CLF | 21

6.2K 556 13
                                    

Nora merasa ada yang aneh dengan orang-orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nora merasa ada yang aneh dengan orang-orang. Mereka tampak biasa saja saat melihatnya, bukan lagi terang-terangan menggosip seperti dulu. Padahal, Nora sudah siap mental kalau ia mendapati dirinya dibicarakan dan dilirik sinis oleh orang-orang.

Ini pada kenapa? batinnya bingung.

Bukan, Nora bukannya tidak senang mereka semua berhenti menghujat Nora. Tapi bukannya ini terlalu tiba-tiba? Tak hanya di sekolah, di lingkungan rumah Nora pun sama. Si Bu RT, Bu Ima, dan ibu-ibu lain yang hobinya menggosipi Nora pun mendadak berhenti.

Kan, aneh.

Nora menggelengkan kepalanya. Biar sajalah, justru bagus. Ia tidak harus memikirkan ucapan orang-orang yang bisa membuatnya sakit kepala dan minder.

Nora terkejut saat tangannya digenggam seseorang tiba-tiba. Saat gadis itu menoleh, helaan napas lega terdengar karena ternyata pelakunya adalah Cliff.

"Kakak suka muncul tiba-tiba, kayak hantu," celetuk Nora, membuat Cliff tersenyum tipis.

Keduanya melangkah menuju kantin. Sesekali, Nora mengamati sekelilingnya, masih bingung dengan keadaan yang berbalik secara tiba-tiba.

"Eh, ada dedek gemesh. Duduk sini, Dek, sama Abang." Jason menyambut Nora dengan begitu antusias. Ia menepuk-nepuk kursi di sebelahnya, menyuruh Nora untuk duduk di sana.

Nora hanya tersenyum sopan, tak tahu harus menjawab apa. Ia semakin bingung saat merasakan genggaman tangan Cliff mengerat. Saat Nora mendongak, ia langsung mendapati rahang Cliff yang sudah mengeras, dan tatapannya menghunus Jason tajam.

"Nggak usah macem-macem lo," ucap Cliff. Mendengar itu, Veronna dan Jason kompak tergelak.

"Posesif amat lo, Cliff. Lagian, mana mau si Nora sama manusia setengah monyet begini. Ya kan, Ra?"

Nora tertawa kecil menanggapi ucapan Veronna. Sedangkan Jason, jelas langsung protes.

"Tunggu sini dulu, aku beliin makanan," bisik Cliff tepat di telinga Nora— membuat gadis itu merinding kegelian. Lalu, Nora menganggukkan kepalanya.

"Duduk di sini, jangan ngobrol sama Jason." Cliff memperingatkan. Ia menekan sedikit pundak Nora untuk duduk di sebelah kursi kosong yang akan menjadi tempat duduknya nanti, dan berhadapan dengan Veronna.

Semakin hari, Nora semakin dekat dengan teman-teman Cliff. Sudah tiga bulan mereka berpacaran, dan Cliff mulai terlihat posesif. Entah disadari atau tidak, Cliff selalu melayangkan tatapan tajam saat Nora sedang mengobrol dengan laki-laki lain. Kening laki-laki itu juga berkerut, membuat ketidaksukaannya semakin terlihat.

Nora tersenyum tipis saat tatapan mereka bertemu. Laki-laki itu sedang mengantri untuk membeli makanan di salah satu stan, dan rela balik badan hanya untuk tersenyum pada Nora.

Sekali lagi, Cliff berhasil membuat Nora merasa istimewa.

***

"Kenapa?"

Nora tersentak saat mendengar suara Cliff. "Apa, Kak?"

"Kamu melamun." Cliff mengusap pelan dahi Nora yang berkerut. "Ada yang lagi kamu pikirin?"

Nora mengangguk. "Aku penasaran, Citra sama geng-nya sekarang di mana, ya?"

Cliff tak langsung menjawab. Ia menatap Nora beberapa saat, membuat gadis itu gugup. Lalu, Cliff tersenyum kecil.

"Kakak, ih!" Nora memukul pelan pundak Cliff.

"Yang aku tau, Citra dipindahin ke luar kota sama orang tuanya. Temen-temennya juga, kecuali Sania," tutur Cliff. Jelas, karena Nora masih sering melihat Sania di sekolah. Setiap pandangan mereka bertabrakan, Sania pasti langsung menunduk dan menghindar.

"Kakak kok tau?"

"Nggak sengaja denger waktu guru-guru lagi ngobrol di ruang guru." Nora manggut-manggut. Lalu, gadis itu tersenyum sambil memandang Cliff. Pacarnya ini adalah orang pertama yang mau bersusah payah membantu Nora untuk lepas dari perundungan. Membuat Nora tahu bahwa ternyata, masih ada orang baik yang mau menganggap Nora ada.

"Kak, makasih, ya," ucap Nora tiba-tiba. Cliff menoleh, lalu menaikkan sebelah alisnya. "Untuk?"

"Semuanya." Nora memeluk lengan Cliff, lalu mengusap keningnya di sana. Cliff tersenyum simpul, lalu menarik Nora ke dalam pelukannya. Sebuah pelukan hangat yang selalu berhasil membuat Nora nyaman.

"Beli es krim, yuk," ajak Nora tiba-tiba. "Aku traktir."

"Hm."

***

Hari itu, langit tampak mendung. Matahari yang tadinya bersinar terik, tiba-tiba menghilang karena tertutup awan kelabu.

Nora mendongakkan kepalanya, berusaha memprediksi kapan kira-kira hujan akan datang. Mendungnya masih tidak terlalu gelap, seharusnya masih aman.

Nora mengeratkan genggamannya pada buket bunga tulip yang sudah dibelinya begitu mobil Cliff tiba di tempat tujuan mereka. Nora segera turun dari mobil, begitu juga dengan Cliff. Mereka tak ingin mengulur waktu karena takut tiba-tiba hujan.

Cliff langsung sigap menggandeng tangan Nora begitu mereka mulai menginjak tanah lembab yang ditumbuhi rerumputan. Keduanya melangkah menuju sebuah makam yang terletak di tengah-tengah. Begitu sampai, Nora langsung berjongkok, begitu juga Cliff.

"Halo, Ayah," sapa Nora sambil tersenyum. Gadis itu mengusap nisan di mana nama ayahnya tertera, lalu meletakkan buket bunga yang sudah dibelinya saat dalam perjalanan tadi.

"Hari ini, Kakak bawa warna putih sama kuning," ucap Nora. "Kakak bawa agak banyak, soalnya hari ini spesial. Ada seseorang yang mau Kakak kenalin ke Ayah."

Cliff tersenyum saat Nora menatapnya. Lalu, gadis itu kembali mengusap lengan Cliff.

"Namanya Clifford, Yah. Pacarnya Kakak," tutur Nora. Saat merasa air mata Nora hendak kembali tumpah, Cliff langsung meraih tangan gadis itu, lalu mengusap punggung tangannya dengan ibu jari.

Sudah hampir dua tahun berlalu, kepergian sang ayah masih begitu berat bagi Nora. Gadis itu memang sangat dekat dengan sang ayah, bahkan lebih daripada kedekatannya dengan Laila. Karena itulah, saat sang ayah pergi, Nora merasa benar-benar berada di titik terendah. Apalagi, ia mulai harus banting tulang untuk menopang perekonomian keluarganya.

Cliff hanya diam, mendengarkan Nora berbincang dengan makam ayahnya. Sudah enam bulan mereka bersama, karena itulah Nora mengajak Cliff mengunjungi makam sang ayah. Ia ingin ayahnya mengenal Cliff, meski tidak bisa secara langsung.

Lima belas menit kemudian, rintik-rintik hujan mulai turun. Nora menyudahi obrolannya, lalu berpamitan.

"Kakak pergi dulu, ya, Yah. Nanti Kakak pasti balik lagi," pamit Nora. Setelah itu, Nora bangkit, dan membawa Cliff pergi dari makam. Sebelum meninggalkan tempat itu, Cliff menoleh kembali ke makam ayah Nora.

Saya nggak bisa janjiin Nora nggak akan pernah menangis lagi, Om. Tapi saya janji, saya akan ngelakuin yang terbaik untuk buat Nora bahagia.

Cerita Cliff-Nora kelar!🥳❤️

Makasih banyak yang udah mau ngikutin sampai sini! Kita ketemu di epilog yaaah👋🏻👋🏻




Incognito - Clifford.
4-9-2021.

INCOGNITO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang