"Karena banyak hal-hal negatif yang terjadi di sekolah kita, gue kepikiran buat menerapkan sistem whistleblowing. Menurut kalian gimana?"
"Izin bertanya, Kak. Whistleblowing gimana ya maksudnya?" tanya seorang anak kelas sepuluh.
"Izin menjawab." Jason mengangkat tangannya. Setelah mendapat anggukan dari Cliff, laki-laki itu mulai menjelaskan.
"Sistem whistleblowing, berarti membuka peluang bagi semua orang untuk ngelaporin hal-hal yang ngelanggar aturan. Tapi identitas dari si pelapor bakal dirahasiain sama sekolah, jadi tetep aman."
"Izin bertanya. Ngelaporinnya lewat apa?" tanya anggota OSIS yang lain.
"Lewat e-mail. Untuk menjaga kerahasiaan, kita bisa buat e-mail khusus, dan yang megang cuma satu anggota OSIS dan dua guru BK. Begitu laporan masuk, akan langsung ditindaklanjuti sama pihak sekolah."
"Ada yang keberatan atau punya usul lain?"
Tak ada satupun yang membalas, artinya semua orang setuju.
"Siapa yang bersedia untuk megang e-mail-nya?"
"Izin menjawab. Lo aja, Cliff." Seorang anggota kelas sebelas memberi pendapat. Yang lain langsung bersorak setuju. Memang, kalau untuk urusan menjaga kerahasiaan, Cliff jagonya. Ia tak pernah sekalipun keceplosan.
Cliff pun mengangguk setuju. Setelah membahas beberapa hal lain, Cliff pun menutup rapat.
"Sekian dulu rapat hari ini. Jangan lupa proposal pengajuan dikirim ke Jason, paling lambat hari Rabu. Thanks buat kerjasamanya."
Para anak OSIS pun mulai berhamburan kembali ke kelas masing-masing setelah rapat usai, begitu juga dengan Cliff, Jason, dan Veronna. Namun baru saja mereka hendak keluar dari ruang OSIS, suara telepon terdengar begitu nyaring. Cliff pun langsung mengangkatnya.
"Ruang OSIS. Ada yang bisa kami bantu?"
"Cliff, ke ruangan Bapak sekarang." Suara Pak Raditya terdengar dari seberang sana.
"Baik, Pak."
Setelah menutup telepon, Cliff langsung menghampiri kedua temannya. "Kalian balik dulu aja. Gue dipanggil ke ruang kepsek."
"Oke," balas Jason dan Veronna bersamaan. Setelah itu, keduanya pun pamit meninggalkan Cliff.
***
"Permisi, Bu. Nora dipanggil Pak Raditya di ruangannya sekarang."
Merasa namanya dipanggil, Nora langsung menegakkan kepalanya, dan melihat ke arah pintu. Detik itu juga, tatapannya langsung bertubrukan dengan tatapan Cliff.
"Nora, silahkan," ucap Bu Rani. Nora pun bangkit, lalu berjalan mengikuti Cliff setelah lebih dulu berpamitan dengan Bu Rani. Tak ada satupun yang bersuara. Cliff jalan di depan, diikuti Nora yang masih kebingungan— tapi tak ingin bertanya. Seingatnya, ia sudah membayar uang sekolah. Nora juga tak pernah melakukan pelanggaran apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO ✓
Teen Fiction[SEQUEL BETWEEN LOVE AND LIES] Kesal karena dianggap hanya bisa bersembunyi di bawah ketiak sang ayah, Cellus mengajak kedua saudara kembarnya untuk masuk ke sekolah yang berbeda-beda, tanpa menggunakan embel-embel nama Williams. Tiga remaja di tig...