Terlihat pemuda itu sudah membaringkan Airin di tempat tidur, entah mengapa dia begitu khawatir pada gadis yang baru saja ia temukan di pinggir jalan tersebut.
Pemuda itu duduk di samping Airin dan memegang tangan Airin yang terasa dingin, dia memperhatikan wajah cantik milik Airin. Dari feelingnya ia merasa kalau gadis ini gadis yang baik. Tak lama ayah dan bundanya datang menghampirinya.
"Arga, apa dia baik-baik saja nak?" tanya bunda Arga dengan raut wajah cemas.
"Arga juga kurang tau Bun, kita telpon dokter pribadi kita aja," ucap Arga lalu mengambil ponsel yang berada di saku celananya lalu dengan cepat menghubungi dokter pribadi mereka untuk memeriksa keadaan Airin.
Beberapa lama menunggu kedatangan dokter tersebut, akhirnya sudah datang dan dengan cepat Arga menyuruh dokter itu untuk memeriksa gadis ini.
Dokter itu sekarang tengah memeriksa keadaan Airin.
"Bagaimana keadaannya Dok, apa dia baik-baik saja?" tanya Arga cemas.
Dokter itu hanya tersenyum lalu berkata.
"Pak Arga tenang saja, dia pingsan hanya karena lelah dan juga mungkin beberapa hari ini dia tidak banyak makan. dan satu lagi sepertinya gadis ini banyak beban pikiran sampai jatuh pingsan sebelumnya." jelas dokter tersebut.
Arga dan kedua orang tuanya melihat Airin keadaan Airin dengan raut wajah mereka sedih dan merasa iba.
"Syukur alhamdulillah kalau dia baik-baik saja," ucap bunda Arga sedangkan sang suami hanya memeluk pundak sang isteri.
"Syukurlah," ucap Arga lega.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu Pak, Bu." ucap dokter sembari berlalu.
Arga tersenyum lega saat mendengar penjelasan dokter tadi, Arga kembali duduk di samping Airin menunggu gadis itu sadar.
Bunda dan Ayahnya saling memandang satu sama lain lalu sedetik itu juga senyum terukir di wajah mereka, heran melihat tingkah putranya yang terlihat sangat peduli dengan gadis itu yang belum ia kenal.
Mereka merasa seperti mempunyai anak perempuan.
"Nak, tolong ambilkan Bunda minyak kayu putih," perintah bunda pada Arga.
"Iya, bentar Arga ambilkan dulu Bunda." ucap Arga.
Kini bunda Arga dan ayahnya yang tengah duduk di samping Airin, tak lama Arga datang sembari membawa minyak kayu putih.
"Ini Bun," ucap Arga memberikan minyak tersebut.
Lalu bundanya segera mendekatkan minyak itu di depan wajah Airin tepatnya di hidung gadis itu agar cepat sadar.
"Anak ini sangat cantik ya, Yah?" tanya sang bunda pada suaminya tersenyum.
"Iya Bun, Ayah merasa kalau Ayah sedang memiliki putri cantik sepertinya." ucap suaminya.
Arga hanya tersenyum mendengar ucapan ayah dan juga bundanya, dia juga ingin sekali memiliki seorang adik perempuan selama ini.
"Gimana kalau dia kita angkat jadi anak kita sendiri, Yah? Bunda pengen punya anak perempuan dan juga pengen Arga punya saudara, apa Ayah keberatan?" tanya bunda Arga pada suaminya sbil tersenyum senang.
"Ayah gak keberatan sama sekali Bun, justru Ayah senang. Bagaimana denganmu, nak?" tanya sang ayah.
"Arga setuju Yah, keliatannya gadis ini gadis yang baik dan juga Arga pengen dia jadi adik Arga sendiri," ujar Arga tersenyum sambil melirik ke arah Airin.
"Baiklah, karena kalian semua setuju kalau dia sudah sadar kita akan bicarakan ini dengannya." ucap sang Bunda sembari mengelus pelan rambut Airin.
"Arga kamu jaga adik kamu dulu, Bunda mau buatin dia makanan." ucap sang bunda sambil berdiri.
"Ayah juga mau ke kamar sekarang." sahut ayahnya.
Arga hanya mengangguk, setelah itu kedua orang tuanya keluar kamar meninggalkan Arga dan Airin.
"Apa ini takdir atau hanya mimpi gue saja? gue gak nyangka bisa menemukan gadis secantik ini. Gue janji bakal jagain lo dek sama seperti kakak kandung lo sendiri," gumannya mengelus tangan Airin.
Tiba-tiba saja Airin menggerakan jarinya dan mencoba untuk membuka mata, sedangkan Arga begitu senang akhirnya gadis yang sudah di anggap adik ini sudah sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐢𝐫𝐢𝐧 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 [END]
Fiksi UmumApa liat²? Sini mampir dulu "Airin, gue cinta sama lo!" ucap pemuda pada gadis yang berdiri di hadapannya saat ini. Deg! Jantung Airin berdetak lebih kencang saat mendengar ucapan cowok yang mengatakan kalau dia mencintai Airin. Dia tidak menyangkan...