"Kakak!"
Davina langsung tersentak saat Diego memanggil namanya. "Hah?"
"Kakak dipanggilin nggak nyaut," ucap Diego kesal. Davina terkikik. "Maap, maap. Tadi ngomong apa kamu?"
"Tolong tanyain Kak Cellus dong udah dimana. Katanya mau jemput aku buat ke taman."
Senyum Davina langsung luntur mendengar nama Cellus. Gadis itu menyerahkan ponselnya pada Diego. "Nih, telepon sendiri," ucapnya yang langsung dituruti oleh Diego.
Di seberang sana, Cellus baru saja masuk ke dalam mobilnya setelah mengurus beberapa urusan penting. Laki-laki itu terkejut saat melihat nama Davina di layar ponselnya. Tanpa babibu, Cellus langsung mengangkat panggilan itu.
"Halo, Pin?"
"Halo, Kak Cellus." Yah, Cellus kecewa. Ternyata suara Diego, bukan Davina.
"Kenapa, Go?"
"Kakak udah dimana? Aku udah siap," ucap Diego.
"Otw, nih," ucap Cellus. Ia mulai menjalankan mobilnya dengan satu tangan, sementara tangannya yang lain memegang ponsel. Tolong jangan ditiru ya, tidak boleh. Ini karena Cellus kepepet, dia lupa membawa Airpods-nya. Yang menelepon calon adik ipar, pula. Kalau diputus tiba-tiba, nanti takutnya tidak dapat restu.
"Cepetan ya, Kak. Jangan lupa beli jajannya," ucap Diego mengingatkan. "Yoi. Kakak tutup dulu ya, Go. Ntar ditilang berabe."
Setelah mendapat persetujuan dari Diego, Cellus langsung menutup teleponnya, berkonsentrasi menyetir ke rumah Davina.
"Udah, Go?" tanya Davina. Diego mengangguk, mengembalikan ponsel sang kakak. "Kak Cellus lagi otw, katanya. Paling bentar lagi nyampe."
Davina tak menjawab lagi. Gadis itu sibuk menonton serial drama Korea. Gini-gini, Davina juga suka Song Joong Ki. Atau Lee Min Ho. Atau Park Bo Gum.
"Kak, ikutan yuk."
"Nggak ah, males. Kakak dirumah aja," jawab Davina. "Kamu aja sana."
"Yah, nggak asyik," jawab Diego. Detik itu juga, suara mesin mobil terdengar. Diego langsung bangkit dari sofa. "Diego main dulu, Kak. Daaa!"
"Ati-ati, Go!" teriak Davina karena Diego sudah ngacir duluan menemui Cellus. Setelah Diego menghilang, Davina buru-buru mematikan TV dan naik ke kamarnya.
"Davina mana, Go?" tanya Cellus.
"Di dalem, drakoran tadi," jawab Diego. "Ayo Kak, berangkat. Nanti kemaleman."
Cellus mengangguk. Sebelum masuk ke dalam mobil, Cellus sekali lagi menatap rumah Davina. Gadis itu sama sekali tidak keluar.
Tidak apa-apa, Cellus punya seribu satu cara untuk mendekati Davina. Lihat saja!
"Kak!" panggil Diego, membuyarkan lamunan Cellus. Laki-laki itu masuk ke dalam mobil, lalu menjalankan kendaraan beroda empat itu meninggalkan rumah Davina.
Tanpa ia sadari, Davina mengintip dari balik tirai jendela sejak tadi. Gadis itu menutup tirai, lalu mengambil ponselnya, menghubungi seseorang.
"Halo, Nek."
***
Malam harinya, Davina sedang asyik mengerjakan PR sambil menyumbat kedua telinganya dengan musik pop yang begitu keras. Konsentrasi gadis itu terpecah saat ia mendengar pertengkaran kedua orang tuanya di lantai bawah.
Setelah melalui perdebatan batin yang cukup alot, Davina akhirnya melangkah keluar. Percuma juga, mau mengabaikan sudah tidak bisa. Davina sudah terlanjur dengar. Otaknya mendadak berhenti, digantikan emosi yang meletup-letup.
"Aku akan bawa Fani ke rumah ini, dan ngenalin mereka ke anak-anak."
"Gila kamu! Kamu nggak mikirin perasaan mereka, hah?!"
"Terserah kamu mau ngomong apa. Mereka harus tau calon ibu tiri mereka yang jelas-jelas lebih baik dari kamu!"
"Sialan! Fani cuma jalang rendahan yang sama sekali nggak pantes buat jadi ibu tiri mereka!"
PLAK!
Sebuah tamparan didaratkan Erlangga tepat di pipi Inggrid. "Jaga mulut kamu! Yang jalang siapa?! Kamu! Kalo aja kamu nggak hamil, Fani pasti jadi istri aku, ibu dari anak-anak aku! Bukan kamu!"
PLAK!
Kali ini, Inggrid yang menampar Erlangga. Pria itu menatap Inggrid marah, hendak kembali menampar istrinya. Namun sebelum itu, vas yang dipecahkan Davina lebih dulu menginterupsi.
PRANG!
"Bisa diem, nggak? Aku lagi ngerjain PR jadi nggak konsen gara-gara kalian," ucap Davina datar. "Perlu aku sewain GOR? Aku sewain segedung-gedungnya. Gulat sana sekalian!"
Baik Inggrid maupun Erlangga, tak ada satupun yang bersuara. Mereka berdua menatap Davina dengan pandangan yang tak bisa diartikan.
"Kalian nggak cerai-cerai nunggu apa, sih?" tanya Davina kesal. Mati-matian ia berusaha menahan diri untuk tak membentak kedua manusia itu. Bagaimana pun, mereka tetap orang tuanya dan Diego.
"Kalo kalian mikirin aku sama Igo, mending langsung cerai aja. Kita malah lebih seneng. Paling sakitnya bentar, terus udah. Daripada harus dengerin kalian berantem kayak gini. Kasian Igo juga, dia masih masa pertumbuhan."
Davina menatap kedua orang tuanya bergantian. "Aku tunggu sidang cerainya. Nggak usah mikirin aku sama Igo lagi. Selama uang ngalir sih, aku nggak papa. Papa boleh nikah lagi sama Tante Fani, Mama boleh juga jadi istri kedua bos Mama itu."
Inggrid terlihat terkejut saat Davina mengatakan kalimat terakhirnya. "Dari mana kamu tahu?"
"Nggak penting," jawab Davina. "Udah ya, jangan ribut. Aku mau lanjut nugas." Davina melangkah meniti tangga, hendak kembali ke kamarnya. Namun sebelum itu, ia kembali berbalik.
"Oh iya, ada satu yang aku lupa bilang ke kalian."
Incognito - Cellus.
10-7-2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO ✓
Teen Fiction[SEQUEL BETWEEN LOVE AND LIES] Kesal karena dianggap hanya bisa bersembunyi di bawah ketiak sang ayah, Cellus mengajak kedua saudara kembarnya untuk masuk ke sekolah yang berbeda-beda, tanpa menggunakan embel-embel nama Williams. Tiga remaja di tig...