Cassie mengerjapkan matanya beberapa kali, berusaha menyesuaikan dengan cahaya lampu. Gadis itu mengerang pelan, membuat Kieran langsung berjalan menghampiri.
"Apa yang lo rasain? Masih ada yang sakit? Bilang sama gue." Kieran mengusap bekas tamparan Vanilla di pipi Cassie lembut.
"N-nggak," jawab Cassie. Gadis itu menunduk, tak berani menatap Kieran. Ia teringat akan ucapan Vanilla, membuat Cassie ketakutan melihat Kieran.
"Jangan takut," ucap Kieran. "Gue jamin, nggak akan ada yang nyakitin lo lagi. Gue bakal jagain lo mulai sekarang, Cassie."
BRAK!
"NGGAK PERLU!"
Suara Thea yang menggelegar, membuat Cassie tersentak pelan. Kieran menoleh malas ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka.
"Mulai sekarang, lo jauh-jauh dari Cassie, itu yang bener!"
Kieran menaikkan sebelah alisnya. "Siapa lo ngatur-ngatur gue?"
"Gue nggak ngatur," balas Thea, tak mau kalah. "Gue cuma nyadarin lo. Gara-gara lo, Cassie jadi luka!"
"Gue tau. Dan gue nggak akan ngebiarin itu terjadi lagi. Gue bakal jagain Cassie mulai sekarang."
"Lo masih nggak sadar juga, ya?" Mata Thea menyipit tajam. "Lo sumber masalahnya, wahai Bapak Kieran yang terhormat. Lo biang sialnya. Lo penyebab Cassie luka. Gimana caranya lo bisa jagain Cassie, kalo lo sendiri yang jadi akar masalahnya?!"
Kieran bungkam. Ucapan Thea ada benarnya. Namun sayangnya, Kieran tak mau melepaskan Cassie begitu saja.
"Kita bicara di luar," ucap Kieran akhirnya. Ia tak mau Cassie terganggu karena perdebatan mereka.
Thea menurut, mengikuti Kieran keluar dari ruang UKS. Anggun tetap di dalam menjaga Cassie. Sesampainya di luar, Kieran langsung membalikkan badan, menatap Thea tajam.
"Gue nggak mau ngelepas Cassie gitu aja," ucap Kieran. Tenang, namun tajam. "Mulai sekarang, Cassie tanggung jawab gue."
Thea berdecih. Ia melipat kedua tangannya di depan dada. "Lo siapa? Pacarnya? Bukan. Bapaknya? Bukan juga. Lo cuma penyebab Cassie luka!"
"Dan gue nggak akan ngebiarin itu terjadi lagi!" Nada suara Kieran mulai meninggi. "Susah banget sih lo percaya sama gue?!"
"Karena lo dan temen-temen lo tuh sama aja! Sama-sama nggak bisa dipercaya!"
Mendengar itu, Kieran tersenyum miring. "Jadi, ini masalah pribadi? Karena lo masih sakit ati sama temen gue?"
Thea bungkam.
Senyum Kieran berubah. Ia menatap Thea remeh. "Gue nggak nyangka, lo tipe orang yang egois. Cuma gara-gara masalah lo dan Aldo, lo ngelarang temen lo buat deket-deket sama gue."
"Gue nggak egois!"
"Lo egois," balas Kieran, tak mau kalah.
"Gue gibeng lo ya lama-lama!" Thea kembali emosi. "Terserah lo mau ngomong apa. Yang jelas, gue sama Anggun bakal jauhin Cassie dari lo!"
"Dan gue nggak akan berhenti berusaha buat dapetin Cassie. Kita liat, siapa yang bakal menang nanti."
Thea tak menjawab. Ia memilih kembali ke UKS, meninggalkan Kieran.
***
Kieran mengacak rambutnya gusar. Percakapannya dengan Thea tadi membuatnya emosi.
"Kenapa lo, Bro?" tanya Aldo. Rimba yang sedang asyik merokok, ikut menoleh.
"Mantan lo tuh," balas Kieran. "Ngeselin."
"Thea?" tanya Aldo, lalu terkekeh. "Dia calon pacar gue, kali."
"Lo berniat balikan?" kali ini, Rimba menyahut.
"Pinginnya sih gitu." Aldo tersenyum penuh arti. "Dia cewek satu-satunya yang nggak tergoda waktu gue ngajak main."
"Emang dia mau sama lo?" tanya Rimba. "Dia ngeliat sendiri lo lagi main sama Cindy. Pasti sakit banget, tuh."
Aldo menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Gue khilaf waktu itu. Gue gelap mata. Baru pertama kali gue punya pacar yang nggak mau gue sentuh."
"Itu karena dia punya harga diri," balas Rimba. "Lo-nya aja yang brengsek."
Aldo mengedikkan bahunya, acuh. Ia kembali menatap Kieran. "Emang Thea ngomong apa sama lo?"
"Dia mau jauhin Cassie dari gue," balas Kieran. "Dia bilang, gue akar masalahnya."
"Ya emang," balas Rimba. "Terus? Lo terima gitu aja?"
"Ya nggak, lah! Enak aja."
"Terus, langkah lo selanjutnya apa?"
"Gue bakal dapetin Cassie dengan cara gue sendiri," ucap Kieran. "Yang jelas, gue mau Cassie jadi milik gue."
Aldo dan Rimba mengangguk paham.
"Kali ini, gue pesen sama lo. Jangan disakitin. Gue nggak mau lo nyelingkuhin, atau nyampakkin nih cewek kayak yang biasa lo lakuin. Ngebayanginnya aja gue nggak tega. Dia beda sama cewek-cewek yang biasa lo pacarin, Bro. Nih cewek hatinya halus bener."
Kieran mengangguk, menyetujui ucapan Rimba. Cassie berbeda, dan Kieran berjanji pada dirinya sendiri, ia tak akan menyakiti Cassie. Semoga.
"Terus, Vanilla? Bakal lo apain?"
Senyum licik Kieran terbit. "Gue udah punya rencana. Yang jelas, jangan sampe masalah ini nyampe ke guru-guru. Nanti nggak bakal seru."
***
"Cassie, lo dengerin ocehan gue kan, dari tadi?" tanya Thea.
Cassie mengangguk. "Iya, Thea."
"Apa coba? Ulangi."
"Aku nggak boleh deket-deket Kieran," balas Cassie. "Dia jahat. Dia cuma bakal bikin aku nangis."
Thea mengangguk puas, sedangkan Anggun menghela napas. Sedari tadi, ia hanya diam membiarkan Thea mencuci otak Cassie. Ia masih dalam mode bimbang. Setengah dari dirinya setuju dengan Thea, sedangkan setengahnya lagi tidak.
"Tapi dia nolongin aku tadi," balas Cassie. "Bukannya berarti Kieran orang baik?"
"Nggak, dia bukan orang baik." Thea berusaha tak menaikkan intonasi suaranya. "Pokoknya, lo harus jauhin dia. Semakin kalian deket, lo bakal semakin sakit hati. Percaya gue, Cas. Gue cuma nggak mau lo kenapa-napa."
Akhirnya, Cassie mengangguk pasrah. Gadis itu menunduk. Entah, ada perasaan aneh yang menyusup di hatinya. Seolah-olah gadis itu tak ingin menjauh dari Kieran.
Cassie harus bagaimana sekarang?
Incognito - Cassandra.
16-3-2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO ✓
Teen Fiction[SEQUEL BETWEEN LOVE AND LIES] Kesal karena dianggap hanya bisa bersembunyi di bawah ketiak sang ayah, Cellus mengajak kedua saudara kembarnya untuk masuk ke sekolah yang berbeda-beda, tanpa menggunakan embel-embel nama Williams. Tiga remaja di tig...