Malam harinya di rumah Alvaro dia sedang berbicara dengan pak Adnan dan juga ibu Jingga di meja makan.
"Bagaimana dengan istri kamu, Al?" tanya pak Adnan.
"Al tadi gak sengaja ketemu sama Airin di pantai, tapi katanya kalau besok dia ngajak Alvaro untuk ketemu di restoran dekat perusahaan,"
"Airin mau ngomong apa, Al? kok tumben sekali dia ngajak kamu ke restoran gak biasanya," ujar ibu Jingga.
"Al jau gak tau Airin mau ngomong apa, tadi Al coba untuk menanyakan apa yang pengen Airin bicarakan tapi dia gak kasih jawaban apapun,"
Seketika perasaan ibu Jingga menjadi tidak enak, firasatnya kalau besok akan terjadi sesuatu.
"Kok Mama jadi gelisah gini ya gak biasanya," ucap sang mama.
"Itu perasaan Mama aja, udah lanjut makan aja."
Di sisi lain tepatnya di kamar Airin, dia tengah berdiri bersama Arga di balkon kamar sambil membicarakan soal perceraian Airin dan Alvaro.
"Dek, Ayah udah mengurus surat cerai kamu sama Alvaro. Jadi kapan akan membawa dokumen itu pada suamimu?" tanya Arga.
"Besok, Airin udah ketemu Alvaro tadi mengajaknya untuk bertemu besok saat makan jam siang di kantor,"
"Apa kamu yakin dengan keputusanmu ini, dek?"
"Airin yakin,"
"Baiklah, semoga ini yang terbaik untuk kalian. Kakak keluar dulu ya mau kerjain pekerjaan kantor kakak."
"Iya, kak. Selamat malam."
"Selamat malam, dek. Cepatlah beristirahat." ucap Arga lalu meninggalkan kamar Airin.
Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya keluar juga. Sebentar lagi ia akan berpisah dengan Alvaro, orang yang sangat di cintainya.
Meskipun ini sangat berat bagi Airin tapi ia harus melakukannya karena ini memang sudah menjadi keputusannya."Selamat tinggal, Al. Aku berharap yang terbaik untuk perpisahan kita ini." gumam Airin.
___
Sekarang sudah menunjukkan pukul 12:00, Airin sudah rapi dengan balutan dress selutut yang berwarna peach.
Airin sudah bersiap-siap untuk bertemu dengan Alvaro di tempat yang sudah mereka janjikan.
Saat menuruni tangga Airin sempat pamit pada pak Wijaya dan ibu Sri, sedangkan Arga sudah berada di perusahaannya.
"Kamu hati-hati ya sayang, semoga ini yang terbaik untuk kalian." ucap sang bunda dengan mata berkaca-kaca, ada rasa kasihan pada putri dan juga menantunya itu.
Pak Wijaya hanya tersenyum tanpa bersuara, dia sudah ikhlas dengan keputusan Airin dimana putrinya akan memberikan surat perceraian itu yang sudah di tandangani oleh Airin, tinggal menunggu tanda tangan milik Alvaro saja.
Setelah itu Airin keluar dan secepatnya menuju ke restoran dekat perusahaan suaminya.
Saat sudah sampai di restoran tersebut, Airin bergegas keluar dan membawa sebuah map yang berisi surat cerai.
Airin duduk dan meraih ponselnya untuk memberitahukan kalau dia sudah sampai.
Di ruangan CEO, Alvaro yang mengetahui Airin sudah sampai langsung menyuruh asistennya untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Saya keluar dulu, kamu harus ngerjain laporan itu setelah selesai makan siang nanti. Saya masih ada urusan lain," ucap Alvaro segera keluar ruangan.
"Baik, Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐢𝐫𝐢𝐧 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 [END]
Tiểu Thuyết ChungApa liat²? Sini mampir dulu "Airin, gue cinta sama lo!" ucap pemuda pada gadis yang berdiri di hadapannya saat ini. Deg! Jantung Airin berdetak lebih kencang saat mendengar ucapan cowok yang mengatakan kalau dia mencintai Airin. Dia tidak menyangkan...