"Cas, lo mau makan apa? Kita beliin," tanya Anggun begitu bel istirahat berbunyi. Cassie menggeleng lemah.
"Nggak mau makan."
Anggun dan Thea saling pandang, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada Cassie.
"Tapi lo harus makan, Cassie."
"Aku nggak mau makan..." rengek Cassie, membuat Thea menggaruk tengkuknya, bingung.
Sudah dua minggu lamanya Cassie seperti ini. Satu minggu yang lalu, Cassie sudah keluar dari rumah sakit, dan mulai kembali ke sekolah. Gadis itu seperti tak memiliki gairah hidup. Bahkan terkadang, Cassie menangis diam-diam karena kepikiran Kieran.
"Cas, lo—"
"Aku nggak mau makan, Thea!" Cassie meninggikan nada suaranya, membuat dirinya sendiri terkejut. "Thea, maaf... aku nggak bermaksud bentak kamu."
Thea mengangguk paham. "Gue beliin makanan. Lo harus makan. Nggak lucu kalo lo masuk rumah sakit lagi gara-gara kurang gizi." Thea segera keluar dari kelas, sendirian. Sebelumnya, ia sudah mengkode Anggun untuk menemani Cassie saja.
Sesampainya di kantin, Thea langsung menuju stan yang menjual nasi goreng. Di antara stan yang lain, rasanya stan itu yang paling sepi saat ini, meskipun tetap saja ramai.
Thea berdecak saat merasakan kakinya diinjak kuat. Ia hampir menjambak sang pelaku saking kesalnya. Tak hanya itu, Thea bahkan merasakan bahunya didorong, membuatnya hampir meledak.
Gadis itu terkesiap saat merasakan sebuah rangkulan di bahunya. Tanpa menoleh pun, Thea tahu siapa pelakunya, dari wangi parfum yang dipakai orang itu. Wangi yang sangat familiar di indera penciumannya.
"Sialan, lepas!" Thea segera melepaskan rangkulan Aldo. Sedangkan sang pelaku, senyum-senyum tak jelas.
"Lo mau pesen apa?" tanya Aldo, yang dibalas dengusan malas oleh Thea. Gadis itu hendak maju, namun ia langsung terhuyung begitu orang di depannya melangkah mundur. Mau tak mau, ia kembali ke sebelah Aldo.
"Nasi goreng, tiga. Bungkus," balas Thea ketus. Ingin sekali ia menjauh, tapi sedang butuh. Jadi tak apa lah, sekali saja. Besok-besok, ia akan menyuruh Anggun saja yang membeli makanan.
"BU, NASI GORENG LIMA, BUNGKUS TIGA, MAKAN SINI DUA. PESENAN SAYA DULUIN, BU!" Teriak Aldo tiba-tiba, membuat seluruh kerumunan menoleh kesal. Namun saat melihat siapa yang berteriak, mereka langsung mengalihkan pandangan, tak berani memprotes.
Aldo menarik Thea menjauh dari kerumunan yang membuat gadis itu sesak. Ia menarik gadis itu menuju stan minuman.
"Tiga es milo bungkus, Bu. Yang satu es nya sedikit aja," ucap Aldo, tanpa meminta persetujuan Thea.
Aldo mengeluarkan uang, dan membayar pesanannya begitu jadi. Lalu, ia menyerahkannya pada Thea.
"Gue nggak minta lo pesenin, ya," ucapnya sambil bersedekap. Sama sekali tak menyentuh kantung kresek yang disodorkan Aldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO ✓
Teen Fiction[SEQUEL BETWEEN LOVE AND LIES] Kesal karena dianggap hanya bisa bersembunyi di bawah ketiak sang ayah, Cellus mengajak kedua saudara kembarnya untuk masuk ke sekolah yang berbeda-beda, tanpa menggunakan embel-embel nama Williams. Tiga remaja di tig...