PART 19

81 0 0
                                    

Malam harinya di kediaman Rafael, dirinya tengah duduk di kursi santai yang berada di kamarnya. Ia terus teringat wajah cantik milik Airin yang menangis karenanya.

Rafael mengusap wajahnya kasar karena sudah tidak tahu harus berbuat apa. Apa mungkin ini pilihan terbaik untuknya atau malah akan membuatnya menyesal?

"Maafin gue, gue udah bikin lo nangis Airin, itu semua karena perbuatan lo sendiri. Lo udah khianatin gue." lirih Rafael sambil menahan air matanya.

Tiba-tiba pikiran Rafael tertuju pada pemuda yang berada di foto bersama Airin, dia sama sekali tidak mengenal bahkan tahu siapa pemuda itu.

"Cowok sialan itu siapa? kenapa dia bisa-bisanya jalan sama Airin?" tanya Rafael pada dirinya sendiri.

"Akh!" teriak Rafael frustasi dan mengacak-ngacak rambutnya.

Tiba-tiba dari luar kamarnya terdengar suara ketukan pintu. Rafael akhirnya berjalan menuju pintu kamarnya dan segera membukanya.

"Ada apa, Ma?" tanya Rafael dengan ekspresi datar.

"Kamu ini, Mama mau ngomong sesuatu sama kamu. Tapi turun dulu untuk makan malam kita ngomongnya disana aja sama Papa kamu juga," ucap mama Rafael.

"Hmm, Mama duluan aja ntar Rafa nyusul," ucap Rafael tak bersemangat.

Lalu ia menutup pintu kamar kembali dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan akan segera turun ke bawah karena ingin tahu apa yang akan orang tuanya sampaikan ke dia.

Di meja makan sudah ada papa dan mama dari Rafael dan juga para pembantu yang tengah menata makanan di atas meja, tak lama mama Rafael melihat kalau putranya sudah berjalan menghampiri mereka.

Rafael menarik kursi dan langsung duduk tanpa ekspresi apapun, papa dan mamanya hanya saling pandang tidak biasanya Rafael jadi pendiam begini.

"Ada masalah apa, Raf? kok Papa liat kamu jadi pendiem gitu gak biasanya juga," tanya papa Rafael.

"Gak ada kok, Pa. Rafa baik-baik saja," ucap Rafael berbohong.

"Beneran?" tanya ayahnya meyakinkan.

"Iya," balas Rafael.

"Udah, kamu makan dulu ya sayang. Keburu makanannya dingin," ucap sang mama.

"Oh iya, Papa sama Mama mau ngomong soal apa?" tanya Rafael.

"Jadi gini, Papa sama Mama mau kamu bertunangan sama anak tuan Jason namanya Aurel dan mereka juga mengundang kita besok untuk acara makan mal besok di rumahnya," ucap papa Rafael.

Uhukk! uhukk!

Rafael tersedak makanannya sendiri setelah mendengar ucapan sang papa yang dimana dia akan bertunangan dengan Aurel adik dari mantan pacarnya.

"Apa-apaan sih!" bentak Rafael emosi.

"Sayang minum dulu," ucap mama Rafael sambil memberikan segelas air putih pada Rafael.

"Apa kamu mau sayang?" tanya sang mama tersenyum.

" Rafa gak mau, Rafa pengen selesaiin sekolah dulu! Rafa belum mau tunangan segala," tolak Rafael mentah-mentah.

"Kami tau itu sayang, tapi kalian baru bertunangan bukan mau langsung menikah. Jadi terimalah pertunangan ini. Papa sama Mama mohon sama kamu, ini demi kebaikan kamu juga sayang kamu mau yah demi Mama?" tanya sang mama dengan penuh harapan pada putranya.

Rafael menjadi tidak tega melihat raut wajah mamanya yang begitu berharap padanya untuk menerima pertunangan ini, tapi disisi lain dia tidak mencintai Aurel sama sekali.

"Baiklah, Rafa terima pertunangan ini. Tapi semua ini demi Papa dan Mama, jika sampai anak tuan Jason membuat kesalahan, Rafa akan membatalkan pertunangan ini." ucap Rafael tegas.

Papa dan mama Rafael terkejut dan langsung memasang raut wajah senang karena putra mereka menerima pertunangan itu.

"Papa dan Mama bangga padamu nak, semoga pertunangan kalian berjalan lancar." ucap sang papa.

"Iya sayang, doa terbaik untukmu dan juga calon tunanganmu itu." ucap sang mama tersenyum.

Rafael hanya memaksakan senyuman palsunya, dia tidak ada rasa sama sekali sama saudara mantan pacarnya itu. Tapi ini semua demi orang tuanya.

Selesai dengan makan malamnya, Rafael pamit untuk kembali ke kamarnya. Rafael langsung duduk di tempat tidurnya dan memikirkan hal apa yang akan terjadi selanjutnya.

𝐀𝐢𝐫𝐢𝐧 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang