Pagi harinya
Terlihat ibu Sri sedang beradu dengan peralatan dapur, Airin yang baru saja keluar dari kamar dengan pakaian santainya. Airin tersenyum lalu menuruni tangga untuk membantu bundanya yang sedang masak.
"Pagi, Bunda. Ada yang bisa Airin bantu, Bun?"
tanya Airin tersenyum."Pagi sayang," balas ibu Sri.
"Ini, Rin. Kamu bantuin Bunda motong wortel itu, Bunda mau masak ayam dulu," ujar bunda.
"Baik, Bunda. Ayah sama kak Arga kemana, Bun?"
"Itu ... Ayah sama kakak kamu lagi di halaman belakang,"
Airin hanya mengangguk lalu melanjutkan kegiatan memotong wortel. Setelah semuanya sudah selesai Airin memberi sayur-sayuran yang sudah ia kerjakan pada bundanya.
Beberapa menit akhirnya semua masakan ibu Sri dan Airin sudah matang dan siap di hidangkan. Airin menyajikan semua makanan di meja makan sedangkan ibu Sri sedang memanggil suami dan putranya untuk sarapan pagi.
Tak lama mereka semua sudah ada di meja makan dan siap untuk menikmati hidangannya.
"Airin, bagaimana dengan acara makan malam kamu dengan keluarganya Alvaro, nak?" tanya pak Wijaya.
"Baik, Yah. Orang tua Alvaro baik banget sama Airin,"
"Apa tidak ada masalah?"
"Gak ada, Ayah. Malah Airin kalau bisa di suruh nginap di sana tapi Airin menolaknya," ujar Airin.
"Ya bagus itu, dek. Nanti kalau kamu sama Alvaro udah sah," sahut Arga tersenyum.
Seketika Airin baru sadar kalau ia pergi ke rumah Alvaro dan saat bertemu dengan mama Alvaro, ia merasa pernah melihat ibu itu.
Airin menutup mulutnya dengan kedua tangan karena ternyata ibu Jingga adalah ibu-ibu yang pernah ia bantu waktu itu.
Mereka yang berada di meja makan seketika melirik ke arah Airin yang seperti terkejut.
"Kamu kenapa, nak?" tanya pak Wijaya.
"Airin baru ingat kalau Airin waktu itu pernah nolong ibu-ibu yang kena jambret, dan Airin baru sadar jika ibu itu adalah Mama nya Alvaro," ucap Airin.
"Apa?" ucap mereka serempak.
"Jadi ibu-ibu itu Mamanya, Alvaro?" tanya ibu Sri yang di angguki oleh Airin.
"Oh ya ampun,"
"Terus apa Mama Alvaro kenal sama kamu saat datang ke rumah mereka?" tanya Arga.
Airin hanya diam dan berfikir, ia merasa kalau mamanya Alvaro juga tidak mengenali atau lupa dengan Airin.
"Kemungkinan besar Mama Alvaro lupa," ucap Airin.
"Tenang aja, kakak yakin kalau Mamanya Alvaro bakal ingat itu kembali,"
Mereka hanya tersenyum kearah Arga, lalu melanjutkan sarapan pagi.
Di rumah pak Alvaro. Alvaro baru saja selesai dari berolahraga. Alvaro menuju dapur dan membuka kulkas untuk mengambil botol air untuk di minum.
Tiba-tiba sang mama datang menghampiri Alvaro.
"Al, temenin mama pergi ke tokoh perhiasan, ya?" ajak sang mama.
Alvaro mengerutkan keningnya, tumben sekali mamanya itu mengajaknya ke tokoh perhiasan. Setau dia perhiasan mamanya masih begitu banyak.
"Mama mau ngapain kesana? kan perhiasan Mama udah banyak," tanya Alvaro.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐢𝐫𝐢𝐧 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 [END]
Genel KurguApa liat²? Sini mampir dulu "Airin, gue cinta sama lo!" ucap pemuda pada gadis yang berdiri di hadapannya saat ini. Deg! Jantung Airin berdetak lebih kencang saat mendengar ucapan cowok yang mengatakan kalau dia mencintai Airin. Dia tidak menyangkan...