Saat jam pulang Airin menolak untuk pulang bersama sahabatnya, Airin berbohong katanya dia akan di jemput oleh ayahnya. Ketiga sahabat Airin sebenarnya tidak percaya dengan omongan Airin dan memilih pulang duluan.Airin tengah berjalan melewati koridor-koridor seklolah, setibanya langkah Airin terhenti karena bunyi ponselnya. Ternyata yang menelfon adalah Rafael pacarnya.
📞
"Halo," sapa Airin."Sayang kamu dimana? kamu belum pulang 'kan?" tanya Rafael dari sebrang telfon.
"Iya Raf, emang kenapa?" tanya Airin balik.
"Kamu pulangnya sama aku, aku udah nunggu kamu di depan gerbang," ucap Rafael.
"Memangnga gak ngerepotin kamu, Raf?" tanya Airin.
"Enggak sayang, cepat aku tunggu." ucap Rafael lalu memutuskan sambungan telefon.
Airin begitu senang karena Rafael begitu baik dan perhatian padanya, dengan tidak sabarnya Airin melangkah menuju ke gerbang sekolah. Baru saja ingin melanjutkan langkahnya tiba-tiba dari arah lain Aurel datang bersama kedua temannya dan menghalagi jalan Airin.
"Lo mau kemana? mau pulang bareng Rafael?" tanya Aurel tersenyuk remeh.
"Bukan urusan lo!" jawab ketus Airin.
Lalu Airin mencoba melanjutkan langkahnya, tetapi Aurel dan kedua sahabatnya langsung menahan lengan Airin dengan kasar.
"Kalian apa-apa sih?" bentak Airin memberontak.
"Lo gak usah banyak bacot deh, sekarang ikut gue!" ucap Aurel.
"Kita bawa dia ke toilet aja." titah Aurel pada kedua temannya.
Mereka menarik secara paksa Airin untuk menuju ke toilet, sampai disana dengan teganya mereka mendorong tubuh Airin dan membentur tembok. Hal itu membuat kepala Airin mengeluarkan darah, Aurel dan dua temannya hanya tertawa keras melihat keadaan Aurel.
Aurel menarik paksa tas milik Airin dan mengambil ponsel lalu mengirim sms pada Rafael memberitahu kalau Airin tidak jadi pulang bersamanya, dan seolah-olah pengirim itu adalah Airin.
"Ini belum seberapa Airin," ucap Aurel.
"Mau kalian apa sih?" tanya Airin dengan suara yang melemah menahan rasa sakit di kepalanya
"Lo mau tanya mau kita, 'hah? kita mau lo jauhin Rafael lebih tepatnya lo harus putusin Rafael!" ucap Tania sahabat Aurel.
"Dan lo harus ingat, Rafael itu cocoknya sama Aurel bukan sama lo cewek murahan." timpal Nindi.
"Lo denger sendiri kan apa yang mereka bilang?" tanya Aurel dengan tangan yang di lipat di dadanya.
"Kalian pikir gue bakal lakuin itu? jangan mimpi!" ucap Airin mencoba berdiri.
Aurel yang sudah geram dengan saudaranya langsung berjalan mendekati Airin.
Plak!
Aurel menampar pipi Airin dengan keras dan mengeluarkan darah di sudut bibirnya, lalu menjambak rambut milik Airin dan sesekali membenturkan kepala Airin di tembok. Tania dan Nindi hanya tertawa melihat Aurel yang menyiksa Airin.
"Kalau sampe lo gak jauhin Rafael, lo bakal tau akibatnya sendiri," ucap Aurel penuh dengan ancaman.
"Yuk guys cabut." ucap Aurel.
Sebelum ketiganya pergi mereka masih sempatnya menyiramkan air di seluruh tubuh Airin, lalu pergi sambil tertawa sekeras-kerasnya. Tanpa mereka sadari jika sedari tadi seseorang memperhatikan mereka dengan wajah yang memerah memendam amarah sembari mengepalkan tangannya.
"Gue bakal kasih perhitungan ke kalian semua, karena berani menyakiti dia!" ucap seseorang itu.
"Kita tunggu tanggal mainnya." lanjutnya sambil tersenyum smirk.
Sementara Airin menangis menahan rasa sakit di tubuhnya dan juga batinnya, keadaannya sekarang begitu memprihatinkan. Karena sudah tidak dapat menahan rasa pusing, Airin pingsan dengan keadaan tubuhnya yang basah dan darah mengalir di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐢𝐫𝐢𝐧 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 [END]
Ficción GeneralApa liat²? Sini mampir dulu "Airin, gue cinta sama lo!" ucap pemuda pada gadis yang berdiri di hadapannya saat ini. Deg! Jantung Airin berdetak lebih kencang saat mendengar ucapan cowok yang mengatakan kalau dia mencintai Airin. Dia tidak menyangkan...