Tubuh Airin langsung merosot ke lantai sambil menangis sejadi-jadinya. Dia tidak menyangka bahwa keluarga yang begitu ia sayangi begitu tega terhadapnya.
"Ini nggak mungkin! ini hanya mimpi kan? Gak mungkin Rafael sama Aurel mau tunangan itu gak mungkin!" teriak Airin dalam kamar.
"Kalian benar-benar jahat hiks ... aku nggak sanggup lagi," ucap Airin lirih.
Karena merasa lelah akhirnya Airin tertidur di lantai tanpa beralaskan apapun.
Pagi harinya Airin terusik dari tidurnya karena merasa kedinginan, dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul 06:00. Dia segera bangun dan berjalan masuk ke kamar mandi. Airin berniat akan datang lebih awal di sekolah.
Tak membutuhkan waktu lama Airin sudah siap dengan seragam sekolahnya, lalu dirinya keluar kamar dan berjalan menuju tangga.
Di lantai bawah dia berpapasan dengan ibunya, Airin bahkan tidak menatap wajah ibunya yang akan menuju kamar milik Aurel. Airin terus berjalan menghiraukan ibunya yang tengah menatapnya dengan tatapan sinis dan juga bingung.
Saat ini Airin sudah berada di depan gerbang SMA Harapan Bangsa, ia langsung berjalan masuk ke dalam sekolah. Baru ada beberapa siswa/siswi yang sudah datang.
Tibanya di kelas Airin langsung menduduki kursinya sambil melamun, ia masih kepikiran ucapan Aurel yang dimana akan bertunangan dengan Rafael pacarnya. Airin juga merasa takut jika Rafael nantinya akan mengakhiri hubungan dengannya karena ulah yang di buat Aurel juga.
Tiba-tiba lamunan Airin buyar karena ulah ketiga sahabatnya, Airin langsung tersontak kaget karena mendengar teriakan Amel.
"Woi!" ucap Amel terkekeh.
"Apaan sih Mel, lo ngagetin gue aja. Kalau gue jantungan gimana, mau tanggung jawab lo?" ketus Airin.
"Santai neng santai hehehe," ucap Amel terkekeh.
"Lagi lamunin apa sih, Rin?" tanya Anantha.
"Ho'o, kita tadi ngeliat lo udah ke patung aja diem-diem bae. Kesambet baru tau rasa," sahut Adelia.
"Enggak ada kok hehe," ucap Airin berbohong.
"Yakin lo nggak sembuyiin sesuatu dari kita?" tanya Anantha ragu.
Airin menjadi gugup karena pertanyaan dari sahabatnya, entah dia harus jujur apa tidak.
"Beneran Tha," ucap Airin.
"Lo kalau lagi ada masalah cerita ke kita-kita pasti kita bantuin kok," ucap Anantha.
"Bener, kita bakal bantuin dan ngedukung lo terus," ucap Amel.
"Beneran guys gue nggak apa-apa," ucap Airin mencoba tersenyum.
"Hmm yaudah, belajar aja dulu sebentar ada ulangan fisika lo." ucap Anantha.
"Hadeh ulangan mulu sih, mudah-mudahan Pak Joko gak masuk karena sakit hahaha," ucap Adelia.
"Di denger Pak Joko tau rasa lo," ucap Amel menyenggol lengan Adelia.
"Bodoamat!" balas Adelia.
Airin dan Anantha hanya tertawa sambil menggelengkan kepala melihat kelakuan dua sahabatnya itu. Kemudian mereka belajar karena sebentar lagi mereka akan ada ulangan harian mapel fisika. Tak butuh waktu lama, akhirnya guru fisika mereka pun masuk.
Kring!
Terdengar suara bel pertanda sekarang sudah jam istirahat, anak-anak sudah berhamburan keluar kelas menuju kantin yang dimana akan mengisi perut mereka. Begitu juga dengan Airin dan sahabatnya.
Airin dan ketiga sahabatnya berjalan menuju kantin, sampainya disana mereka melihat keadaan kantin yang sudah lumayan banyak siswa disana.
"Kita duduk disana aja yuk, kayaknya bangku itu kosong," ucap Adel menunjuk bangku paling pojok.
"Oh iya," sahut Anantha.
Lalu mereka kembali berjalan menuju bangku yang berada di pojok itu.
"Kalian mau pesen apa?" tanya Anantha.
"Gue pesen mie bakso sama es jeruk," ucap Adel.
"Gue samain aja deh sama Adel," sahut Amel.
"Kalau lo, Airin?" tanya Anantha.
"Sama seperti punya mereka deh," ucap Airin.
"Hmm oke." ucap Anantha sambil mengangguk-nganggukkan kepalanya lalu berjalan untuk memesan makanan buat dirinya dan juga sahabatnya.
Beberapa menit kemudian Anantha kembali sembari membawa makanan pesannya dan juga sahabatnya, dan di bantu oleh ibu penjual itu.
"Pesanannya datang," ucap Anantha tersenyum sambil meletakkan makanan di atas meja.
Lalu mereka segera menyatap makanan mereka masing-masing sambil bertukar cerita satu sama lain.
"Btw, setelah lulus nanti kalian mau lanjut kuliah dimana?" tanya Amel di sela-sela makannya.
"Gue sih mau lanjutin kuliahnya di UGM bareng sepupu gue," ucap Anantha.
"Kalau gue sendiri sih keknya di luar negeri deh, karena bokap gue pindah tugas." ucap Amel.
"Yah kita bakalan jauh dong," ucap Anantha seolah-olah sedih.
"Kalau gue sih masih sekitaran Indonesia aja," sahut Adel.
Anantha, Amel dan Adel kemudian melirik Airin yang sedari tadi hanya diam sambil mendengarkan celoteh mereka tanpa mengeluarkan suara apapun.
"Rin, kalau lo gimana?" tanya Amel.
"Gue kurang tau Mel, kalian tau sendirikan orang tua gue gimana?" ucap Airin sendu jangan kuliah uang jajan aja kadang tidak di berikan.
Ketiga sahabatnya melihat Airin dengan tatapan sendu, mereka menjadi iba dengan keadaan Airin sekarang.
"Airin, gue doain kamu pasti bisa lanjut kuliah lo. Gue heran deh sama orang tua lo kenapa seambisi itu sama anaknya sendiri sih," ucap Anantha sambil mengelus pundak Airin.
"Lo jangan menyerah gitu aja Airin, lo harus buktiin ke mereka kalau lo itu mampu tanpa bantuan dari bokap sama nyokap lu itu," ucap Amel.
"Dan buat adek sialan lo itu, dia hanya bisa memanas-manasi orang tua lo aja," sambung Amel.
"Kalau lo emang bener-bener butuh bantuan gue, gue siap 24 jam bakal bantuin lo. Lo gak usah sungkan minta bantuan ke gue," ucap Adel.
"Makasih ya, kalian emang sahabat gue yang terbaik, gue gak tau harus dengan cara apa agar bisa membalas kebaikan kalian." ucap Airin dengan isakannya.
Lalu mereka kembali menghabiskan makanan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐢𝐫𝐢𝐧 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 [END]
Ficção GeralApa liat²? Sini mampir dulu "Airin, gue cinta sama lo!" ucap pemuda pada gadis yang berdiri di hadapannya saat ini. Deg! Jantung Airin berdetak lebih kencang saat mendengar ucapan cowok yang mengatakan kalau dia mencintai Airin. Dia tidak menyangkan...