"Cassie, fokus!"
"Iya, Papi..." jawab Cassie. Gadis itu mengerucutkan bibirnya sebal, matanya menatap angka-angka yang ada di hadapannya. Sesekali ia menggaruk kepalanya, bingung.
"Papi samperin aja, ya? Biar enak ngawasinnya."
"Nggak mau!" tolak Cassie tegas. Gadis itu kembali pura-pura fokus pada buku Matematika-nya, takut Ares benar-benar melancarkan rencananya untuk menyambangi Cassie.
Saat ini, Cassie sedang melakukan video call dengan Ares. Tentu bukan Cassie yang meminta, melainkan Ares. Bahkan, Ares memaksa. Semua itu ia lakukan untuk mengawasi Cassie belajar. Kalau tidak diawasi, Cassie pasti tak akan menyentuh bukunya, padahal besok ulangan.
Cassie— sama seperti dua saudara kembarnya yang lain, memang tidak lagi tinggal di rumah besar milik Williams. Mereka tinggal di apartemen masing-masing, sesuai permintaan Cellus. Kata Cellus, untuk menyempurnakan misi mereka. Ares pun tak merasa keberatan. Selama ia bisa, dan bukan hal yang negatif, ia akan menuruti keinginan anak-anaknya.
"Cassie, tiduran lagi Papi samperin beneran, ya!" ancam Ares. Cassie langsung menegakkan tubuhnya, takut dengan ancaman pria paruh baya itu.
"Papi, capek..." ucap Cassie manja. Berharap Ares akan luluh. Sayangnya, laki-kaki itu menggeleng tegas.
"Salah siapa daritadi nonton terus?" balas Ares. "Papi nggak minta Cassie dapet nilai bagus. Papi cuma mau Cassie belajar. Papi mau Cassie berusaha. Nggak cuma males-malesan."
Cassie menghela napasnya. Memang benar, sejak pulang sekolah, Cassie langsung menonton drama Korea di laptop-nya. Entah dari mana Ares bisa tahu. Yang jelas, sekarang Cassie harus membayar dengan belajar hingga malam.
Saat Cassie sedang menghitung, suara bel apartemen terdengar. Gadis itu langsung menoleh, begitu juga dengan Ares yang langsung menegakkan tubuhnya di sebrang sana.
"Siapa itu malem-malem ke apartemen kamu?" tanya Ares, mulai khawatir. "Jangan dibukain kalo Cassie nggak kenal, ya. Cassie liat dari doorviewer dulu sebelum buka. Papi otw sekarang."
"EEHHH, NGGAK USAH, PAPI!" Cassie jadi panik sendiri. "Papi nggak usah kesini, Cassie bisa mandi—"
TUTTT!
Cassie menghela napas. Tentu saja Ares tak akan mendengarkan. Kalau sudah menyangkut Cassie dan Bianca, Ares tak akan setengah-setengah. Cliff dan Cellus pun sama. Ketiga laki-laki berdarah Williams itu sangat protektif terhadap mereka berdua.
Cassie berjalan mendekati pintu, mengintip dari doorviewer. Jantungnya langsung bertalu cepat saat melihat siapa yang datang.
Kieran.
"Aduh, gimana, ya..." Cassie menggaruk kepalanya, bingung. Ia langsung teringat akan ucapan Thea untuk tak dekat-dekat dengan Kieran.
TING TONG!
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO ✓
Teen Fiction[SEQUEL BETWEEN LOVE AND LIES] Kesal karena dianggap hanya bisa bersembunyi di bawah ketiak sang ayah, Cellus mengajak kedua saudara kembarnya untuk masuk ke sekolah yang berbeda-beda, tanpa menggunakan embel-embel nama Williams. Tiga remaja di tig...