Satu hal yang paling Nora hindari di sekolah adalah; bertemu dengan Citra. Dan sialnya, saat ini gadis beralis curam itu sedang menghadangnya bersama dengan ketiga antek-antek setianya.
"Mau apa lagi?" tanya Nora malas bercampur takut. Ia sedang memikirkan apa yang akan Citra lakukan padanya kali ini.
Citra mengamati Nora dari atas sampai bawah. "Duit hasil jualan lo mana?"
Nora mengerutkan alis. "Untuk apa?"
Citra berdecak. "Banyak tanya! Mana?!"
"Nggak mau," tolak Nora. "Ini uang bukan punya kamu."
"Aish." Citra mengkode ketiga temannya untuk memegangi kedua tangan Nora, lalu ia mulai merogoh kantung Nora satu per satu.
"Diem sebelum gue nyuruh cowok-cowok buat gerayangin lo!" ancam Citra karena Nora terus berontak.
"Aku nggak mau, Cit! Lepasin!" Nora berusaha melepaskan diri, namun tak berhasil. Yang ada malah kedua tangannya semakin sakit, karena teman-teman Citra semakin mempererat cengkraman mereka.
Karena tak menemukan uang itu di kantung-kantung Nora, Citra mulai mengambil tas punggung Nora secara paksa, membuka dan membaliknya, hingga semua isinya tumpah. Ia lalu mengambil dompet putih lusuh yang ikut terjatuh. Senyum Citra mengembang puas saat akhirnya menemukan apa yang ia cari.
"Cit, jangan!" Nora rasanya ingin menangis saja saat melihat Citra menguras dompetnya. Tak hanya sampai di situ saja, Citra juga berhasil menemukan amplop putih yang sudah ia selipkan di salah satu bukunya. Itu uang sekolahnya.
"Lu." Citra mengkode Lulu yang baru kembali dengan membawa seember air bekas pel. Lulu langsung menyiram buku-buku dan tas Nora dengan air kotor yang baru saja dibawanya, membuat Nora menjerit.
"JANGAN!" teriaknya. Ia mendorong Lulu menjauh, membuat Citra dan teman-temannya geram.
"Berani banget ya lo?!" Citra menjambak rambut Nora hingga gadis itu meringis kesakitan. "Lo pikir lo siapa, hah?!"
"Sakit!" Nora ikut memegang jambakan Citra guna mengurangi rasa sakitnya. Bukannya iba, Citra malah semakin menarik rambut Nora.
"Cit, cabut! Ntar ada yang liat!" ucap Inge— teman Citra yang lain.
"Cabut, guys," ajak Citra. Sebelum itu, ia berjongkok di depan Nora, lalu menepuk pipi gadis itu dua kali cukup keras.
"Sampai ketemu lagi, cewek melarat."
Sepeninggal Citra dan teman-temannya, Nora mulai membereskan buku-bukunya yang basah dan bau. Setitik air mata mulai jatuh membasahi pipi Nora, meski ia sudah mati-matian menahannya.
Seharusnya, Nora membayarkan uang SPP-nya di pagi hari. Tapi tadi ia lagi-lagi hampir terlambat. Sasa sedang sakit, jadi Nora harus membantu sang Bunda membersihkan rumah sementara Bunda merawat Sasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO ✓
Teen Fiction[SEQUEL BETWEEN LOVE AND LIES] Kesal karena dianggap hanya bisa bersembunyi di bawah ketiak sang ayah, Cellus mengajak kedua saudara kembarnya untuk masuk ke sekolah yang berbeda-beda, tanpa menggunakan embel-embel nama Williams. Tiga remaja di tig...