Part ini banyak Cellus-nya😍
Enjoy!
"Kenape, nih? Tumben lo nyuruh gue ke sini," Cellus mengambil gelas di rak dapur apartemen Cassie, lalu mengisinya dengan air putih dari dispenser.
"Cassie diajak pacaran, Lus."
Air di dalam mulut Cellus langsung menyembur keluar, membuat Cassie menjerit. "Cellus jorok!"
"Ya lo ngagetin, elah!" balas Cellus tak kalah kesal. Laki-laki itu mengambil tiga lembar tisu, dan mengelap meja serta bajunya yang basah. Setelah selesai, Cellus baru menyusul Cassie, duduk di sofa.
"Cellus, gimana?" tanya Cassie, karena Cellus tak kunjung menjawab. Malah sibuk melamun.
"Eh iya, lupa." Cellus menyengir. "Cowok yang kemaren itu?"
"He'em," balas Cassie.
"Udah kenal berapa bulan?"
"Dua minggu." Cassie meringis. "Nggak sampe."
"Anjir! Nggak, nggak!"
Mendengar jawaban Cellus, Cassie langsung lesu. "Kenapa?"
"Eh, dengerin gue ya, Mbul." Cellus memiringkan badannya, duduk menghadap Cassie. "Se-buaya-buayanya gue, gue nggak pernah nembak cewek yang baru gue kenal. Minimal tiga bulan baru gue tembak. Lah ini? Ba— LOH LOH?! KOK NANGESSS?!"
Cellus jadi gelagapan sendiri saat melihat Cassie terisak. Laki-laki itu langsung menarik Cassie ke dalam pelukan, menepuk-nepuk punggung adik kembarnya.
"Tadi kaki lo nggak sengaja keinjek gue, ya? Maaf, ya. Maaf, maaf," ucap Cellus asal. Padahal, jarak kaki mereka sangat jauh.
"Bukan," balas Cassie.
"Terus? Kenapa nangis? Upil lo keras? Mau gue anter ke rumah? Biar dikorek Mami."
PLAK!
Cassie memukul lengan Cellus kesal. "Bukan, Cellus! Cassie udah gede, bisa ngupil sendiri!"
"Lah? Terus kenapa? Cini cini, kasih tau Cellus."
"Sedih." SROOOT. Cassie menarik ingusnya.
"Kenapa? Kelinci lo ada yang mati?"
"Bukan," balas Cassie. "Itu... Cellus nggak bolehin Cassie pacaran."
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik lamanya Cellus terdiam. Otaknya sedang memproses kalimat Cassie barusan. Detik selanjutnya, laki-laki itu langsung tertawa. Mati-matian ia berusaha agar tidak tertawa terlalu keras dan membuat Cassie tersinggung.
"Lo pingin banget, ya?" tanya Cellus. Cassie mengangguk.
"Lo suka sama tuh cowok?"
"Suka," balas Cassie. "Kata Papi kan, harus suka sama semua orang. Nggak boleh benci."
"Bukan gitu maksud gue, Bambang! Maksudnya tuh, lo lagi in love?"
Cassie terdiam sejenak. "Nggak tau."
"Lah?! Terus lo kenapa mau pacaran sama dia, Maemunah?!" Cellus mulai frustrasi.
"Emang in love itu kayak gimana?" Cassie mendongak, menatap Cellus sembari sesekali menarik ingus.
"Hmm." Cellus berusaha mencari kata-kata yang mudah dicerna. "Lo kalo liat dia, ngerasa seneng banget, nggak?"
Cassie tampak berpikir, lalu mengangguk.
"Kalo deket-deket dia, lo deg-deg an?"
"Deg-deg an? Kayak gimana?"
Cellus meraih tangan Cassie, lalu meletakannya di dada gadis itu. "Di sini, kayak jantung lo itu mau keluar. Deg deg deg. Gitu bunyinya. Terus lo panik sendiri, tapi lo nggak mau bilang siapa-siapa karena takut dibawa ke dokter terus disuntik."
Cassie jadi teringat kejadian waktu itu. Jantungnya memang selalu berdebar kencang saat dekat dengan Kieran. Akhirnya, gadis itu mengangguk.
"Oke." Cellus melepaskan pelukannya. "Cas, lo jatuh cinta. Tapi, jangan pacaran dulu, ya? Lo emang suka sama tuh buaya, tapi belum tentu dia suka sama lo juga. Terlalu cepet."
"Kieran itu manusia, Lus. Bukan buaya."
Cellus menggaruk pelipisnya kasar. Ia sudah berlelah-lelah menggerakan bibirnya untuk menjelaskan, tapi yang jadi fokus Cassie hanya kata-kata 'buaya'.
Gue tandain lo, Kieran!
"Oke, Kieran. Maaf." Cellus ingin mengalah, tapi ia jadi kesal sendiri. "Lo dengerin gue ngomong panjang lebar nggak sih?!"
"Denger," balas Cassie sembari mengangguk polos. "Berarti nggak boleh?"
"Ngga— BERCANDA, BERCANDA!" Cellus jadi panik lagi karena mata Cassie sudah mulai berkaca-kaca. Lagi.
"Bukan nggak boleh. Boleh, tapi nggak sekarang juga. Kecepetan. Kita liat dulu, seberapa keras usaha dia buat dapetin lo. Lo harus jual mahal."
"Cassie nggak dijual. Cellus mau jual Cassie?!"
"NGGAK, BAMBANG! GUE SALTO, NIH!"
"Terus?"
Ingatkan Cellus untuk membeli kamus bayi sepulang dari apartemen Cassie. Sepertinya, adiknya itu lebih paham bahasa bayi dibanding bahasa orang dewasa.
"Jadi gini, Cassandra Atzi Williams adik perempuanku satu-satunya." Cellus menarik napas dalam-dalam, menghembuskannya perlahan.
"Intinya, lo kalo dideketin dia, jangan mau. Langsung pergi aja. Mlengos ngono lho, Dek. Kalo digombalin, jangan senyum. Pura-pura jijik aja. Terus, kalo dia ngajak jalan, jangan mau sering-sering. Kayak..... Sebulan sekali aja. Bilang aja sibuk. Kalo dia ngajak lo gandengan, atau pelukan, atau ciuman, JANGAN MAU! Anggep dia itu punya virus yang bisa bikin lo mati kalo bersentuhan sama dia. Paham?"
Cassie diam lima detik, lalu mengangguk. Ia jadi membayangkan Kieran berbentuk seperti virus yang bisa terbang.
"Bagus," balas Cellus. "Oh iya, temen-temen lo di sana, gimana reaksinya waktu lo deket sama Kieran? Mereka pasti lebih tau Kieran dari pada gue. Mereka pernah ngelarang, nggak? Atau malah ngedukung?"
Ah, Cassie jadi teringat Thea. Padahal, ia sudah berniat menceritakan perihal Thea pada Cellus tadi. Tapi lupa karena terlalu fokus pada Kieran.
"Jadi, Lus. Cassie punya temen, namanya Thea. Dia...."
***
"SIALAN! SIAL! SIAL! SIAL!"
Vanilla memukul-mukulkan bantalnya ke kasur. Hampir dua belas jam ia mengurung diri di kamar. Sejak pagi, yang dilakukan gadis itu hanya marah-marah, menangis, meraung, menjerit, membanting semua barang yang bisa dijangkaunya.
Vanilla mengambil ponselnya yang bergetar. Ia segera mengangkat teleponnya begitu melihat nama sang manager di layar.
"Jangan ganggu gue! Mood gue lagi berantakan!" Vanilla hampir mematikan sambungan, namun terhenti saat manager-nya berteriak dari seberang sana.
"MOOD GUE JUGA BERANTAKAN GARA-GARA LO! LO TAU?! FOTO-FOTO LO UDAH KESEBAR DI MEDSOS! BANYAK BRAND YANG BATALIN KERJASAMANYA, BE—"
TUUTT!
Vanilla langsung mematikan sambungan. Gadis itu kembali menangis meraung-raung, menumpahkan semua rasa kesalnya. Tak hanya dikeluarkan dari sekolah, sekarang karirnya ikut hancur. Semua hanya karena seorang Cassandra!
"GUE BAKAL BALES LO, CASSIE! SIALAN!"
Incognito - Cassandra.
6-4-2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO ✓
Teen Fiction[SEQUEL BETWEEN LOVE AND LIES] Kesal karena dianggap hanya bisa bersembunyi di bawah ketiak sang ayah, Cellus mengajak kedua saudara kembarnya untuk masuk ke sekolah yang berbeda-beda, tanpa menggunakan embel-embel nama Williams. Tiga remaja di tig...