PART 40

115 6 1
                                    

Disisi lain Rafael yang tengah asik berbicara dengan temannya tidak sengaja melihat keberadaan Airin. Rafael datang ke acara ulang tahun Bella bersama Aurel karena Rafael mengenal Bella.

Rafael terus menatap ke arah Airin sampai ia tersadar dengan teguran dari sang tunangan yang tak lain Aurel.

"Raf, kamu lagi liatin apa?" tanya Aurel heran.

"Eh, bukan apa-apa kok." ucap Rafael sedikit terkejut dan kembali berbicara pada teman-temannya.

Sesekali Rafael melirik ke arah gadis itu, ada tatapan rindu untuk Airin. Rafael begitu rindu dengan gadis itu karena sudah beberapa hari ia tidak pernah bertemu dengan Airin walaupun di sekolah. Ia merasa jika Airin mungkin menghindarinya.

Rafael terpesona karena melihat Airin tampil beda malam ini dan Airin makin tambah cantik. Tapi di pikirannya Airin sekarang sudah tinggal dimana dan dengan siapa? dari penglihatannya Airin begitu berubah drastis. Karena Rafael sudah tahu jika Airin sudah keluar dari rumah, Aurel yang sudah bercerita semua padanya.

Tiba-tiba Rafael berniat ingin menghampiri Airin untuk menanyakan mengapa gadis itu bisa ada disini.

"Aurel, gue ke toilet sebentar." ucap Rafael berbohong pada Aurel.

Karena keasikan mengobrol dengan teman-temannya hanya menganggukkan kepala lalu tersenyum.

Sedangkan Airin yang sedang asyik melihat-lihat sekeliling taman disana, tidak menyadari jika seseorang yang pernah singgah di hatinya ada di hadapannya sekarang sambil memperhatikannya.

"Airin," tegur orang itu.

Airin yang mendengar  langsung merasa tidak asing dengan pemilik suara itu, seketika ia menatap dan kaget karena yang menegurnya adalah Rafael. Airin mencoba untuk tidak terlihat terkejut dan menjawab panggilan Rafael.

"Hmm," Airin hanya berdehem lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Rafael ingin sekali memeluk Airin tapi ia tahu jika saat ini ia tidak berhak lagi karena takut jika Aurel akan salah paham.

"Lo ngapain disini, dan kenapa lo bisa datang ke acara ini? memangnya lo kenal sama yang punya acara?" tanya Rafael bertubi-tubi pada Airin.

"Gue--," belum sempat Airin menjawab tiba-tiba dari arah belakang Rafael seseorang sudah menjawabnya lebih dulu.

"Dia datang sama gue, apa ada urusannya sama lo?" tanya balik Alvaro.

Seseorang itu adalah Alvaro karena dia sempat melihat jika Airin sedang berbicara dengan Rafael. Dia mencoba menahan amarahnya ketika melihat Rafael menghampiri Airin.

Rafael dan Airin  langsung menoleh ke sumber suara tersebut. Rafael mengepalkan tangannya saat mengetahui siapa yang datang bersama Airin.

Alvaro kemudian berjalan mendekati Airin dan langsung menggenggam tangan Airin dengan erat, seolah-olah  jika Airin pergi jauh darinya.

Rafael mencoba menahan rasa cemburu saat melihat kedekatan Airin bersama laki-laki itu. Karena sejujurnya ia masih menyimpan rasa pada gadis di depannya ini.

"Wow, kebetulan banget lo datang kesini berdua. Hahaha jadi dugaan gue selama ini bener kan? lo sama dia ada hubungan," ucap Rafael menatap tajam ke arah Airin.

"Stop Rafael? gue sama dia gak punya hubungan apapun dan kita hanya teman biasa gak seperti apa yang lo bilang," sentak Airin dengan raut muka yang sudah memerah karena menahan emosi.

"Hahaha lo gak usah bohong Airin," ucap Rafael sambil menunjuk wajah Airin.

"Bajingan!" umpat Alvaro marah.

"Jaga omongan lo sialan! lo boleh hina Airin dan nuduh dia pernah selingkuh sama gue. Tapi lo harus ingat baik-baik jika satu hari nanti kalau lo tau apa yang sebenarnya terjadi gue berharap lo bakal nyesel udah nyia-nyiain cewek sebaik Airin!" ucap Alvaro tegas dan serius lalu mengajak Airin pergi dari tempat itu.

Tapi Alvaro menghentikan langkah dan berbalik menatap Rafael kembali dan berkata.

"Satu lagi, jangan pernah lo nunjukin wajah lo di depan Airin. Karena mulai detik ini Airin milik gue dan berhati-hatilah pada tunanganmu itu. Gue harap lo bisa jagain tunangan lo biar gak membuat ulah lagi pada Airin. Kalau sampai itu terjadi gue gak akan segan-segan untuk menghancurkan mereka." ucap Alvaro lalu menarik tangan Airin pergi meninggalkan Rafael.

Deg!

Rafael merasa sesak dan tidak terima jika Alvaro ingin memilik Airin. dan dia jadi merasa takut jika benar dugaannya Airin berselingkuh dengan laki-laki itu ternyata salah, ia akan menyesali perbuatannya sendiri.

Rafael menatap kepergian mereka dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Sedangkan Airin hanya menatap Rafael tapi secepat mungkin ia memutuskan pandangannya.

Sampainya di luar Alvaro mengajak Airin untuk masuk ke dalam mobil dan akan mengantarnya pulang. Sementara Airin hanya duduk diam sembari mengingat ucapan Alvaro bahwa mulai saat ini Airin akan menjadi miliknya.

"Apa maksud Alvaro bilang kayak gitu," guman Airin dalam hati lalu menatap Alvaro yang sedang fokus menyetir.

Seketika Airin bertanya pada Alvaro apa maksudnya mengakui kalau Airin adalah miliknya.

"Al, apa maksud ucapan lo tadi?" tanya Airin memberanikan diri.

"Ucapan yang mana?" tanya Alvaro tanpa menatap Airin. Pikiran Alvaro sekarang tengah bercampur aduk, ingin sekali dirinya memberi pelajaran pada Rafael tadi.

"I-itu, tadi lo bilang kalau mulai saat ini gue milik lo." ucap Airim terbata-bata.

Alvaro yang mendengar ucapan Airin hanya diam dan tidak menjawabnya, entah mengapa ia ragu untuk menyatakan perasaannya pada Airin kalau sebenarnya ia sudah mempunyai rasa pada gadis ini.

"Tahan Alvaro, ini belum saatnya lo harus ungkapin perasaan lo yang sebenarnya sama Airin," guman Alvaro dalam hatinya.

Airin yang tahu Alvaro tidak akan menanggapi pertanyaannya langsung diam dan tidak melanjutkan pertanyaan lagi. Sampai akhirnya mereka sudah sampai di depan rumah Airin.

Airin lalu turun dari mobil dan mengucapkan terima kasih pada Alvaro. Alvaro hanya mengangguk lalu menjalankan mobilnya kembali.

Airin merasa ada yang aneh dengan sifat Alvaro, tapi Airin tidak terlalu memperdulikannya. Setelah itu dia masuk ke dalam rumah dan sudah di sambut oleh bundanya.

"Sudah pulang sayang? terus mana teman kamu?" tanya sang bunda sambil melihat kebelakang Airin.

"Alvaro udah pulang dulun Bun, mungkin capek," jawab Airin tersenyum.

"Oh gitu ... ya sudah sekarang ke kamar dan langsung istirahat," ucap sang bunda.

"Iya Bunda." balas Airin tersenyum.

Lalu menaiki tangga menuju ke kamar, begitu pun dengan bundanya yang sudah berjalan ke kamarnya juga.

𝐀𝐢𝐫𝐢𝐧 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang