CSN | 19

9.7K 888 60
                                    

Cassie terus menangis sepanjang lorong rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cassie terus menangis sepanjang lorong rumah sakit. Setelah memohon pada dokter, Cassie akhirnya diperbolehkan mengunjungi Kieran, dengan syarat harus dibantu dengan kursi roda dan tidak boleh terlalu lama. Anggun dan Thea pun dengan sigap membantu.

Begitu sampai di lorong tempat Kieran berada, mata Cassie langsung menangkap sosok Bara yang baru saja keluar dari kamar Kieran. Pria itu terlihat lesu.

"Papa!" panggil Cassie, membuat Bara terkejut.

"Cassie?"

Anggun mendorong kursi roda Cassie mendekat. Gadis itu langsung memeluk Bara sambil menangis tersedu-sedu, menyembunyikan wajahnya di perut pria itu.

"Papa, Kieran baik-baik aja, kan? Kieran nggak papa, kan?" tanya Cassie. "Cassie mau liat Kieran, Pa..."

"Iya, Nak. Ayo, kita lihat Kieran." Bara mengambil alih kursi roda Cassie. Sebelum masuk, ia menatap Thea dan Anggun.

"Kalian mau ikut?"

"Cassie dulu aja, Om. Kita tunggu di luar," balas Thea sopan. Meskipun garang dan jutek, Thea masih tahu tata krama.

"Ya sudah, kami masuk dulu, ya," ujar Bara. Ia mengambil alih kursi roda Cassie, mendorongnya ke dalam.

Tangisan Cassie semakin menjadi-jadi saat melihat kondisi Kieran. Laki-laki gagah, usil, dan cerewet yang hobi sekali menggodanya, sekarang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Tubuhnya penuh dengan selang, membuat Cassie tak tega melihatnya.

Bara ikut sedih mendengar tangisan Cassie yang terdengar begitu pilu. Kalau istrinya berada di sini, mungkin juga akan bereaksi seperti Cassie. Rasa bersalah Bara semakin menjadi-jadi.

Maaf, Sayang. Aku nggak bisa jaga anak kita dengan baik.

"Kieran..."

Lirihan Cassie membuat lamunan Bara buyar. Pria itu mengelus puncak kepala Cassie lembut.

"Papa tunggu di luar ya, Nak," ucapnya sambil berbisik. Cassie mengangguk.

Sepeninggal Bara, pandangan Cassie kembali fokus pada Kieran. Gadis itu mengangkat tangannya, meraih wajah Kieran. Laki-laki itu tampak pucat dan lemah. Cassie berusaha menghentikan tangisnya, namun tak bisa.

"Kieran..." panggil Cassie. Suaranya terdengar begitu lirih. "Kieran kenapa kayak gini? Ayo Kieran, bangun..."

"Kieran nggak kangen? Padahal aku kangen banget."

"Kieran janji hari Sabtu besok mau bawa aku ke pasar malam. Kieran juga udah janji mau ajak aku makan sate di pinggir pantai. Kieran juga udah janji... Nggak tau, Kieran punya banyak janji yang belum Kieran tepati. Tapi kenapa sekarang Kieran tidur?"

Keheningan menyelimuti untuk waktu yang lama. Yang terdengar hanya suara mesin EKG yang menandakan bahwa sang jantung pasien masih berdetak, dan isakan pelan yang keluar dari mulut Cassie.

INCOGNITO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang