Hari demi hari terus berlalu. Tak terasa, Nora sudah memasuki pekan ulangan akhir semester.
Kegiatan sehari-hari Nora benar-benar padat. Karena setiap selesai ujian tidak ada pelajaran, semua siswa diperbolehkan pulang lebih awal. Masih ada waktu empat jam— cukup lama sebelum Nora pergi bekerja.
Kesempatan itu digunakan Nora untuk belajar di perpustakaan sekolah. Gadis itu memang sengaja tidak pulang, karena ia ingin benar-benar fokus belajar. Laila pun menyetujui, karena Sasa pasti akan merecoki Nora bila melihat kakaknya di rumah.
Seusai belajar, Nora biasanya akan langsung pergi ke tempat kerjanya. Gadis itu seringkali lupa makan siang, hingga tak jarang Nora merasa pusing di tengah-tengah bekerja.
Saat ini, Nora sedang mendekam di perpustakaan, sibuk merangkum materi Biologi yang akan diujikan besok. Gadis itu merasa akan lebih mudah menghafal bila dibarengi dengan menulis, jadi ia selalu membuat rangkuman untuk setiap mata pelajaran.
Nora tersentak saat sebuah plastik hitam diletakkan di hadapannya. Saat gadis itu mendongak, hal pertama yang ditangkap oleh matanya wajah datar Cliff.
"Eh, Kak," sapa Nora sambil tersenyum. Sudah satu bulan hubungan mereka tak seperti dulu lagi. Ya, meski Nora dan Cliff masih saling menyapa dan mengobrol kilat, namun mereka sudah tak lagi bersama seperti dulu. Nora pun bisa memaklumi, karena memang tugas Cliff untuk menjaga Nora sudah selesai.
"Makan," pinta Cliff, membuat Nora mengernyit bingung. "Hah?"
Cliff menunjuk plastik hitam di hadapan Nora dengan dagunya. "Lo belom makan, kan?"
Nora menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia tiba-tiba salah tingkah. Tak hanya itu saja, jantung Nora juga tiba-tiba tidak bisa diajak bekerja sama. Perutnya pun tak jauh berbeda. Rasanya ada yang menggelitik perutnya dari dalam.
"Nora," panggil Cliff dengan suara beratnya, membuat Nora merinding.
"Eh, iya, Kak," jawab Nora. Ia hendak membuka plastik hitam itu, namun Cliff langsung menahannya.
"Makan di luar, ini perpustakaan."
***
"Kakak kok masih di sini? Nggak pulang?"
"Lo sendiri?"
Nora menghela napas. "Kan, aku nanya duluan. Kok balik nanya, sih."
Kedua sudut bibir Cliff berkedut menahan senyum. "Kalo gue bilang lagi nungguin lo, gimana?"
"Eh, hah?" Nora tiba-tiba blank. "Ngapain nungguin aku?"
Cliff tak langsung menjawab, ia malah sibuk memandangi wajah Nora yang memerah. Gadis itu langsung mengalihkan pandangannya, tak ingin menunjukkan bahwa dirinya salah tingkah. Sialnya, ia semakin ingin salto saja saat mendengar Cliff tertawa renyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO ✓
Teen Fiction[SEQUEL BETWEEN LOVE AND LIES] Kesal karena dianggap hanya bisa bersembunyi di bawah ketiak sang ayah, Cellus mengajak kedua saudara kembarnya untuk masuk ke sekolah yang berbeda-beda, tanpa menggunakan embel-embel nama Williams. Tiga remaja di tig...