Pagi-pagi sekali, Cellus sudah nongkrong di depan rumah Davina, menunggu sang calon kekasih hati. Entah sudah berapa kali ia berkaca di kaca spion motornya, membenahi rambutnya yang dari tadi tampak baik-baik saja. Sengaja bawa motor, biar nanti bisa peluk-peluk. Eh.
Tak lama, sebuah mobil ikutan muncul, dan Diego tiba-tiba berlari dari dalam rumah. "Eh, Kak Cellus," sapanya. "Nyari Kakak, ya?"
Cellus mengangguk. "Kakak kamu di dalem?"
"Iya, Kak," jawab Diego. "Masuk aja, Kak Davina lagi siap-siap. Bentar lagi selesai juga."
"Oke. Mama sama Papa ada, Go?"
Diego tampak berpikir. "Nggak keliatan sih, Kak. Kayaknya nggak pulang semalem."
Cellus mengangguk lagi. Ia merapikan sedikit rambut Diego, sebelum melepas calon adik iparnya masuk mobil antar-jemput. "Belajar yang bener! Ntar sorean ngumpul di taman. Oke?"
Diego mengacungkan kedua jempolnya. "Siap, Bos! Berangkat dulu ya, Kak!"
Selepas kepergian Diego, Cellus melangkah masuk ke dalam rumah Davina. Tidak sampai masuk, hanya di teras saja. Tidak baik berduaan dengan perempuan di dalam rumah. Ciyelah, bijak sekali Cellus ini.
Tiba-tiba, sebuah mobil lain datang. Cellus memicingkan mata, berusaha melihat siapa yang datang. Saat sang pengemudi membuka kaca jendela, muncullah wajah Maia.
"Ngapain lo, Lus?!" tanya Maia. Gadis itu sudah turun dari mobil, lalu duduk di teras, di sebelah Cellus.
"Nungguin calon ibu dari anak-anak gue," balas Cellus. "Lo?"
"Jemput Davina," balas Maia kebingungan. "Dia nyuruh gue jemput semalem. Sepedanya rusak katanya."
Cellus berdecak. "Dia bareng gue aja. Berangkat aja lo sana! Lagian kenapa cepet amat sih lo baliknya. Kemarin perasaan masih izin."
"Ya kali gue izin mulu. Ntar nggak bisa ikut UAS gue," gerutu Maia. "Btw, si Davina nyuruh lo jemput juga?"
"Kagak. Ini salah satu metode pendekatan gue." Walaupun kemarin udah ditolak mentah-mentah, batin Cellus melanjutkan.
Ya, kalau kalian bertanya-tanya apa reaksi Davina kemarin, mari Cellus ceritakan.
"Kalo gue bilang gue suka sama lo, lo bakal percaya, nggak?"
Davina mengerjapkan matanya kebingungan. Otaknya masih berusaha mencerna kalimat yang dilontarkan Cellus barusan. Lalu beberapa detik kemudian, gadis itu mengubah ekspresi wajahnya, seperti menahan tawa.
"Nggak, lah!"
Cellus merenggut kecewa. Padahal, dia sudah serius. Eh, malah dikira bercanda. Apa perlu Cellus cium saja ya si Davina ini, biar dia tidak dianggap sedang bercanda lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO ✓
Teen Fiction[SEQUEL BETWEEN LOVE AND LIES] Kesal karena dianggap hanya bisa bersembunyi di bawah ketiak sang ayah, Cellus mengajak kedua saudara kembarnya untuk masuk ke sekolah yang berbeda-beda, tanpa menggunakan embel-embel nama Williams. Tiga remaja di tig...