanya Thea ketus. Melihat tangan Cassie dan Kieran saling bertautan membuatnya semakin geram saja.
"Lo kali yang lupa. Gue kan udah bilang nggak mau," jawab Kieran santai. Thea mengepalkan tangannya erat, menahan diri untuk tak melayangkan tendangan ke wajah Kieran yang selalu dibanggakannya itu. Baru saja Thea hendak membalas, Anggun menahan.
"Udah, pikirin si Cassie, takut ntar dia." Anggun berbisik. Tatapan Thea langsung terarah pada Cassie yang menunduk.
"Duduk lo, Cas!" ucap Thea sebal. "Dan lo, pergi sana!" Thea mengusir Kieran.
Cassie melepas tautan tangan mereka, lalu hendak mendekati dua temannya. Namun tiba-tiba, tubuhnya ditarik pelan, dan sebuah kecupan mendarat di pipi gadis itu, membuat semua orang yang menyaksikan terkesiap kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO ✓
Teen Fiction[SEQUEL BETWEEN LOVE AND LIES] Kesal karena dianggap hanya bisa bersembunyi di bawah ketiak sang ayah, Cellus mengajak kedua saudara kembarnya untuk masuk ke sekolah yang berbeda-beda, tanpa menggunakan embel-embel nama Williams. Tiga remaja di tig...