CLS | 8

3.8K 487 9
                                    

Beberapa jam sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa jam sebelumnya...

"Dav, kamu tidur di toko lagi, nggak?" tanya Tante Melati.

"Nggak deh kayaknya, Tan. Davina mau pulang kerumah aja, udah lama nggak pulang." Tante Melati mengangguk mendengar jawaban Davina.

"Kalo gitu Tante kunci pintu tokonya, ya," ucap Tante Melati yang diangguki Davina.

Gadis itu mengayuh sepedanya pulang ke rumah. Sebelum itu, Davina membeli martabak kesukaan Diego. Sudah lama sekali ia tak bertemu adiknya itu. Ia akui dirinya egois, hanya mementingkan perasaannya sendiri. Seharusnya, Davina selalu ada di samping Diego, saling menopang satu sama lain di tengah permasalahan keluarganya.

Baru saja sampai di depan rumah, Davina langsung menghentikan langkahnya begitu mendengar suara dua orang saling membentak di dalam. Kakinya terasa kelu, rasanya tak ingin lagi ia menginjakkan kaki di tempat itu.

Setelah lama mematung, Davina akhirnya memberanikan diri untuk masuk. Baru saja ia sampai di depan pintu, ia kembali terdiam karena percakapan kedua orang tuanya.

"Seharusnya aku nggak nikah sama kamu tau, nggak! Kamu itu cuma nyusahin aku aja!"

"Kamu pikir aku mau?! Kamu, anak-anak semuanya cuma kesalahan dalam hidup aku!"

PLAK!

"Kamu boleh hina aku, tapi jangan anak-anak!"

"Emang kenapa?! Aku cuma ngomong fakta! Kalo aja kita nggak ketemu, aku pasti udah bahagia sama Fani!"

Cukup. Davina sudah tak sanggup mendengarkan apa-apa lagi. Gadis itu kembali ke teras, lalu tubuhnya luruh di lantai. Ia membekap mulutnya, menahan tangisannya agar tak sampai terdengar. Rasanya sakit sekali mendengar ucapan papanya. Ia juga malu, karena keluarganya pasti menjadi bahan gunjingan tetangga.

Lama Davina duduk meringkuk di teras, sampai suara Diego terdengar. Yang lebih mengejutkan lagi, Diego datang bersama Cellus.

***

Sepanjang perjalanan, tak ada satupun yang bersuara. Cellus, Davina, dan Diego sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing.

Cellus menyetir tak tentu arah. Ia bingung harus membawa Davina dan Diego kemana sekarang? Ke apartemennya? Tidak apa-apa sih, tapi... apartemennya sudah nan jauh di belakang sana. Ingin bertanya, tapi takut mengganggu pikiran keduanya.

"Kak, kita kemana?" tanya Diego akhirnya. Ia rupanya juga tidak tahan dibawa berputar-putar begini.

"Eh." Cellus menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Makan dulu mau, nggak?"

"Kak Davina udah makan, belom?" tanya Diego. Davina yang masih asyik melamun, tak mendengar pertanyaan adiknya.

"Kak," panggil Diego lagi, berhasil menyentak Davina dari lamunannya.

INCOGNITO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang