Setelah menghabiskan waktu mengelilingi Jakarta untuk kulineran, Cliff dan Nora berakhir di sebuah festival yang hanya buka satu tahun sekali. Tadinya, Cliff memberi dua pilihan untuk Nora. Ingin pergi ke mall, atau ke festival. Dan Nora memilih untuk pergi ke festival.
Senyum Nora terbit tepat saat mereka berdua melewati gerbang. Cliff meraih tangan Nora, menggenggamnya erat hingga membuat gadis itu menoleh. Jangan ditanya bagaimana kondisi jantung mereka berdua. Tentu sudah tidak sehat lagi.
"Jangan dilepas, nanti hilang," tutur Cliff sebelum Nora sempat bersuara. Gadis itu mengangguk pelan, lalu mengalihkan wajahnya yang sudah merona.
Hal pertama yang keduanya datangi setelah membeli tiket masuk adalah stan-stan mini games, seperti memasukkan bola ke dalam gelas, menembakkan kelereng, dan masih banyak lagi.
Tatapan Nora terpaku pada sebuah boneka sapi yang dipajang. Gadis itu tak berani berharap lebih, karena pasti sulit untuk mendapatkannya. Nora harus mengeluarkan uang lebih agar bisa bermain berkali-kali dan mendapatkan boneka sapi itu.
Cliff mengikuti arah pandang Nora, lalu melepas genggaman tangan mereka. Laki-laki itu melangkah mendekati stan, lalu membayar sejumlah uang, dan bermain.
"Nora, sini," panggil Cliff. Nora berjalan mendekat. "Kenapa, Kak?"
"Nih." Cliff menyerahkan busur panah mainan, juga beberapa anak panah yang terbuat dari plastik. "Mau coba?"
"Mau," jawab Nora. Gadis itu mulai mengambil posisi, dan membidik titik merah yang menjadi targetnya. Lalu, gadis itu melepas anak panahnya. Sayang, melenceng terlalu jauh.
"Coba lagi." Cliff menyerahkan anak panah lain. Di percobaan kedua, Nora kembali gagal.
"Udah, Kak." Nora mengerucutkan bibirnya, sebal. Cliff terkekeh, lalu menyerahkan anak panah ketiga.
"Sini, aku ajarin."
"Kakak bisa?"
"Hm." Cliff mengambil posisi di belakang Nora, lalu mengarahkan gadis itu cara membidik yang benar. "Permisi, ya," izinnya karena jarak mereka yang terlalu dekat.
Nora bisa mencium aroma parfum Cliff dari jarak sedekat ini. Sebenarnya, dari jarak jauh pun Nora sudah bisa menciumnya, sih, mengingat parfum yang Cliff pakai bukanlah parfum abal-abal. Tetapi, kalau dari jarak sedekat ini, rasanya hidung Nora dipenuhi oleh aroma parfum Cliff saja.
"Liat ke depan, Nora," bisik Cliff, membuyarkan lamunan Nora. Bahkan, gadis itu tidak sadar sejak tadi ia menundukkan kepalanya, menatap kedua sepatunya.
"Tembak." Cliff dan Nora melepaskan anak panah itu bersamaan. Hasilnya tidak terlalu buruk, sedikit lagi mendekati titik merah.
"Lagi, Mas." Cliff kembali menyerahkan selembar uang dua puluh ribuan, menukarnya dengan tiga anak panah. Laki-laki itu menyerahkan satu pada Nora dengan sebelah alis terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO ✓
Teen Fiction[SEQUEL BETWEEN LOVE AND LIES] Kesal karena dianggap hanya bisa bersembunyi di bawah ketiak sang ayah, Cellus mengajak kedua saudara kembarnya untuk masuk ke sekolah yang berbeda-beda, tanpa menggunakan embel-embel nama Williams. Tiga remaja di tig...