CSN | 18

9.6K 952 28
                                    

Cassie mengerjapkan matanya perlahan, menyesuaikan dengan cahaya lampu yang tiba-tiba menerobos masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cassie mengerjapkan matanya perlahan, menyesuaikan dengan cahaya lampu yang tiba-tiba menerobos masuk. Gadis itu meringis saat merasakan pusing yang luar biasa. Tak hanya itu, seluruh tubuhnya juga terasa sakit.

Ringisan Cassie langsung membuat Cliff dan Cellus bangkit dari posisinya. Mereka berdua segera mendatangi ranjang rumah sakit tempat Cassie terbaring.

"Panggil dokter, Lus!" Cellus langsung menekan tombol merah di belakang ranjang. Helaan napas lega terdengar dari mulut keduanya. Cliff buru-buru mengambil ponselnya untuk mengabari Ares dan Bianca.

"Gimana keadaan lo? Ada yang sakit? Masih pusing?" tanya Cellus bertubi-tubi. Cassie— yang masih belum sanggup berbicara, hanya membalas dengan anggukan pelan.

Bertepatan dengan itu, seorang dokter dan dua orang perawat masuk. Tanpa disuruh, Cliff dan Cellus keluar dari kamar, membiarkan para petugas medis menangani Cassie. Doa penuh syukur tak berhenti keluar dari mulut keduanya.

Tak lama, Ares dan Bianca datang. Bianca sudah bersimbah air mata.

"Keadaan Cassie baik-baik aja?" tanya Ares. Ia menarik Bianca yang masih menangis ke dalam pelukannya.

"Masih diperiksa dokter, Pi," balas Cliff. Ares mengusap wajahnya kasar. Ia masih belum bisa lega sebelum mendengar dari mulut dokter bahwa Cassie baik-baik saja.

Begitu dokter keluar, seluruh keluarga langsung mengerubungi. "Bagaimana keadaan putri saya, Dok?" tanya Ares.

"Putri Bapak baik-baik saja. Mari, saya jelaskan di ruangan saya," balas sang dokter sopan. "Pasien juga sudah bisa dijenguk kembali."

Ares dan Cliff mengikuti dokter menuju ruangannya, sedangkan Cellus membawa Bianca untuk melihat keadaan Cassie.

Bianca mendekati ranjang tempat sang putri terbaring. Ia mengusap kepala Cassie penuh kasih sayang, tak lupa membubuhkan kecupan di keningnya. Merasakan benda kenyal menyentuh keningnya, Cassie kembali membuka mata.

"Ma-mi..."

Bianca mengangguk. "Mami di sini, Sayang."

Cassie memejamkan matanya sejenak. Seketika, ia teringat akan Kieran. Pandangannya tertuju pada Cellus yang ikut menatapnya.

Seolah mengerti apa yang ingin ditanyakan Cassie, Cellus lebih dulu bersuara. "Kieran masih hidup, lo jangan khawatir."

Cassie melirik Bianca takut-takut. Bianca ikut tersenyum. "Mami udah tahu, Cassie. Dan Mami nggak marah."

Cassie menarik kedua sudut bibirnya. Matanya sudah berkaca-kaca. Ia merasa sangat bersalah sudah membohongi keluarganya selama ini.

"Maafin Cassie, Mami," lirih Cassie. Bianca mengelus puncak kepala putrinya sekali lagi. "Jangan diulangi lagi, ya? Mami dan Papi akan lebih senang kalo Cassie jujur dari awal."

INCOGNITO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang