"Congrats ya, Dav."
"Dav, congrats, ya!"
"Wah gile lu, kemarin masih berantem, hari ini dah jadian aja. Congrats, ye."
"Selamat, Dav! Gila, nggak nyangka lo bakal beneran jadian sama Cellus."
Davina berdecak. Semakin lama, semakin banyak saja yang memberinya selamat. Awal-awal sih, Davina mau menjawab, bilang kalau semua itu tidak benar. Tapi lama-lama, mulutnya pegal juga. Jadi Davina hanya membiarkan saja. Menoleh pun tidak.
Langkah kaki Davina membawanya ke perpustakaan. Anggap saja ia sedang kabur dari ucapan selamat dan bisik-bisik tetangga yang terus membicarakannya dengan Cellus. Entah siapa yang memulai gosip murahan itu.
Davina memilih untuk duduk di meja yang ada di paling ujung, di tempat terpencil. Tak lupa, gadis itu mengirimkan pesan pada Maia untuk menyelundupkan pentol ke perpustakaan. Beberapa saat kemudian, Maia datang dengan seplastik pentol dan susu kotak rasa cokelat di kedua saku celananya.
"Gila, makin lama makin banter aja tuh berita," omel Maia. Setelah meletakkan susu dan pentol di meja, gadis itu duduk di hadapan Davina, sekalian menutupi sahabatnya dari guru perpustakaan.
"Kalian ada apaan, sih? Kok tiba-tiba digosipin kek gitu. Atau emang bener, ya?" Kedua mata Maia memicing curiga.
"Ngawur!" elak Davina. Gadis itu sudah mulai memakan pentolnya. Maia ini pengertian sekali, belinya satu plastik penuh. Tau saja Davina sedang lapar berat.
Maia mengedikkan bahunya. Ia pun memainkan ponsel. "Beritanya udah masuk lambe sekolah, nih," ujar Maia seraya menunjukkan ponselnya pada Davina. Lagi-lagi, hanya ditanggapi dengan dengusan. Tidak tahu lah, Davina lelah.
"Menurut netizen, kemarin Cellus dan Davina delivery bunga bareng nih, Sobat Raven! Setelah mimin konfirmasi lagi sama pihak cowok, ternyata mereka emang beneran pacaran. Wah, selamat, ya pasangan baru!" Maia membacakan caption berita Cellus dan Davina di instagram lambe sekolah mereka. Yang disinggung-singgung hanya mendengus saja.
"Banyak banget yang dukung kalian berdua pacaran, Dav," celetuk Maia lagi. Tangannya masih terus menggulir kolom komentar. "Pada ngasih selamat, nih. Sama ucapan patah hati."
"Kenapa nggak pacaran beneran sih, kalian?"
"Lo tau alasannya, May."
Maia menghembuskan napas. "Lo sama ortu lo itu beda, Dav. Apa yang terjadi ke mereka, belum tentu bakal terjadi sama lo."
"Belum tentu, berarti masih mungkin, kan?"
"Ya itu semua tergantung lo sama Cellus," jawab Maia. "Tapi gue yakin kok, kalian nggak akan berakhir sama kek ortu lo. Coba dulu, Dav."
"Nggak ah," jawab Davina. "Alasan gue juga bukan itu aja."
Maia mengernyit. "Emang apa lagi?"
"Gue bakal pindah ke Kalimantan, awal bulan depan."
Maia melotot. "Hah?!"
***
Berbeda dengan Davina yang tampak tidak suka dengan berita hoax yang sedang beredar, Cellus malah senang sekali.
"Congrats ya, Lus!"
"Selamat, Lus!"
"Gila, akhirnya perjuangan lo berhasil. Congrats, Bro!"
"Thanks, Man!" jawab Cellus seraya tersenyum gembira. Felix dan keempat temannya hanya bisa berdecak melihat tingkah Cellus.
"Davina pasti kebakaran jenggot sekarang," celetuk Milo. Semua teman Cellus memang sudah tahu kalau mereka tidak benar-benar jadian. Mereka sudah cukup pintar untuk memprediksi. Masak kemarin masih berantem, hari ini udah jadian aja? Kan tidak mungkin.
"Yang nyebarin pertama kali siapa sih, Lus? Lo tau orangnya?" tanya Fauzan kepo.
"Itu, anak kelas sepuluh. Si Mutia, yang kembar. Tau, nggak?"
"Mutia sama Tiara?" celetuk Edgar. Cellus mengangguk.
"Kok bisa?"
"Kemarin, gue sama Pipin nganterin buket bunga ke rumah dia," jelas Cellus. "Tapi kayaknya Pipin nggak kenal sama tuh orang. Jadi nggak sadar."
"OOOOOOO...."
"Terus, langkah lo selanjutnya apa? Ya kali udah makasih makasih ternyata nggak jadian. Harus diresmiin, lah!"
Cellus mengangguk menanggapi ucapan Milo. "Ntar pasti jadian. Tunggu aja. Masih pendekatan, nih."
***
Davina baru saja kembali dari toilet. Di tengah jalan, tiba-tiba Raja muncul, membuat Davina terkejut karena laki-laki itu berhenti tiba-tiba di hadapannya.
"Dav, lo beneran jadian sama si Cellus?"
Davina mendesah lelah. "Terserah lo deh mau percaya yang mana. Gue capek jawabnya."
Raja mengernyit. "Gue percaya apa yang keluar dari mulut lo. Kalian pacaran, nggak?!" tanyanya, sedikit mendesak.
"Emang apa urusannya sama lo?" tanya Davina, ikut ngegas. Raja yang menyadari kebodohannya, langsung mengusap wajahnya kasar. "Sorry, gue nggak bermaksud. Gue cuma pingin tau."
"Wah, kepo bener jadi cowok," sinis Davina. Entah, hari ini mood-nya sudah jelek sekali. Lagipula, Raja juga aneh.
"Gue cuma minta lo jawab apa susahnya, sih?!"
"Nggak usah paksa-paksa cewek gue."
Davina dan Raja kompak menoleh ke sumber suara. Di sana, Cellus berdiri dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku. Laki-laki itu lalu melangkah mendekati kedua manusia itu, lalu merangkul Davina mesra, membuat Davina terkejut seketika.
"Gue sama Davina emang udah jadian. Jadi stop ngejar-ngejar cewek gue," ujarnya dengan wajah yang begitu angkuh.
Raja melirik Davina, seolah minta konfirmasi. Melihat Davina yang diam saja, wajah Raja yang sudah keruh, semakin keruh. Tanpa mengatakan apa-apa, Raja pergi menjauhi Cellus dan Davina.
PLAK!
Davina melayangkan sebuah pukulan di punggung Cellus setelah Raja menghilang di balik tikungan.
"AUW! Sakit, Yang!" omel Cellus. Ia berusaha mengusap punggungnya yang terasa panas.
"Lo apa-apaan, sih?! Kenapa lo ngeiya-in hoax itu?! Gila ya lo?!"
Cellus menyengir. "Makanya diresmiin, biar nggak hoax lagi."
Davina mendengus. Tak ingin berdebat dengan Cellus, gadis itu berjalan kembali ke kelas.
"Pin! Tunggu, Pin! Sayang!"
Davina. Cantik bngt gaseeehhh😩
Incognito - Cellus.
19-7-2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO ✓
Teen Fiction[SEQUEL BETWEEN LOVE AND LIES] Kesal karena dianggap hanya bisa bersembunyi di bawah ketiak sang ayah, Cellus mengajak kedua saudara kembarnya untuk masuk ke sekolah yang berbeda-beda, tanpa menggunakan embel-embel nama Williams. Tiga remaja di tig...