Semua mata tertuju pada satu titik; sebuah motor sport hitam dengan harga lebih dari seratus juta yang baru saja memasuki parkiran sekolah. Tak hanya motornya yang menjadi objek utama, sang pemilik pun tak kalah menarik. Apalagi, saat sang pengendara melepas helm hitam yang harganya juga tak main-main.
"Anjir, dia ketos paling keren sepanjang sejarah Atlanta," celetuk salah satu gadis, yang langsung diangguki teman-temannya.
"Gue nggak pernah kepikiran bakal naksir ketua OSIS."
"Kalo dia jadi pacar gue mah, dia selingkuh juga gue maafin."
"Anjir, pingin gue maling aja tuh motor."
Sang pengendara mendengar semuanya, namun ia tak peduli. Laki-laki itu meletakkan helm-nya, melepas jaket jeans yang sudah menjadi ciri khasnya, lalu memakai tasnya di sebelah pundak. Setelah memastikan motornya aman, barulah ia melangkah memasuki gedung sekolah.
Clifford Acalan. Siapa yang tidak kenal? Laki-laki kelas sebelas yang baru saja dinobatkan sebagai ketua OSIS periode baru, minggu lalu. Perawakannya tinggi, berambut cokelat, berwajah tampan nan dingin. Kacamata berbingkai hitam setia bertengger di pangkal hidung mancungnya, menambah kesan pintar dan cerdas.
Cliff tidak memiliki banyak teman seperti Cellus. Hanya dua orang— Jason dan Veronna. Ketiganya tergabung dalam organisasi OSIS, karena itulah mereka dekat.
Cliff identik dengan motor sport, jaket jeans, dan kacamatanya. Tak ada sama sekali maksud untuk pamer harta. Alasan Cliff menggunakan motor mahal untuk pergi ke sekolah sangatlah sederhana.
Karena ia punya.
Tempat pertama yang Cliff datangi begitu sampai di sekolah adalah ruang OSIS, seperti biasa. Di antara semua anak OSIS, hanya ketua umum, ketua satu, dan ketua dua saja yang memegang kunci. Ketua satu dan ketua dua adalah Jason dan Veronna. Biasanya, mereka baru datang saat hampir bel.
Setelah membereskan beberapa kertas-kertas yang berhamburan di meja besar— karena kemarin mereka baru mengadakan rapat perdana, laki-laki itu melangkah menuju kelasnya.
"Pagi, Cliff," sapa seorang guru yang lewat.
"Selamat pagi, Pak," balas Cliff. Ia memang cukup dekat dengan guru-guru di Atlanta. Pintar, tak pernah bermasalah, dan sopan adalah alasan mengapa Cliff menjadi kesayangan para guru. Semua tugas akan diserahkan pada Cliff.
Cliff, Cliff, Cliff.
"Woy, Cliff!"
Cliff menolehkan kepalanya ke belakang. Veronna berjalan cepat menyusul Cliff, lalu merangkul pundak laki-laki itu.
"Lo jaga di depan nggak, sih?"
Cliff mengangguk. "Ntar bel gue ke bawah."
"Bareng Bu Ratna?"
"Hm."
Veronna tertawa. "Mampus yang telat hari ini. Kena duet maut!" Cliff tersenyum tipis menanggapi.
"Titip gue aja sini," tawar Veronna, yang langsung dibalas gelengan oleh Cliff. Ia paling anti menyuruh orang lain membawakan barang-barangnya kalau ia bisa melakukannya sendiri. Apalagi perempuan.
Setelah sampai di kelas, Cliff langsung meletakkan barangnya, lalu berjalan menuju gerbang setelah berpamitan pada Veronna. Hari ini, ia berjaga dengan Bu Ratna, wakil kepala sekolah. Tak lupa, ia membawa kertas, clipboard, dan bolpoin untuk mencatat nama-nama para murid yang terlambat.
***
Nora terpaksa harus berdiri di barisan para siswa-siswi yang terlambat, lagi. Tadi pagi, ia terlambat bangun. Nora baru bisa berangkat setelah semua kue-kue jualannya selesai dimasukkan ke dalam plastik.
"Kalian ini, jam sekolah kalian itu sudah siang. Kenapa masih terlambat?! Mau jadi apa kalian?! Nggak punya jam di rumah?!"
Bu Ratna memberikan ceramah dengan berapi-api. Merupakan sebuah kesialan kalau Bu Ratna yang menjaga. Wakil kepala sekolah yang satu itu memang terkenal tegas, galak, dan disiplin. Ia paling tidak suka murid terlambat.
Tatapan Nora beralih pada Cliff yang berdiri di sebelah Bu Ratna. Laki-laki itu sama sekali tidak ada bedanya dengan Bu Ratna. Tatapannya datar dan mengintimidasi, meski Cliff sama sekali tak bermaksud seperti itu.
Bu Ratna dan Cliff, merupakan duet yang paling dihindari. Keduanya sama-sama tegas, disiplin, dan sangat terpaku pada peraturan. Karena itulah, sejak tadi Nora mendengar beberapa murid di sekitarnya menggerutu pelan.
"Sekarang, kalian semua lari sepuluh putaran!" titah Bu Ratna. Nora menghela napas. Ia paling tidak kuat lari.
"Bu, saya boleh izin taruh jualan saya di kantin?" izin Nora. Tak hanya Bu Ratna dan Cliff yang menoleh ke arahnya, murid-murid yang lain pun juga. Beberapa melayangkan tatapan tak suka, entah karena apa. Nora pun berusaha mengabaikan, ia sudah sangat terbiasa dengan tatapan seperti itu.
"Biar Cliff saja yang bawa!" balas Bu Ratna ketus. Cliff menatap Bu Ratna sekilas, lalu berjalan menghampiri Nora, mengambil kotak-kotak besar yang dibawa gadis itu. Ada empat kotak besar, dan jika dibawa secara bersamaan, ternyata cukup berat.
Cliff menatap Nora sekilas. Gadis itu tadi membawanya sendirian?
"Tolong ditaruh di stan snack ya, Kak. Bilang aja dari Nora." Suara Nora mengalun lembut di telinga Cliff. Laki-laki itu mengangguk, lalu pergi setelah Nora berucap terima kasih.
Setelah Cliff menghilang dari pandangan, barulah Nora menyusul yang lainnya ke lapangan.
Selamat datang di cerita Cliff! 🥰
Semoga suka yah ❤️Incognito - Clifford.
24-7-2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO ✓
Teen Fiction[SEQUEL BETWEEN LOVE AND LIES] Kesal karena dianggap hanya bisa bersembunyi di bawah ketiak sang ayah, Cellus mengajak kedua saudara kembarnya untuk masuk ke sekolah yang berbeda-beda, tanpa menggunakan embel-embel nama Williams. Tiga remaja di tig...