CLF | 4

4.1K 508 8
                                    

Double up! 💕

Keesokan harinya, baru saja Nora menginjakkan kaki di sekolah, ia langsung merasa semua mata tertuju padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, baru saja Nora menginjakkan kaki di sekolah, ia langsung merasa semua mata tertuju padanya. Ada beberapa yang memindainya dari ujung rambut hingga ujung kaki, menatapnya dengan pandangan menilai. Lalu, ada juga yang berbisik-bisik sambil menunjuk-nunjuk Nora saat gadis itu lewat.

Sebenarnya ada apa?

Nora menggelengkan kepalanya, tak ingin memikirkan lebih jauh. Gadis itu tetap mengayunkan langkahnya menuju kantin untuk menitipkan dagangannya, seperti biasa.

"Bu, ini kuenya," ucap Nora sambil menyerahkan empat kotak besar yang dibawanya dari rumah. Gadis itu menggoyang-goyangkan tangannya yang terasa pegal, karena harus mengangkat kotak itu sendiri dari rumah-halte, halte-sekolah.

"Selamat ya, Ra," ucap ibu kantin sambil menata dagangan Nora di etalase. Nora yang baru saja hendak pergi, langsung berhenti, menatap ibu kantin bingung.

"Selamat apa, Bu?"

Ibu kantin terkekeh. "Kamu ini, pura-pura ndak tau. Ya soal kamu sama nak Cliff, toh."

"Hah?" Nora mengernyit. "Saya sama Kak Cliff? Ada apa, Bu?"

Ibu kantin berdecak. "Masih pura-pura ndak tau. Udahlah, Ra. Semua orang juga tau kalo kamu sama nak Cliff pacaran. Guru-guru juga pada tau."

Nora terkejut mendengar ucapan ibu kantin. Jadi, alasan semua orang memandanginya sambil berbisik-bisik tadi adalah itu?

"Saya sama kak Cliff nggak pacaran, Bu." Nora mencoba mengklarifikasi.

Ibu kantin tampak bingung. "Beneran? Tapi semua orang bilang kalian pacaran. Lagi heboh lho, Ra. Pak satpam, guru-guru, semuanya lagi bicarain kalian."

"Iya, Bu. Saya sama kak Cliff nggak pacaran." Nora mulai merasa tak nyaman. "Saya ke kelas dulu ya, Bu. Nanti saya ambil lagi kotak sama uangnya waktu pulang."

Setelah mendapat persetujuan dari Ibu kantin, Nora langsung melangkah menuju kelas, berusaha mengabaikan setiap tatapan penuh penilaian dari orang-orang yang ia lewati. Nora bahkan bisa mendengar mereka berbisik samar— meski tak jelas apa yang mereka bicarakan. Tapi dari tatapan matanya, Nora tahu kalau mereka sedang membicarakan dirinya.

***

Berbanding terbalik dengan Nora, Cliff tampak biasa saja. Laki-laki itu masih melakukan kegiatannya dengan baik, bahkan tak mau repot-repot mengklarifikasi saat ditanya tentang hubungannya dengan Nora— kecuali Jason dan Veronna.

"Beneran nggak pacaran, Bro?" tanya Jason memastikan, dengan mata yang memicing curiga.

"Hm," deham Cliff singkat. Matanya masih terpaku pada buku tentang strategi bisnis.

"PDKT?" tanya Veronna.

"Nggak."

"Naksir?"

"Nggak."

"Tunangan?"

"Nggak."

"Atau jangan-jangan udah nikah?" tanya Jason, membuat Cliff meliriknya sekilas. Hanya sebentar, karena pandangan laki-laki itu kembali tertuju pada bukunya.

"Nggak jawab berarti beneran," tuding Veronna yang diangguki Jason.

"Hayo hayo, beneran, ya?" tanya Jason mengompori.

"Nggak."

"Menurut skenario dalam otak gue nih, kemarin tuh mereka kek lupa gitu kalo harus pura-pura nggak kenal di sekolah. Si Nora kelupaan, dia malah ngasih sertifikat tanahnya di sekolah. Jadi ketauan, deh." Jason mengoceh panjang lebar.

"Mana ada sertifikat tanah sekecil itu, bisul onta!" Veronna menoyor kepala Jason "Kalo menurut gue, si Nora tuh ngasih duit. Soalnya si Cliff lupa kalo mereka bakal ke kondangan ntar pulang sekolah. Nah, si Nora tuh suka teledor, jadi daripada ilang, dikasihlah ke Cliff."

Cliff sampai menggelengkan kepalanya mendengar semua skenario yang dibuat Jason dan Veronna. Tak ada satupun yang benar, malah semakin lama semakin abstrak saja. Ia pun memilih untuk mengabaikan kedua temannya, hingga kedua orang itu akhirnya lelah sendiri.

***

"Eh, lo tau kan, kalo katanya Cliff pacaran sama anak kelas sepuluh?"

"Gue juga denger gitu tadi. Emang yang mana sih ceweknya?"

"Gue juga nggak tau. Kalo nggak salah namanya Tora."

"Nora, bego. Katanya lagi, mereka udah tunangan."

"Eh sumpah?! Jadi backstreet gitu selama ini?"

"He'em. Ada juga yang bilang mereka dijodohin. Nggak tau sih, bener atau nggak. Tapi sumber gue sih harusnya bisa dipercaya."

"Gila, ya. Gue pikir masih jomblo. Eh, ternyata udah tunangan aja."

"Emang kenapa kalo jomblo?"

"Mau gue gebet, lah."

"Mana mau dia sama tante-tante kayak lo."

"Eh, jangan salah. Lebih tua lebih berpengalaman, tau."

"Berpengalaman apaan?"

"Di ranjang, lah. Apalagi jam terbang gue tinggi. Dijamin puas!" Lalu, ketiga gadis itu tertawa.

Nora baru keluar dari bilik kamar mandi setelah mendengar suara pintu tertutup, dan saat ia tak lagi mendengar suara ketiga gadis tadi.

Helaan napas lolos dari bibir Nora. Gosip yang menyebar semakin lama semakin mengada-ngada. Padahal Nora sudah mencoba untuk mengklarifikasi bahwa ia tak memiliki hubungan apapun dengan Cliff, tapi rasanya semua sia-sia saja. Gosip itu menyebar lebih cepat dari yang seharusnya.

Wajar, sih. Pasalnya, berita kali ini menyangkut Clifford Acalan— si ketua OSIS yang terkenal perfeksionis dan misterius. Jelas saja berita pacaran Cliff akan menjadi trending topic nomor satu, karena laki-laki itu tak pernah dikabarkan dekat dengan gadis manapun padahal antriannya cukup panjang.

Tapi kan, tidak harus Nora juga yang jadi si perempuannya.

Sungguh, berita ini membuat Nora benar-benar kesulitan. Selain harus menyanggah semua pernyataan dan pertanyaan yang dilontarkan teman-temannya— demi menjaga nama baiknya, Nora juga cukup risih dengan tatapan tak suka dari anak-anak lain.

Seusai membasuh wajahnya di wastafel, Nora pun keluar dari toilet, lalu menuju ke perpustakaan. Seharian ini, ia terus menghindari keramaian, karena tak ingin ditanya-tanyai dan dilirik sinis. Selain itu, ia juga ingin menghindari Citra dan antek-anteknya— yang mungkin sudah mendengar berita palsu ini.

Semoga saja, Nora tak bertemu Citra hari ini dan seterusnya.




Incognito - Clifford.
30-7-2021.

INCOGNITO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang