Jason dan Veronna menatap Cliff dengan mata memicing curiga. Yang ditatap, sama sekali tak peduli, ia masih sibuk menjawab soal-soal Matematika yang diberikan guru pengganti beberapa saat yang lalu.
Tapi lama-lama, Cliff merasa risih juga. Akhirnya, laki-laki itu mendongak, menatap kedua temannya bergantian, sembari menaikkan sebelah alisnya, seolah bertanya 'kenapa?'.
"Lo nggak lagi demam, kan?" tanya Veronna.
"Nggak," balas Cliff.
"Sakit?"
Cliff menggeleng.
"Meriang? Pusing? Sesak napas? Gatal-gatal?" tanya Jason, membuat Cliff mendengus. "To the point. Kenapa?"
"Lo sama Nora," sahut Veronna. "Aneh."
Cliff makin tidak mengerti.
"Seumur-umur, gue baru tau OSIS ngasih layanan bodyguard untuk siswa," lanjut Veronna yang didukung anggukan oleh Jason.
Cliff mendengus geli. Ia pun tak menyangka dirinya akan melakukan itu. Yang membuatnya membuat Nora berada dalam pengawasannya adalah wajah putus asa dan air mata Nora saat gadis itu sedang dirundung. Entah mengapa, Cliff merasa sangat iba waktu itu, hingga memutuskan untuk melindungi Nora.
"Lo suka, kan, sama dia?" tembak Jason.
"Nggak."
"Nggik," cibir Jason, membuat Cliff menatapnya tajam. Jason langsung menyengir, takut tiba-tiba dilempar buku bacaan bahasa asing setebal kamus yang sering Cliff bawa.
"Cliff, gue perempuan." Kali ini, Veronna yang berbicara, terlihat begitu serius. "Tindakan lo ini, bisa bikin cewek baper. Lo tungguin dia di depan sekolah, lo jemput dia di kelas tiap istirahat, lo anter dia pulang. Gue nggak tau Nora cewek yang baperan atau nggak, tapi kalo lo nggak suka dia, mending lo berhenti."
"Gue murni cuma bantu dia. Nggak lebih," ucap Cliff. "Dia juga nggak mungkin suka gue."
Jason dan Veronna saling bertatapan, lalu sama-sama mengedikkan bahu. "Terserah lo."
***
"Ra, ngaku! Lo pacaran sama Kak Cliff kan sekarang?!"
Nora meringis mendengar pertanyaan teman-teman sekelasnya. Saat ini, ia sedang dikelilingi oleh belasan teman kelasnya yang meminta penjelasan mengenai kedekatannya dengan sang ketua OSIS, Clifford Acalan.
Padahal Nora sudah memberi klarifikasi bahwa mereka tidak ada apa-apa, tetapi ia malah dipaksa untuk mengaku bahwa mereka sedang ada apa-apa.
"Nggak," jawab Nora.
"Bohong!"
"Emang beneran nggak ada apa-apa," balas Nora. "Ngapain aku bohong."
Beberapa temannya berdecak. "Sulit amat disuruh jujur, Ra."
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO ✓
Teen Fiction[SEQUEL BETWEEN LOVE AND LIES] Kesal karena dianggap hanya bisa bersembunyi di bawah ketiak sang ayah, Cellus mengajak kedua saudara kembarnya untuk masuk ke sekolah yang berbeda-beda, tanpa menggunakan embel-embel nama Williams. Tiga remaja di tig...